Topic : Business
By Ari Satriyo Wibowo
Maskapai penerbangan internasional kini berlomba-lomba menyediakan fasilitas Internet berkecepatan tinggi berteknologi Wireless Fidelity (Wifi). Tak kurang dari American Airlines milik AMR, Alaska Airlines yang dimiliki Alaska Air Group dan Virgin Air yang dimilikinVirgin Group telah menyediakan fasilitas WiFi di kabin pesawat mereka. Tak kurang maskapai penerbangan Qantas milik Australia juga memasang fasilitas itu untuk dipasang gratis bagi penumpang.
Masalahnya adalah bagaimana jika ada penumpang yang melakukan browsing dengan mengunjungi situs-situs porno di Internet. American Airlines, Alaska Airlines dan Virgin Air cenderung tidak memblok situs-situs Internet berdasarkan isi (content) termasuk situs porno. Mereka hanya memberikan fasilitas pengaman ketika anak-anak berselancar di Internet sehingga tak bisa mengakses ke situs dewasa, mengelola trafik serta membatasi download data yang terlalu besar.
Hal berbeda dilakukan Qantas yang bekerjasama dengan Panasonic Avionics, salah satu unit dari Matsushita Electric Industrial, membangun fasilitas WiFi di kabin pesawat mereka. “ Kami sengaja memblok situs-situs porno dan kekerasan,” ujar David Brunet , Direktur Eksekutif untuk Penjualan dan Pemasaran Perusahaan Qantas ke International Herald Tribune.
Para pakar etika berbeda pendapat soal itu. Menurut mereka mengijinkan penumpang pesawat berkunjung ke situs porno akan memicu komplain pelecehan seksual dari publik. ”Saya pikir para pemilik maskapai penerbangan memiliki hak untuk melakukan filter karena mereka bertanggung jawab untuk itu,” kata John Palfrey, seorang profesor dari Harvard Law School.
Bagaimana dengan fasilitas telepon Internet di pesawat? Umumnya pihak maskapai penerbangan mengijinkan asal menggunakan teknologi VOIP (Voice Over Internet Protocol) yang berbasis WiFi. Hal itu karena fasilitas tersebut lebih sedikit memakan bandwith dibandingkan menggunakan fasilitas piranti lunak yang bekerja di laptop maupun penggunaan telepon seluler yang dapat mengganggu komunikasi pilot selama penerbangan. Namun, American Airlines, Alaska Airlines dan Virgin tidak mengoperasikan layanan telepon internet yang disediakan provider seperti Skype.
Pertanyaan selanjutnya bagaimana bila ada penumpang yang melakukan kejahatan internet seperti hacking dari atas pesawat hukum negara manakah yang akan diberlakukan? Hal itu masih diperdebatkan apalagi pada awal 2008 ini ada maskapai baru Aircell yang merupakan kerjasama AMR (AS) dan Virgin Group (Inggris).
Maka jangan heran bila nanti naik pesawat akan menyaksikan penumpang di kursi 17D asyik menelpon rekan bisnis via Internet, kursi 16 D asyik chating dengan pacarnya via ICQ, Kursi 16 E asyik membuka situs-situs porno di Internet, sementara kursi 17C asyik bermain games jarak jauh dengan berbagai pemain via Internet. Semua bakal menjadi pemandangan lumrah sehari-hari di kabin pesawat.
Bagaimana pendapat Anda?
Sumber : ”With Wi-Fi aboard, Sky is Not the Limit,” by Anick Jesdanun, Associated Press on International Herald Tribune, December 27, 2007
Wednesday, January 2, 2008
Berselancar Internet di Ketinggian 10.000 Meter
Subscribe to:
Comment Feed (RSS)
|