Google

Monday, March 31, 2008

Simon Jonatan : MarkeTHINK Dulu, Baru MarkeDO

Topic : Business

By Ari Satriyo Wibowo

Biasanya saat mengambil keputusan untuk meluncurkan produk baru seorang wirausahawan dan pemasar melakukan lima langkah sebagai berikut :

1. Produk
2. Outlet
3. Konsumen
4. Pesan
5. Media

Mereka akan memilih produk apa yang kira-kira bisa laku di pasar. Kemudian mereka mencari di outlet mana saja produknya akan dijual, siapa saja konsumen yang menjadi sasaran pasarnya, pesan apa saja yang hendak disampaikan dan pilihan media apa yang tepat untuk mengomunikasikan pesannya.

Langkah aksi yang “Do, Do,Do “ itu menurut Simon Jonatan, praktisi pemasaran dan CEO Brandmaker, sangatlah berisiko menuai kegagalan karena dilakukan tanpa menyusun sebuah konsep produk yang kuat terlebih dahulu.

Oleh karena itu, ia menyarankan sebelum melakukan aksi (Fase MarkeDO) sebaiknya seorang wirausahawan dan pemasar menyusun konsep produk yang kuat terlebih dulu (MarkeTHINK). Caranya dengan melakukan beberapa analisis tren yang sedang berlangsung, riset untuk mengenal dengan baik perilaku konsumen, segmentasi pasar, sasaran pasar, pilihan positioning dan analisa pesaing. Kemudian susun pula Unique Proposition Selling (USP) serta alasan konsumen untuk membeli produknya (reason to buy). Setelah itu jabarkan tahapan-tahapan rencana pembangunan mereknya.

Simon mengisahkan bagaimana dulu ia menyusun konsep produk Extra Joss demi untuk memenuhi kebutuhan kalangan masyarakat menengah ke bawah akan minuman kesehatan dengan harga terjangkau.

Pada waktu itu harga minuman kesehatan terkesan mahal yakni Rp 1800 per botol dan belum ada pemain pasar yang menemukan cara untuk memproduksi produk dengan harga murah. Sehingga terpikir kemudian sebuah konsep produk dengan menyajikan minuman dalam bentuk serbuk dalam sachet sehingga tidak memerlukan botol lagi. Dengan begitu harga produk bisa ditekan menjadi Rp 300 per sachet sehingga terjangkau kalangan masyarakat bawah.

Ia juga mengisahkan konsep produk yang diusung Barry Lesmana ketika menciptakan layanan EasyPay pada kartu kredit Citibank sehingga sekarang diadopsi di banyak negara.

“Seorang entrepreneur harus mumpuni dalam strategi pemasaran, sebaliknya seorang pemasar harus memiliki mental dan intuisi seperti seorang entrepreneur,” tutur Simon lebih lanjut. Demi mewujudkan hal itu Simon kemudian memperkenalkan istilah baru yakni Entremarkeship.

Bagaimana pendapat Anda?

Saturday, March 29, 2008

Berkat Penelitian Sel Punca, Dr. Ari Penia Kresnowati Raih Penghargaan Tingkat Dunia

Topic : Academic, Government

Dr. Made Tri Ari Penia Kresnowati (30) menjadi perempuan peneliti Indonesia ketiga yang menerima penghargaan internasional prestisius dari L'Oreal-UNESCO For Women in Science 2008. Penia mendapat fellowship dengan proposal riset bertajuk "Teknologi Bioproses: Konsepsi Prototip Bioreaktor untuk Pengembangan Sel Punca (Stem Cells)".

Pengumuman penghargaan bergengsi itu dilakukan di markas Badan PBB untuk Pendidikan dan Kebudayaan (UNESCO), di Paris, Prancis, 5 Maret 2008. Penia merupakan salah satu dari 15 pemenang fellowship international dari 15 negara yang mewakili lima benua.


Penia berhasil meraih Fellowship International mengikuti langkah idola dan inspirasinya ketika masih kuliah, yakni Dr Ines Atmosukarto (Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Cibinong) sebagai pemenang pertama pada 2004. Pemenang kedua adalah Dr Fenny Dwivany (pengajar di ITB) di tahun 2007, yang juga pernah meraih penghargaan di tingkat nasional.

Saat diperkenalkan di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta, Selasa (18/3), Penia mengemukakan, fellowship senilai US$ 40.000 akan digunakan seefektif mungkin untuk melanjutkan penelitian ilmiahnya mengenai pengembangan bioreaktor untuk menumbuhkan sel punca (stem cells) untuk menghasilkan produk-produk kesehatan (therapeutic treatment).

"Penelitian ini jika selesai dalam jangka waktu dua tahun, jangan dibayangkan akan dapat suatu barang yang bisa langsung diterapkan pada masyarakat," ujar wanita kelahiran Bandung itu. L'Oreal juga mensyaratkan bahwa minimal dua bulan dari penelitian dua tahun tersebut dilakukan di Indonesia.

Mengingat penelitian ini memiliki potensi menjadi sesuatu yang sangat penting dalam bidang kesehatan, ia berharap kelak hasil risetnya dapat diaplikasikan. Awal tahun 2009, Penia akan memulai penelitiannya di Departemen Teknik Kimia Monash University, Melbourne, Australia.

Setelah lulus S1 di Jurusan Teknik Kimia, ITB, wanita yang tergolong jenius ini melanjutkan S2 dan S3 di Universitas Teknologi Delft, Belanda. Setelah kembali ke Tanah Air tahun lalu, ia menjadi dosen teknik kimia untuk mahasiswi S1 dan S2 di ITB.
Dia memilih teknik kimia karena tertarik pada bioteknologi.

Karir dan Keluarga

Budaya dan kultur di kalangan masyarakat Indonesia mendidik kaum perempuan agar memprioritaskan keluarga. Tidaklah mengherankan, jika kebanyakan kaum perempuan menikah tidak lama setelah lulus S1 atau setidak-tidaknya sebelum berusia 30 tahun.

Bagi mereka yang berniat melanjutkan studi atau berkarir pun menunda demi berkeluarga. Ini disebabkan wanita sulit membagi waktu antara membina karir dan berkeluarga.

Namun, bagi Penia yang gemar memasak dan membaca, karir dan berkeluarga harus dikombinasikan dengan sebaik-baiknya sehingga bisa mendapat dua-duanya. "Menurut saya, keluarga dan karier itu bukan dua hal yang saling bertentangan. Dua hal ini seharusnya saling berjalan dengan seimbang dan saling melengkapi, saling mendukung satu sama lain," ucapnya.

"Kalau kita hanya punya karier dan tidak punya keluarga, kehidupan ini mungkin hampa, kesepian. Kalau kita punya keluarga dan memiliki suatu yang lain yang tidak kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya, hal itu sayang juga," tutur Penia.

Hal senada diutarakan oleh Principal Investiga- tor Executive Manager Eijkman Institute for Molecular Biology, Herawati Sudoyo. Menurutnya, gender role berperan dalam menurunnya wanita peneliti di dunia. Pada umumnya, wanita memilih untuk melambatkan proses mereka melakukan pekerjaan dan komitmennya sehingga tidak dapat ber- saing dengan para laki- laki peneliti.

"Wanita seharusnya memprogram diri, sehingga masih tetap dapat melakukan kegiatan dalam arti mencapai puncak karir dengan tidak mengenyampingkan peran kita sebagai perempuan," kata Herawati.

Sementara itu, Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Arief Rachman, mengharapkan kepada mereka yang senang pada penge- tahuan agar menggali lebih jauh pengetahuan tersebut.

"Generasi muda ilmuwan di Indonesia, khususnya kaum wanita, tidak boleh menyerah dan mempunyai harapan rendah. Kita harus punya harapan tinggi. Inspirasi yang seperti dimiliki oleh Dr Penia harus dikembangkan. Terpenting lagi, mereka harus serius dan tekun," ujarnya. [RPS/S-26]

Sumber : Harian Suara Pembaruan, 19 Maret 2008

Friday, March 28, 2008

Inovasi Pasta Gigi Luar Biasa dari Alexander Agung

Topic : Academic, Business

By Ari Satriyo Wibowo

Andaikata Alexander Agung seorang ilmuwan serta rajin menulis di jurnal-jurnal ilmiah luar negeri barangkali dia kini merupakan salah satu meraih hadiah Nobel Kedokteran tidak kalah dibandingkan Barry Marshall yang menemukan bakteri Helicobacter Pilory , penyebab tukak lambung yang menyerang sekitar separuh populasi penduduk dunia.

Tetapi Alexander Agung, 62 tahun, lulusan Sekolah Hua Chung Jakarta yang akrab dipanggil Alex itu adalah seorang entrepreneur. Mula-mula pada tahun 1982, ia bersama dokter Belanda mendirikan pabrik pasta gigi di Cawang. Hasilnya, Alex gagal dan mengalami gulung tikar.

Tapi Alex tidak putus asa. Ia meski bukan seorang dokter gigi berkat ketekunannya membaca buku teks tentang gigi dan mulut serta setelah melakukan penelitian selama 10 tahun maka ia berhasil menyusun teori baru tentang penanggulangan sariawan dan bau mulut. Padahal selama puluhan tahun sariawan dan bau mulut masih merupakan misteri di khasanah ilmu pengetahuan. Semuanya itu kemudian dituangkannya dalam bentuk produk pasta gigi premium yang hebat bernama Enzim.

Hasil riset menunjukkan bahwa penyakit gigi dan mulut diderita 98 % penduduk dunia dan menempati urutan kedua setelah influenza (100%). Selama ini kalangan dokter gigi selalu menyalahkan kebersihan mulut sebagai biang keladi kerusakan gigi atau bad oral hygiene. Padahal, orang purba yang tidak pernah gosok gigi malahan memiliki gigi yang sehat dan tidak tanggal.

Dimana letak rahasianya? Ternyata manusia memiliki 3 pelindung tubuh yang alami yakni air liur, air mata dan cairan vagina (pada wanita). Pada bagian mulut maka air liur berperanan sangat penting sekali menjaga tubuh dari penyakit dan kesehatan gigi.

Di zaman modern ini kemampuan perlindungan air liur menurun sebagai akibat konsumsi makanan modern yang mengandung 4 P yakni :

1. Pengawet
2. Pewarna
3. Perasa
4. Pembasmi hama (insektisida)

Selain itu, air liur atau ludah juga rusak sebagai akibat :

- deterjen dalam pasta gigi
- antiseptik dalam obat kumur
- antiseptik dalam pasta gigi

Pada tahun 1991 kerja keras Alex bersama tim risetnya di PT Enzym Bioteknologi Internusa berhasil menemukan formula pasta gigi yang dinamakan Enzim, yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Enzim menjadi katalisator untuk menjaga keseimbangan alami rongga mulut sekaligus mengembalikan fungsi air ludah (saliva).

Menurut Alex sebagian besar penyakit (99 %) masuk ke tubuh manusia melalui mulut. Air liur (ludah) mengandung 40-50 jenis protein yang berfungsi sebagai perlumas dalam rongga mulut, membantu pencernaan, membunuh bakteri sekaligus mengendalikan pertumbuhan bakteri yang dibutuhkan. Air liur memberikan daya tahan dan daya tangkal alami kepada manusia.

Pemakaian deterjen dan antiseptik pada pasta gigi dan obat kumur merusak air liur. Juga zat kimia pada makanan dan minuman. Protein dalam ludah ikut rusak. Akibatnya daya tahan dan daya tangkal tubuh menurun. Sariawan terjadinya karena kualitas air ludah menurun. Perkembangan bakteri mulut menjadi tidak terkontrol. Bakteri akan menghasilkan asam dengan ph 5,2 , racun dan gas sulfur yang bersifat mudah menguap sehingga disebut VSC (Volatile Sulfur Compounds). Gas VSC ini ada tiga jenis yakni H2S, CH2SH dan CH3SCH.

Asam melarutkan email gigi sehingga membuat gigi berlubang. Racun merembes ke dalam gusi dan jaringan penyangga gigi sehingga akan mengakibatkan radang gusi (gingivitis) dan radang jaringan penyangga gigi (periodontitis). Gas sulfur akan mengakibatkan bau mulut (halitosis).

Oleh karena itu, kemudian Alex menciptakan pasta gigi yang belum pernah ada di dunia ini yakni pasta gigi Enzim yang diformulasikan untuk mengembalikan air liur kepada fungsi alaminya. Karena berkualitas tinggi maka produk ini tergolong produk premium berharga mahal.

Pada generasi ketiga pasta gigi Enzim diberinya tambahan Colustrum. Colustum adalah air susu ibu pertama setelah melahirkan yang berwarna kekuning-kuningan. Colustrum hanya tersedia pada 24-36 jam pertama susu ibu untuk membantu bayi agar memiliki dfaya tahan tubuh yang hebat. Guna kepeluan itu Alex mendatangkan colustrum dari susu sapi India. Dengan begitu komposisi Enzim kini menjadi 6 buah komponen utama.

Tidak mengherankan bila dengan formula baru itu, kini banyak yang memanfaatkan pasta gigi Enzim sebagai obat serba guna untuk mengatasi pelbagai penyakit seperti Jerawat, Keputihan, Ambeien, Batuk dan Maag.

Bagaimana pendapat Anda?

Pola Kerjasama yang Pantas Ditiru

Topic : Business, Government

Lima BUMN Tanam Kedelai

Lima perusahaan negara, yaitu Perum Perhutani, PT Pertani, PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Kujang, dan PT Sang Hyang Sri, bekerja sama menyediakan lahan dan modal bagi sedikitnya 16.000 petani kedelai. Langkah ini adalah bagian dari partisipasi BUMN mendorong produktivitas pangan nasional.

Direksi kelima BUMN menandatangani nota kesepahaman kerja sama tersebut di Gedung Manggala Wanabhakti, Jakarta, Kamis (27/3). Kelima BUMN berbagi tugas berdasarkan basis usahanya membantu petani yang bergabung dalam kelompok tani untuk memproduksi kedelai.

Pelaksana Tugas Direktur Utama Perhutani Upik Rosalina mengatakan, pihaknya mengambil risiko mengizinkan kelompok petani mengembangkan tanaman pangan dengan sistem tumpang sari di bawah pohon. Langkah ini diharapkan bisa meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap Perhutani.

Awalnya, pemerintah meminta areal penanaman seluas 150.000 hektar. Namun, lahan Perhutani yang bisa ditanami berbagai komoditas pertanian pada tahun 2008 ada 114.000 hektar.

Dari luas tersebut, areal yang bisa langsung ditanami kedelai pada bulan Maret ini hanya 4.062,5 hektar. Lahan tersebut berlokasi di Unit I Jawa Tengah seluas 401,7 hektar, Unit II Jawa Timur seluas 925,2 hektar, dan Unit III Jawa Barat dan Banten seluas 2.735,6 hektar.

Berbagi tugas

Sebanyak 16.000 petani yang terlibat dalam proyek percontohan ini bergabung dalam 31 lembaga masyarakat desa hutan (LMDH), organisasi binaan Perhutani untuk masyarakat di sekitar hutan. Kelima BUMN berbagi tugas mendampingi petani sejak penyiapan lahan sampai penyerapan hasil panen.

Sang Hyang Sri akan menyediakan benih unggul, Petrokimia Gresik (yang berlokasi di Jawa Timur) dan Pupuk Kujang (Jawa Barat) akan menyediakan pupuk dan pestisida, serta Pertani memasok sarana produksi pertanian dan membeli hasil panen.

Direktur Utama Pertani Dwi Antono mengatakan, pihaknya akan membeli kedelai petani sesuai harga pasar. Pertani telah bekerja sama dengan para produsen tahu-tempe yang membutuhkan kedelai sebagai bahan baku produksinya untuk menyalurkan kedelai lokal tersebut.

Dalam skema ini digambarkan, petani tinggal bekerja menyiapkan lahan, menanam, merawat, sampai memanen dengan dukungan dari kelima BUMN itu. Pengembalian modal dilakukan setelah panen.

Biaya produksi kedelai Rp 1,2 juta per hektar dipotong dari penjualan hasil panen. Hasil penjualan bersih akan dibagi antara petani dan BUMN.

”Kami sedang menghitung berapa persen dari keuntungan yang akan diserahkan kepada petani. Yang jelas, petani akan dapat lebih dari 50 persen,” kata Upik.

Upik menambahkan, pada musim tanam bulan November 2008, Perhutani menyiapkan lagi lahan seluas 50.000 hektar untuk penanaman selanjutnya. Direktur Utama Sang Hyang Sri Edi Budiono mengatakan, selain dengan Perhutani, pihaknya juga bekerja sama dengan PT Perkebunan Nusantara II, V, VII, XIV, dan Rajawali Nusantara Indonesia untuk program serupa.

”Kami akan menanam kedelai seluas 2.000 hektar di areal PTPN II di Sumatera Utara,” kata Edi.(ham)

Sumber : Harian Kompas, 28 Maret 2008

Thursday, March 27, 2008

Penyebab Kanker Payudara Akhirnya Ditemukan

Topic : Academic

By Wuragil

SATB1, protein yang sudah lebih dulu terkenal dengan peran kuncinya dalam sistem kekebalan tubuh, ternyata memiliki sisi buruk. Tim ahli genetik di Amerika Serikat mengidentifikasinya sebagai protein nuklir yang mendorong kanker payudara mematikan.

Tim itu, seperti dimuat dalam jurnal Nature pada 13 Maret 2008 lalu, melukiskan SATB1 sebagai "master regulator" yang mengantar tumor di payudara memasuki fase metastasis, yakni proses ketika kanker menyebar ke organ lain. Ketika teraktivasi secara berlebihan, gen tersebut mampu mengubah perilaku sedikitnya 1.000 gen lain dalam sel-sel tumor. Tapi, ketika dinetralkan kembali, gen yang sama membuat sel-sel ini stop membelah diri dan mencegah terjadinya migrasi.

"SATB1 akan menjadi target yang menggiurkan untuk terapi kanker," kata ketua tim, Terumi Kohwi-Shigematsu, peneliti dari Lawrence Berkeley National Laboratory, di Berkeley, California.

Terumi menggandeng Hye-Jung Ha dan Yoshinori, dari laboratorium yang sama, serta Josse Russo dari Fox Chase Cancer Center di Philadelphia. Mereka akan melakukan studi terhadap lebih dari 2.000 spesimen tumor kanker payudara. Studi tersebut pada dasarnya melanjutkan penelitian yang sudah dirintis sejak awal 2000.

Dalam studinya yang terbaru, Terumi dan kawan-kawan menemukan bahwa kadar SATB1 yang tinggi terkait secara signifikan dengan kanker mematikan. Mereka menginjeksinya ke dalam tubuh tikus-tikus percobaan dan mendapati kecenderungan kanker menyebar ke bagian tubuh lain alias metastasis yang meningkat drastis.

Sebaliknya, secara krusial, tim sedikit sekali atau bahkan tidak sama sekali mendapati modul metastasis apabila SATB1 dilumpuhkan. Terumi menyatakan penemuan ini memberi pemahaman baru tentang bagaimana sebuah tumor kanker solid bisa memecah dan menyebar. "SATB1 terbukti meningkatkan ekspresi gen-gen yang mempromosikan pertumbuhan tumor. Dan sebaliknya, menekan atau mengurangi ekspresi penghambat tumor," katanya.

Di antara ratusan gen yang bisa diprogram ulang oleh SATB1, ada yang terlibat dalam stimulasi faktor-faktor pertumbuhan. Begitu pula dengan gen yang mengatur kemampuan sel-sel untuk melekat satu sama lain atau gen yang mengirim sinyal pertumbuhan dari satu sel ke sel lain. Seluruh fitur gen itu dibutuhkan dalam fase metastasis.

Sampai saat ini belum ada cara yang bisa memprediksi apakah sel kanker dalam sebuah tumor akan merambah ke jaringan organ tetangga, tumpah ke sistem peredaran darah, dan membentuk tumor baru di organ lain dalam tubuh. Protein SATB1 nantinya bisa menjadi penanda gejala tersebut.

Kalau itu bisa dilakukan, tentu akan sangat menolong. Metastasis selama ini merupakan penyebab kebanyakan kematian pasien tumor. Kalau sudah metastasis, biasanya hanya kurang dari 10 persen wanita penderita tumor yang bisa bertahan lebih dari 10 tahun. Hanya sekitar seperempatnya yang sampai lima tahun.

Len Lichtenfeld, Deputy Chief Medical Officer American Cancer Society, menyebutkan peran baru SATB1 ini mirip dengan konduktor orkestra. Secara mendasar, kata dia, studi itu berhasil mengidentifikasi sebuah protein yang bisa menciptakan sebuah lingkungan yang memungkinkan sekaligus banyak gen menjadi jahat.

Meski begitu, Lichtenfeld mengingatkan, temuan tersebut masih terlalu baru dan masih cukup jauh untuk bisa dimanfaatkan secara klinis. Seperti yang diakui oleh Terumi, studi ini masih akan ditindaklanjuti dengan mempelajari ekspresi biang gen yang sama dan efeknya pada manusia. "Kami belum tahu pasti apa yang akan terjadi, tapi, menurut kami, akan sama (seperti pada tikus)," katanya.

Sumber : TempoInteraktif

Tahukah Anda ?



Sumber gambar :http://nsidc.org/sotc/images/moa_iceshelves.jpg

Beting Es Kutub Selatan Runtuh Akibat Perubahan Iklim


Gambar yang diambil oleh satelit AS memperlihatkan satu bagian Beting Es Wilkins, yang sangat besar di Kutub Selatan, mulai runtuh akibat perubahan iklim secara cepat di satu wilayah yang dengan cepat menjadi hangat di wilayah itu, kata beberapa ilmuwan dari US National Snow and Ice Data Center (NSIDC), Selasa (25/3).

Meskipun daerah yang runtuh saat ini memiliki luas 160 mil persegi, satu bagian besar Beting Es Wilkins, seluas 5.000 mil persegi, sekarang hanya ditopang oleh satu jalur sempit es di antara dua pulau, kata Ted Scambos, pemimpin kelompok ilmuwan di NSIDC.

"Jika terjadi sedikit kemunduran lagi, 'dinding penopang es' terakhir itu dapat runtuh dan kita akan kehilangan separuh dari seluruh daerah beting es dalam beberapa tahun ke depan," katanya, seperti dikutip Xinhua.

Dalam 50 tahun terakhir, Semenanjung Kutub Utara barat telah mengalami peningkatan temperatur terbesar di Bumi, naik sebanyak 0.5 derajat Celsius per dasawarsa. "Kami percaya Beting Es Wilkins telah ada selama setidaknya beberapa ratus tahun, tapi udara hangat dan kondisi terbuka terhadap gelombang samudra mengakibatkan pemisahan," kata Scambos -- yang pertama menyaksikan proses pemisahan tersebut pada Maret.

Beting Es Wilkins adalah lapisan es luas abadi yang mengambang di bagian barat-daya Semenanjung Kutub Selatan dalam jarak sekitar 1.000 mil di sebelah selatan Amerika Selatan.

Citra satelit menunjukkan Beting Es Wilkins mulai runtuh pada 28 Februari. Banyak data memperlihatkan bahwa bongkahan besar besar, dengan ukuran 25,5 kali 1,5 mil (2,4 kilometer), terlepas dari bagian depan barat-daya beting es tersebut, sehingga memicu pemisahan 220 mil persegi bagian dalam beting es itu.

Dengan mendekatnya akhir musim pencairan pada musim panas di Kutub Selatan, banyak ilmuwan memiliki dugaan kuat bahwa Beting Es Wilkins akan kian terpisah dalam beberapa bulan mendatang.

"Kondisi tak biasa ini selesai bagi musim ini," kata Scambos. "Tetapi saat Januari datang, kami akan mengamati untuk melihat apakah Beting Es Wilkins akan kian terpisah."

Beting Es Wilkins adalah salah satu rangkaian beting es yang telah runtuh di Semenanjung Barat Kutub Selatan dalam 30 tahun terakhir. Larsen B menjadi yang paling terkenal, karena menghilang hanya dalam waktu sekitar 30 hari pada 2002. Runtuhnya Beting Es Prince Gustav Channel, Larsen Inlet, Larsen A, Wordie, Muller dan Jones juga mempertegas pemanasan yang tak pernah terjadi sebelumnya di wilayah Kutub Selatan, kata Scambos. (*)

Sumber : AntaraNews

Wednesday, March 26, 2008

Rite Aid, Jaringan Apotek Terbesar Ketiga di AS yang Ekspansif

Topic : Business

Rite Aid berdiri pertama kali pada September 1962 dengan nama Thrif D Discount Center di Scranton, Pennsylvania, AS. Namanya berubah menjadi Rite Aid Corporation pada tahun 1968 ketika perusahaan itu melakukan penawaran saham perdana di American Stock Exchange. Pada 1970, Rite Aid berpindah ke bursa saham New York.

Pada bulan Januari 1999, Rite Aid melakukan aliansi strategis dengan General Nutrition Company, Inc (GNC), toko pengecer terbesar dalam hal vitamin, makanan tambahan, nutrisi olahraga dan produk herbal. Kerjasama ini membuat GNC menjadi “ toko dalam toko” bagi apotek Rite Aid di seluruh pelosok negeri Paman Sam. Rite Aids dan GNC juga memasarkan produk vitamin dan mineral lainnya yang diberi label PharmAssure yang dijual gerai apotek Rite Aid dan GNC.

Dalam rangka mengokokohkan kehadirannya di dunia maya , Rite Aid sejak Juni 1999 bekerjasama dengan pemain bisnis apotek via internet drugstore.com yang menjajakan secara online produk kesehatan, kecantikan dan farmasi. Melalui aliansi tersebut, pelanggan Rite Aids dapat memesan resep via Internet melalui drugstore.com dengan layanan antar pada hari yang sama melalui apotek Rite Aid.

Pada tahun 2003 Rite Aid membuka gerai “Customer World” pertama yang dirancang tahun 2004. Perusahaan berencana membuka 1000 gerai baru dan merelokasi toko-toko lainnya dalam waktu lima tahun. Desain baru tersebut, dibuat berdasarkan umpan balik dari pelanggan, memposisikan farmasi sebagai “bintang” dan tampilan produk diperbarui serta navigasi toko yang tampak lebih professional dengan tambahan ruang konsultasi farmasi. Di ruang tersebut pasien memperoleh bimbingan langsung dari seorang ahli farmasi.

Inisiatif pertumbuhan Rite Aid antara lain difokuskan pada kesehatan pasien dan program kebugaran seperti kesehatan jantung dan kulit, pendidikan mengenai vitamin dan alergi, manajemen berat badan dan diabetes, termasuk meluncurkan produk-produk private label (produk buatan apotek sendiri) serta program promosi musiman yang efektif. Salah satu sukses Rite Aid adalah menggaet kaum lanjut usia. Jumlah lansia yang telah terdaftar melalui program Rite Aid mencapai 2,6 juta orang.

Pada 4 Juni 2007, Rite Aid membeli jaringan apotek Brooks and Eckerd, menciptakan jaringan apotek terbesar di Pantai Timur. AS sekaligus memperkokoh posisinya sebagai jaringan apotek terbesar ketiga di AS setelah Walgreens dan CVS dengan 5000 apotek di 31 negara bagian dengan pendapatan tahunan mencapai US$ 27 miliar. Lebih dari 1800 apotek yang baru diakuisisi akan diganti namanya menjadi Rite Aid yang diperkirakan akan memerlukan waktu sekitar 16 bulan.

Bagaimana pendapat Anda?

Upaya Kolektif Mencegah Pemanasan Global (1)



Mencari Energi Alternatif


Penggunaan energi alternatif terbarui perlu dilakukan di Indonesia. Pembangkit listrik di Indonesia kebanyakan menggunakan bahan bakar fosil, minyak bumi, batu bara dan gas alam. Ketiganya mengeluarkan CO2. Jadi semakin kita boros menggunakan listrik, semakin banyak CO2 yang dikeluarkan.

Daripada terus-terusan boros listrik dan pemerintah harus membangun pembangkit listrik berbahan bakar fosil baru untuk memenuhi kebutuhan aktivitas manusia, lebih baik melakukan hemat listrik. Dengan penghematan ini, anggaran pemerintah untuk subsidi listrik yang besar bisa dipakai untuk membangun pembangkit listrik dengan energi bersih, seperti sinar matahari, angin, biomassa dan panas bumi.

Tuesday, March 25, 2008

Sel Punca untuk Terapi Osteoarthritis



Sumber gambar : http://www.southwest-ortho.com/images/osteoarthritis.jpg

Topic : Academic


Osteoarthritis merupakan penyakit yang sering diderita oleh orang tua, tetapi anak-anak dan orang dewasa juga mungkin dapat menderita penyakit ini. Gejala penyakit osteoarthritis yang biasa dirasakan penderita adalah timbulnya rasa nyeri pada lutut, bahu, dan berbagai persendiaan terutama bila dilakukan pergerakan.

Penelitian tentang manfaat sel punca untuk terapi penyakit osteoarthritis ini pertama kali dilaporkan oleh Dr. Hollander dan kawan-kawan dari Universitas Bristol, Inggris.

Sel punca yang digunakan berasal dari mesenchymal stem cell yang diperoleh dari sumsum tulang penderita osteoarthritis itu sendiri. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa sel punca dapat membentuk tulang baru dengan berat paling sedikit 5 kali berat sel punca yang ditransplantasikan. Hal ini membuktikan bahwa sel punca yang diambil dari penderita osteoarthritis dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit yang dideritanya (Kafienah et al, 2007). Pengembangan terapi menggunakan sel punca pada penyakit ini memberi harapan baru terhadap penyembuhan penyakit osteoarthritis.

Sumber : “Prospek Dan Tinjauan Bioetika : Pengembangan Teknologi Kloning Sel Punca untuk Terapi di Bidang Kedokteran”, diterbitkan Kementerian Negara Riset dan Teknologi, Jakarta, 2007

Monday, March 24, 2008

Ekstrak Biji Anggur dan Teknologi Nano Efektif Menunda Proses Penuaan Dini

Topic : Business, Academic


Menjadi tua memang merupakan proses normal yang akan terjadi pada setiap manusia. Demikian juga, penuaan pada kulit seharusnya merupakan proses alami yang berjalan seiring bertambahnya umur seseorang. Umumnya penuaan mulai terjadi saat memasuki usia 30 tahun, di mana proses pembentukan sel baru mulai menurun dan penggantian sel kulit mati mulai berkurang. Namun, yang marak terjadi saat ini adalah datangnya penuaan sebelum waktunya atau lebih populer dengan penuaan dini. Biasanya dimulai pada usia 20 tahun.

Mengapa bisa terjadi ? Sebenarnya, jika menilik kembali pada faktor yang berperan dalam proses penuaan meliputi faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik dapat terjadi secara fisiologis, genetik, hormonal dan rasial. Meskipun demikian, sedapat mungkin proses penuaan dapat diperlambat atau dicegah agar tidak terjadi lebih dini dengan memperbaiki gaya hidup. Sedangkan faktor ekstrinsik penyebab penuaan dini antara lain adalah radikal bebas dan radiasi sinar UV. Sumber radikal bebas antara lain adalah radiasi sinar UV matahari pada pukul 09.00 – 16.00, makanan, polusi, sisa – sisa pembakaran dan lain-lain.

Radikal bebas sangat berbahaya karena amat reaktif mencari pasangan elektronnya. Jika radikal bebas sudah terbentuk dalam tubuh maka akan terjadi reaksi berantai dan menghasilkan radikal bebas baru yang akhirnya jumlahnya terus bertambah. Selanjutnya radikal bebas akan menyerang sel-sel tubuh kita sehingga terjadilah kerusakan jaringan yang akan mempercepat proses penuaan. Antioksidan merupakan senyawa ajaib yang sangat berperan dalam melumpuhkan radikal bebas, sehingga menghambat penuaan itu sendiri.

Tahukah anda, dalam ekstrak biji anggur (grape seed extraxt) ditemukan proanthocyanidin Oligimer (PCO) yang merupakan anti oksidan yang kuat untuk mengatasi faktor-faktor penyebab penuaan dini. PCO terbukti 20 kali lebih kuat dibanding vitamin C dan 50 kali lebih kuat dibanding vitamin E. Tak hanya itu, senyawa biji anggur ini juga terbukti aman dan ampuh menangkal radikal bebas, menghambat kerusakan kolagen, memperbaiki elastisitas jaringan kulit.

Inovasi teknologi penghantar sel terbaru yakni nano yang merupakan sistem pembawa berupa partikel unilamellar, terdiri dari inti lemak yang dikelilingi oleh monolayer fosfolipid berbentuk silindris dan co-surfaktan. Berbentuk kerucut, berukuran 20 – 40 nm. Di Indonesia sendiri, teknologi nano untuk kosmetika dipopulerkan oleh team R & D Ristra dibawah pimpinan Dr. Retno Iswari Tranggono (cosmetodermatologist).

Teknologi nano mempunyai daya penetrasi lebih baik karena berukuran jauh lebih kecil dibandingkan dengan sistem konvensional. Sistem penghantar nano ini mendistribusikan vitamin E dan Thymus Extract ke dalam kulit lebih optimal sehingga proses perbaikan sel-sel kulit menjadi lebih cepat dan efektif. Dengan demikian, proses penuaan dan penuaan dini pada kulit dapat diperlambat.

Sumber : Laboratorium Ristra

Sunday, March 23, 2008

Peran Inovasi Menurut Philip Kotler

Topic : Academic

Philip Kotler adalah pakar kelas dunia di bidang praktik strategis pemasaran, yang dipilih sebagai Leader in Marketing Tought pertama oleh American Marketing Association. Menjabat sebagai SC Johnson & Son Distinguished Profesor of International Markting di Kellog School of Management pada Northwestern University. Kotler merupakan penulis banyak buku pemasaran seperti Marketing Management dan Kotler on Marketing.

Berikut ini adalah pemikiran Kotler tentang peran inovasi dalam pemasaran :


Apa peran inovasi dalam pemasaran?

Seperti kata Peter Drucker,” Bisnis memiliki dua --- hanya dua --- fungsi dasar : pemasaran dan inovasi . Pemasaran dan inovasi memberikan dua hasil : Selebihnya adalah biaya-biaya.” Artinya. Formula Kemenangan ( yang digunakan Sony, 3M, dan Pfizer) = Inovasi Luar Biasa + Pemasaran Luar Biasa.

Inovasi bukan sekadar berkutat dalam penciptaan produk yang baru dan lebih baik, tetapi juga pengembangan system yang lebih baik dan konsep bisnis yang baru. Beberapa perusahaan seperti IKEA, Southwest Airlines, Virgin, Home Depot dan Barnes & Noble untuk menjalankan industri lama dan menjadi profit leaders. Pemasar memainkan peran penting dalam mengusulkan inovasi memperhitungkan potensinya serta memperhatikan fitur dan rencana peluncurannya.

Mengapa inovasi itu penting?

Inovasi tidak terlalu dianggap penting atau diperlukan. Ada yang lebih suka tidak ada inovasi. Mereka tidak suka perubahan. Di lain pihak, banyak orang AS suka perubahan. Hal itu muncul dari keyakinan bahwa inovasi berarti kemajuan. Orang Amerika percaya bahwa pada akhirnya mereka dapat menciptakan “surga di Bumi” di mana ada pemulihan dari segala jenis penyakit, di mana pengalaman diperoleh melalui realitas virtual, di mana ada makanan lezat yang bergizi, dan di mana perbedaan politis dapat diselesaikan tanpa kekerasan.

Inovasi membutuhkan kreativitas, yang sampai sekarang masih minim. Apa yang dapat dilakukan pemasar untuk mengatasi kurangnya kreativitas?

Perusahaan dapat menjadi lebih kreatif dalam tiga cara. Pertama adalah mempekerjakan lebih banyak orang yang kreatif, yang pikirannya terus berputar, selalu ingin tahu, dan selalu bertanya. Kedua adalah menggunakan alat bantu dan proses kreativitas dalam memecahkan masalah perusahaan. Alat-alat bantu ini mencakup brainstroming, synetics, analisis modifikasi, hubungan yang diperkuat, dan analisis morfologis.Ketiga adalah sesekali menggunakan jasa agen kreatif, yang dapat membantu membangkitkan ide-ide besar yang baru bagi perusahaan.

Apa saja inovasi yang Anda anggap sebagai “landmark” dalam sejarah pemasaran?
Berikut adalah pengembangan rintisan yang telah mengubah kehidupan dan gaya hidup kita :

- Inovasi ritel seperti department store, supermarket, hypermarket, toko jenis category killer, toko 24 jam, peritel besar, mal dan restoran cepat saji.
- Inovasi logistik pasar seperti FedEx, pengiriman dengan peti kemas dan cross docking.
- Inovasi kualitas seperti nihil-cacat (zero defect), kualitas six sigma, dan tim Total Quality Management.
- Saluran penjualan baru seperti surat pos, telemarketing, fax marketing, dan on-line marketing.
- Penemuan baru seperti telepon, radio, televisi, komputer, telepon seluler dan Internet.
- Inovasi finansial seperti kartu kredit , slogan “ tidak puas … uang kembali" (100 % cutomer satisfaction money back guarantee).

Bagaimana pendapat Anda?

Sumber : Dari buku "According To Kotler", Penerbit BIP, Jakarta, 2008

Wednesday, March 19, 2008

John Wood, Meninggalkan Microsoft Demi Membangun 3600 Perpustakaan di Asia

Topic : Business

Di usia kerjanya yang mencapai sembilan tahun di Microsoft, John Wood telah hidup lebih dari cukup. Karir menjanjikan, perusahaan besar yang prestisius dan sejumlah benefit yang menjadi impian para pekerja telah diperoleh John dengan sukses. Kekurangannya adalah John tidak pernah mendapatkan cukup waktu untuk kehidupan pribadinya.

Namun, satu kunjungan ke sebuah agen perjalanan telah mengubah jalur hidup John untuk selamanya. Lepas dari padatnya pekerjaan, John menemukan dirinya menapaki ketinggian Himalaya di dataran tinggi Nepal sejauh 200 mil dan hanya bisa dicapai dengan berjalan kaki selama 20 hari. Rupanya desa terpencil di awal perjalanannya yang dihuni orang-orang buta huruf dengan mayoritas anak-anak putus sekolah itu telah membawa keajaiban bagi hidupnya.

Sebuah gagasan tentang ruang baca atau perpustakaan yang disebutnya Room to Read telah mengubah kawasan dunia yang senyap menjadi ingar bingar pengetahuan. Dari ketinggian Himalaya John melebarkan gagasannya untuk anak-anak di banyak negara miskin khususnya Asia seperti Nepal, Tibet, India dan Kamboja. Sedikit demi sedikit jumlah perpustakaannya kini telah lebih dari 3600 buah. Sungguh prestasi luar biasa yang patut ditiru.

Antisipasi Dampak Pemanasan Global (6)


Oleh karena C02 dipergunakan tanaman untuk fotosintesis maka penanaman pohon dalam jumlah banyak juga dapat menjadi solusi. Bila setiap orang menanam satu pohon maka Indonesia akan bertambah lebih dari dua ratus juta tanaman yang ikut mengonsumsi CO2. Di Sulawesi Utara, dibuat Peraturan Daerah yang mewajibkan menanam pohon bagi pasangan yang akan menikah.

Di halaman rumah di Jakarta, penulis menanam pohon kelengkeng, anggur, jeruk nipis, pisang barangan medan, jati emas serta tanaman zodia untuk mengusir nyamuk. Suasana menjadi terasa lebih sejuk sepanjang hari.

Tuesday, March 18, 2008

Pemanis Rendah Kalori Bisa Memicu Kegemukan

Topic : Academic

By Ari Satriyo Wibowo

Pemanis rendah kalori selama ini selalu menjadi pilihan bagi orang yang hendak melakukan diet atau mereka yang mengidap penyakit diabetes. Sayangnya, hasil riset Dr. Susan Swithers dan Dr. Terry Davidson dari Universitas Purdue di Indiana, AS yang dipublikasikan di jurnal Behavioral Neuroscience justru menunjukkan bahwa beberapa senyawa yang ada pada pemanis rendah kalori justru dapat memicu kegemukan.

Kedua peneliti itu sampai pada kesimpukan tersebut setelah melakukan eksperimen pada hewan tikus. Mereka melakukan percobaan pada dua kelompok tikus. Kelompok pertama diberikan makanan yogurt yang telah diasupi saccharine sementara pada kelompok kedua disediakan yogurt yang dicampur gula biasa.

Keduanya kemudian mencatat perkembangan berat badan dua kelompok tikus itu setelah lima minggu. Hasilnya kelompok tikus yang mengonsumsi pemanis buatan ternyata lebih berat dibandingkan yang tidak mengonsumsi gula. Eksperimen dilanjutkan dengan memberikan pudding cokelat berkalori tinggi kepada dua kelompok tikus tersebut. Hasilnya, tikus yang mengonsumsi gula mengurangi porsi makan yogurtnya setara dengan jumlah pudding coklat yang mereka konsumsi. Sementara, tikus yang mengonsumsi pemanis buatan tetap mengonsumsi jatah yogurt mereka dengan lahap.

DR. Swithers dan Dr. Davidson juga mengukur suhu tubuh tikus sebelum dan sesudah makan coklat. Pada kondisi nirmal otak meningkatkan suhu tubuh pada sebelum dan sesudah makan. Ini diperlukan untuk mengeluaran energi secara intensif pada saat proses pencernaan makanan bekerja. Seperti yang sudah diduga kelompok tikus yang mengonsumsi gula mengalami kenaikan suhu normal. Sementara pada kelompok pengonsumsi pemanis buatan terjadi peningkatan suhu tubuh secara perlahan-lahan, yang menandakan terjadinya aktivitas pencernaan.

Keduanya lalu berpendapat ada perubahan persepsi otak terhadap hubungan antara pemanis buatan dan kalori. Riset sebelumnya menunjukkan bahwa otak berpikir bahwa adanya pemanis adalah merupakan pertanda adanya makanan berkalori tinggi. Tetapi setelah diberikan asupan pemanis rendah kalori beberapa kali maka otak kehilangan kemampuan menghitung jumlah kalori yang diberikan. Akibatnya, otak gagal menghentikan nafsu makan hewan pada batas yang wajar.

Bila hal tersebut juga berlaku di tubuh manusia maka merupakan sebuah ironi. Jika pemanis buatan dikonsumsi untuk keperluan diet yang terkontrol hal itu tidak menjadi masalah. Tetapi, jika tidak --- misalnya, dikonsumsi orang-orang yang menderita diabetes --- maka malahan bisa menimbulkan kegemukan.

Bagaimana pendapat Anda?

Sumber : “Metabolic Syndrome II (obesity) : Sweetness and Light”, The Economist, Februari 16, 2008 pages 89

Monday, March 17, 2008

Masyarakat Indonesia Haus akan Bioteknologi

Topic : Academic

Siapa bilang anak-anak Indonesia tidak suka sains? Indonesian Biotechnology Students Forum dengan dukungan berbagai pihak telah berhasil menyelenggarakan iBiotech 2008. Acara ini menarik lebih dari 1500 pelajar SMP/SMA dan lebih dari 200 guru MIPA di empat kota : Jakarta, Bandung, Jogjakarta, dan Surabaya dari tanggal 3-10 Maret 2008.

IBSF dan institusi pendukung memperkenalkan apa, bagaimana, dan manfaat dari bioteknologi dalam kehidupan sehari-hari dengan cara yang interaktif yaitu menggunakan multimedia dan eksperimen-eksperimen hand-to-hand. “Saya tidak tahu kalau bioteknologi ternyata bisa seasyik ini – biasanya materinya dilewati saja di kelas-kelas”, ungkap Dimple, pelajar kelas 3 SMA Lab School Jakarta.

“Saya terpukau dengan dengan pengetahuan pelajar Indonesia mengenai bioteknologi. Saya belum pernah berdiskusi dengan tingkat pengetahuan yang tinggi seumur mereka ”, tutur Terry Vrijenhoek, Ketua Asosiasi Mahasiswa PhD Bioteknologi (GeNeYouS) Belanda yang turut menyemarakkan acara ini dengan diskusi-diskusi yang menantang. Hal membuat kita sebagai bangsa Indonesia boleh berbangga bahwa kita memiliki SDM masa depan yang sangat baik – tidak kalah dengan negara maju.

Sambutan yang hangat akan suksesnya acara ini mengalir dari berbagai pihak seperti Prof. Suhartono Taat Putra dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, memuji inisiatif dari panitia iBiotech untuk memasyarakatkan sains dengan cara mudah kepada anak-anak. Hal ini sejalan dengan dialog Bapak Kusmayanto Kadiman, Menteri Negara Riset dan Teknologi dengan Prof. Abdul Kalam Presiden India 2002-2007 beberapa saat yang lalu dalam Kongres Sains Nasional 2007 di Jakarta. Beliau berkata,” Kita perlu mengenalkan sains kepada generasa muda, semakin muda, semakin baik…” dan we make it happened through iBiotech as a first step!

Sumber : Panitia iBiotech 2008

Saturday, March 15, 2008

Perkembangan Nanoteknologi di Thailand Didukung Semua Komponen ABG

Topic : Academic, Business, Government

By Dedy H.B. Wicaksono


Pada tanggal 13 Maret 2008 laboratorium kami kedatangan seorang tamu dari National Nanotechnology Center (NANOTEC) Thailand (http://www.nanotec.or.th) , Dr. Teerachai Pornsinsirak, yang menjabat sebagai Deputy Executive Director Research & Development Policy, Planning & Strategy di Pusat Nanoteknologi Thailand tersebut. Beliau datang setelah terlebih dahulu mengontak Professor kami, Prof. French.

Maksud kunjungan beliau ke lab kami adalah untuk melihat fasilitas fabrikasi mikroelektronika dan MEMS (Microelectromechanical System ) di Universitas kami di Delft, di samping untuk menjalin kerjasama berupa pertukaran mahasiswa atau karyawan.

Setelah salah seorang kolega kami memperkenalkan kepada beliau kegiatan riset di lab kami dalam bidang MEMS: Pressure sensor, resonator, dan lain-lain giliran beliau memberikan presentasi singkat tentang lembaga NANOTEC Thailand. NANOTEC Thailand sendiri baru berumur sekitar 4,5 tahun, didirikan Agustus 2003.

Secara organisasi, NANOTEC berada di bawah National Science and Technology Development Agency (NSTDA) Thailand (http://www.nstda.or.th). NANOTEC merupakan salah satu di antara lima Pusat Teknologi yang berada di bawah NSTDA: BIOTEC (Pusat Bioteknologi), MTEC (Pusat teknologi Metal dan Material), NECTEC (Pusat Teknologi Elektronika dan Komputer), serta TMC (Pusat Management Teknologi) yang berumur lebih muda dari NANOTEC. NSTDA sendiri memiliki pegawai sejumlah 2200-an orang, dengan anggaran sejumlah 120 juta US Dollar per tahunnya.



NANOTEC berdiri dengan modal awal 200.000 US Dollar, dimulai dari sebuah kantor. Di tahun pertamanya, mereka lebih sibuk dengan memformulasikan inisiatif nasional Thailand di bidang nanoteknologi, termasuk melakukan sosialisasi nanoteknologi kepada pengambil kebijakan, politisi, industri di Thailand, media massa Thailand, dan masyarakat luas. Di antara metode sosialisasi nanoteknologi yang dilakukan NANOTEC adalah melakukan road show ke Universitas, dan sekolah-sekolah di Thailand, selain juga melakukan Exhibition hasil penelitiannya ke masyarakat setiap tahun.

Dr. Pornsinsirak bercerita bahwa pada eksibisi pertama NANOTEC, raja Thailand sendiri berkenan mengunjungi eksibisi ini, dan disiarkan secara langsung oleh TV Nasional Thailand selama 3 jam siaran. Diharapkan dengan begitu, setidaknya masyarakat awam pun pernah mendengar apa itu nanoteknologi, sekalipun tidak mengetahui detailnya.

Pada saat kunjungan raja Thailand tersebut, NANOTEC antara lain memamerkan kemampuannya untuk menyusun molekul CO dengan STM (Scanning Tunneling Microscopy) membentuk tulisan nama Raja Thailand. Di tahun-tahun berikutnya, NANOTEC mulai melakukan investasi untuk mengembangkan infrastruktur nanoteknologinya, berupa pembelian instrument-instrumen pengukuran dan fabrikasi. Investasi di tahun kedua berjumlah 2 Juta US Dollar, kemudian disusul tahun ketiga sejumlah 8 Juta US Dollar, dan tahun terakhir ini mereka menginvestasikan 10 Juta Dollar untuk pembelian alat-alat terbaru.

Menurut Dr. Pornsinsirak, untuk pembelian SNOM (Scanning Near-Field Optical Microscopy), Raman Spectroscopy, dan AFM (Atomic Force Microscopy) saja, mereka menginvestasikan 500 ribu US Dollar.

Bidang-bidang Penelitian NANOTEC Thailand

Dari penjelasan Dr. Pornsinsirirak, penulis mendapatkan kesan bahwa sekalipun penelitian-penelitian nanoteknologi di NANOTEC Thailand sangat canggih dan menggunakan alat-alat terbaru, namun aplikasinya sangat praktis dan pragmatis serta diusahakan untuk menggunakan sumber daya alam yang terdapat di Thailand.

Ada tiga bidang penelitian yang dilakukan NANOTEC Thailand:

• Nano-Coating
• Nano-Encapsulation
• Nano-Devices

Dalam bidang nano-coating, NANOTEC menargetkan aplikasinya dalam industri tekstil dan pengolahan makanan. Bahan chitosan yang didapatkan dengan mudah dari kulit udang atau kepiting diolah untuk dijadikan nano-capsule dengan fungsi sebagai material yang dapat berubah fasa bergantung pada temperatur ruangan. Aplikasi nano-capsule chitosan ini antara lain untuk membuat bahan tekstil yang adaptif terhadap suhu sekelilingnya. Pada suhu yang panas, bahan mengembang untuk memudahkan sirkulasi udara yang pada gilirannya akan memudahkan penguapan keringat pada kulit badan, sehingga terjadi efek menyejukkan pada orang yang memakainya. Sebaliknya bila suhu sekelilingnya dingin bahan ini menjadi lebih padat dan merapat untuk mengurangi pertukaran kalor via konveksi dari tubuh pemakai ke lingkungan sekitarnya. Sementara di industri makanan dan pertanian, NANOTEC menargetkan coating untuk packaging antara lain buah durian.

Diharapkan dengan coating material tertentu, efek bau durian dapat ditekan. Dalam nano-coating ini pula NANOTEC tengah mengembangkan insulation paint, semacam cat untuk insulasi panas.

Dalam bidang nano-encapsulation, NANOTEC menargetkan industri farmasi, kosmetika, dan makanan sebagai aplikasi penelitian mereka. Dalam kosmetika misalnya, NANOTEC tengah mengembangkan nanopartikel TiO2 untuk perawatan jerawat. NANOTEC berkonsentrasi pada penggunaan bahan-bahan organik, seperti herbal tradisional Thailand untuk jamu.

Gamma-Oryzanol, misalnya, yang berasal dari beras, yang bermanfaat sebagai obat untuk a.k. menopausal symptoms, kecemasan, sakit perut, dan kolestorol tinggi, dikemas dalam suatu nanoenkapsulasi berupa Solid Lipid Nanoparticle (SLN). Penggunaan SLN meningkatkan solubilitas zat berkhasiat yang digunakan sebagai obat/jamu. Demikian pula zat aktif curcumin yang berasal dari kunyit, dienkapsulasi dengan Chitosan.

Dalam bidang nanodevices, NANOTEC menitikberatkan penelitiannya pada pembuatan sel surya (solar cell), khususnya yang berbahan organic. Sekalipun sel surya organic lebih rendah efisiensinya (maksimal 5%) daripada sel surya silicon Kristal tunggal atau Kristal majemuk (hingga 15%), namun biaya pembuatannya jauh lebih murah. NANOTEC meneliti terutama dari sisi ilmu bahan dan aspek pemrosesan lapisan tipis untuk menghasilkan elektronika organic dan elektronika plastik/polimer. Mereka juga tengah mengembangkan dye-sensitized solar cells, atau sel surya yang ditingkatkan efisiensinya dengan zat warna. Zat warna ini diekstrak dari tanaman, seperti bayam dan sayur- sayuran hijau lainnya, demikian penjelasan Dr. Pornsinsirirak.

Selain sel surya, NANOTEC juga mengembangkan hidung elektronik yang akan diaplikasikan di industri kopi, untuk menguji kualitas aroma kopi secara lebih konsisten dibandingkan uji kualitas dengan hidung manusia. Biosensor berupa konjugat bahan latex (dari karet) dengan antibodi pun tengah dikembangkan.

Selain itu, juga dalam bidang biosensor, mereka tengah mengembangkan deteksi cepat bacteria dengan nanopartikel konjugat semikonduktor flouropheres.

Untuk mendukung industry gula-tebunya (Thailand adalah pengekspor gula tebu nomor 2 terbesar di dunia setelah Brazil), NANOTEC mengembangkan pula keping mikrofluidik (microfluidic chip) untuk sensor glukosa, dengan immobilisasi ezim glucose oxidase.

Menurut penuturan Dr. Pornsinsirirak, kunjungan mereka ke Eropa kali ini adalah untuk menjajagi kemungkinan perluasan infrastruktur mereka untuk merambah bidang nanodevais yang mesti dibuat dengan metode top-down atau pemrosesan kering yang meminjam prosesnya dari teknologi mikroelektronika.

Sekalipun baru berumur empat tahun lebih sedikit, penulis berkesimpulan bahwa Thailand dengan unsure pemerintah, akademis, dan industrinya bersungguh-sungguh dalam perencanaan dan pengembangan nanoteknologi berkelas dunia dengan aplikasi yang sangat membumi untuk Negara Thailand. Strategi Thailand dengan memusatkan infrastrukturnya kemudian mendayagunakannya secara sharing amat tepat untuk menghemat biaya riset dan pengembangan nanoteknologi.

Disamping itu, ada keinginan kuat dan gigih untuk membina sumber daya manusia mereka dengan menyekolahkannya di Amerika Serikat, Jepang, dan dalam negeri Thailand sendiri, serta mengembangkan kerjasama dengan lembaga-lembaga penelitian serupa di luar Thailand.

Sungguh sangat baik apabila Indonesia dapat belajar dari pengalaman Thailand ini, untuk merencanakan dan mengembangkan road map nanoteknologi nasional Indonesia yang didukung semua unsur yang terlibat: pemerintah, dunia akademis, dan dunia industri/usaha.

Tentang Penulis

Dedy H.B. Wicaksono lulusan Teknik Fisika ('93) Insititut Teknologi Bandung tahun 1998. Sambil menyelesaikan penulisan thesisnya di TU Delft tentang biologically-inspired sensors, sejak Maret 2008 ini, Dedy memulai proyek baru dalam sensory-feedback di biomedical surgical system.

Friday, March 14, 2008

Sel Punca untuk Terapi Penyakit Stroke


Sumber gambar :http://www.imb.sinica.edu.tw/~Hungli/imgs/figure.jpg

Rats with right middle cerebral artery (MCA) ligation receiving subcutaneous G-CSF showed less cerebral infarction and greater improvement in motor and sensory performance than vehicletreated controls. Our study indicates that increases in bone marrow cell mobilization and targeting to the brain can reduce the volume of cerebral infarction and improve neural plasticity and vascularization. G-CSF aided stimulation of autologous stem cell engraftment might offer clinicians a novel strategy for neuronal repair in stroke and other neurodegenerative diseases.

Topic : Academic

Stroke menyebabkan kerusakan syaraf permanen pada otak sehingga seseorang yang terserang penyakit ini biasanya sulit untuk berbicara atau bergerak. Menyambung kembali syaraf yang rusak akibat stroke merupakan usaha yang sulit untuk dilakukan. Penelitian dengan menggunakan sel punca memberi kemungkinan untuk penyembuhan penyakit ini.

Peneliti dari University of Minnesota, Departemen Neurosurgery dan Stem Cell Institute melaporkan hasil penelitiannya pada bulan Maret 2002 tentang kemampuan adult stem cell dalam menyembuhkan stroke pada binatang. Sel punca yang digunakan dalam penelitian ini diisolasi dan dikembangkan dari sumsum tulang manusia dewasa, kemudian ditransplantasikan pada tikus yang mengalami stroke iskemik pada otaknya. Transplantasi sel punca ini dilakukan pada hari ke tujuh setelah tikus diidentifikasikan menderita stroke iskemik pada otaknya. Sebelum mendapatkan transplantasi, tikus yang menderita stroke iskemik tersebut tidak dapat menggerakkan kaki depan dan kaki belakangnya. Dalam waktu satu minggu setelah mendapatkan transplantasi dengan adult stem cell, tikus tersebut sudah dapat menggerakkan kaki-kakinya.(Science Daily, 2005).

Sumber : “Prospek Dan Tinjauan Bioetika : Pengembangan Teknologi Kloning Sel Punca untuk Terapi di Bidang Kedokteran”, diterbitkan Kementerian Negara Riset dan Teknologi, Jakarta, 2007

Tahukah Anda ?


Sumber gambar : http://techdigest.tv/thruvision-t5000-demo-x-ray.jpg

Hati-Hati Ada Kamera yang Bisa Menembus Baju Anda

Sebuah kamera yang bisa menampakkan benda-benda di balik baju anda dari jarak 25 meter, telah dibuat.

Seperangkat Kamera yang dinamai T5000 Security Imaging System ini nantinya akan dipasang di bandara-bandara, stasiun kereta api, atau fasilitas-fasilitas dan area publik lainnya sebagai alat pengamanan.

Seseorang yang menyembunyikan obat terlarang, minuman keras, atau pun senjata di balik bajunya, bisa kelihatan oleh kamera ini dari jarak 25 meter, sebuah teknologi baru peralatan pengamanan yang lebih canggih dari teknologi sinar X-ray.

Kamera yang dibuat berdasarkan teknologi "terahertz" atau yang akrab disebut T-ray ini biasanya digunakan oleh para astronom untuk penelitian di luar angkasa.

Kendati pun bisa menampakkan obyek di balik baju seseorang, kamera ini tidak bisa menampakkan detail tubuh dan tidak mengeluarkan radiasi berbahaya bagi manusia.

"Itu seluruhnya dan total pasif, hanya menangkap (gambar obyek kasar) saja," kata jurubicara dari ThruVision Ltd, perusahaan asal Inggris yang memproduksi kamera tersebut.

Kamera itu juga dipamerkan dalam pameran Home Office Scientific Development Branch (HOSDB) di Inggris 12 dan 13 Maret ini.

Metal dan Air

Tidak seperti sistem pengamanan yang menggunakan X-ray, ThruVision sistem ini memanfaatkan terahertz ray atau T-rays.

Radiasi elektromagnetik T-rays ini berupa energi level rendah yang dipancarkan oleh semua manusia dan benda, yang kemudian ditangkap oleh kamera T5000.

Gelombang ini mampu menembus pakaian, kertas, keramik, dan kayu, tetapi tidak bisa menembus benda metal maupun air.

Sistem itu bekerja dengan mengumpulkan gelombang dan memprosesnya untuk membentuk sebuah gambar, dan mampu menampakkan obyek yang tersembunyi.

"Jika saya melihat anda dengan bantuan terahertz (teknologi T-ray), anda akan kelihatan bersinar seperti sebuah sinar dari bolalampu dan obyek lain kelihatan sedikit terang atau lebih terang," kata jurubicara ThruVision.

Sistem dalam kamera ThruVision tersebut telah memanfaatkan teknologi yang dikembangkan oleh lembaga riset pemerintah Inggris, Rutherford Appleton Laboratory (RAL) yang terletak di Oxfordshire.(*)

Sumber : Antara News, 13 Maret 2008

Thursday, March 13, 2008

Resep dr. Boen Agar Indonesia Bisa Maju

Topic : Business

Apa resep agar Indonesia bisa maju? Bila pertanyaan ini diajukan kepada dr. Boenjamin Setiawan, PhD, Chairman Grup Kalbe, maka jawabannya adalah dengan cara menghapus atau mengubah budaya negatif yang saat ini sudah menjadi praktik dalam kehidupan sehari-hari di Indonesia.

Ada lima budaya negatif yang menjadi sorotan dr. Boen yakni :

1. Budaya korupsi
2. Budaya mempersulit
3. Budaya NATO (No Action Talk Only)
4. Budaya Alon-Alon Waton Kelakon (Biar lambat asal terlaksana)
5. Budaya malas dan suka meminta-minta (mengemis)

Selain itu, pria yang suka membuat singkatan sederhana agar mudah diingat ini, mengingatkan agar perusahaan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) yang disingkatnya menjadi TARIF yakni :

1. Transparency
2. Accountable
3. Responsible
4. Independent
5. Fair

Menurutnya jika perusahaan menerapkan tata kelola perusahaan dengan benar mau tidak mau akan mempersempit ruang gerak praktik korupsi.

Dan agar perusahaan unggul di percaturan bisnis maka perusahaan harus memiliki sumber daya manusia yang memiliki watak DJITU yakni :

1. Disiplin dan Dedikasi
2. Jujur dan Jeli
3. Inovatif dan Inisiatif
4. Tulus dan Tanggung Jawab
5. Ulet dan Unggul

Bagaimana pendapat Anda?

Tahukah Anda ?


Sumber gambar :http://www.nature.com/ncponc/journal/v2/n10/images/ncponc0320-f2.gif

Protein Penangkal Kegemukan


Anda yang mengalami kegemukan bakal punya harapan baru. Para peneliti di Swedia telah menemukan sebuah protein yang dapat merangsang bentuk sel-sel lemak.

Protein ini yang dikenal sebagai TRAP atau tartrate-resistant acid phosphatase, "Kerjanya merangsang pembentukan sel-sel lemak baru dan dengan demikian dapat mengatasi persoalan kegemukan," Demikian diungkapkan para peneliti dari Karolinska Institute, Swedia.

Penelitian ini didasarkan pada penelitian atas kultur sel dan tikus dan menunjukkan bahwa pada mereka yang kegemukan kadar proteinnya berlebihan.

"Protein ini potensial digunakan untuk merawat mereka yang berada dalam kondisi disebut morbid cachexia (kehilangan berat badan) seperti penyakit kanker," ujar profesor Goeran Anderson, pemimpin peneliti.

"Temuan ini merupakan langkah awal bagi perawatan kegemukan yang didasarkan pada teknik mencegah efek-efek protein,"

Penelitian yang dilakukan sekitar empat tahun ini mengikutsertakan sekurangnya 14 wanita dengan obesitas dan dipublikasikan di Jurnal Public Library of Science.

Sumber : Harian Kompas, 12 Maret 2008

Wednesday, March 12, 2008

Bedah Buku Miranda Gultom "Essays in Macroecomic Policy : The Indonesian Experience"



Topic : Academic, Business, Government

By Ari Satriyo Wibowo

Bila orang bertanya “What is your vision in 2025?” kepada Mahatir Mohammad dari Malaysia maka akan dijawab “Knowledge Based Economy.” Bila pertanyaan yang sama diajukan kepada Lee Kuan Yew dari Singapura jawabannya adalah “Knowledge Based Society.” Bagaimana dengan Indonesia? Jawaban untuk itu panjang sekali karena bisa mencapai 25 kata. Hal itu diungkapkan Miranda Gultom, Deputi Senior Gubernur BI ketika memberikan pengantar dalam acara bedah buku barunya berjudul “Essays in Macroenomics Policy : The Indonesia Experience” di Gedung Ristek Lantai 3, Jakarta, Selasa (11/3) kemarin.

Pada acara tersebut Menristek Kusmayanto Kadiman bertindak langsung sebagai moderator. Tampil sebagai pembedah buku ada tiga orang yang menyorotinya dari 3 sisi yang berbeda yakni
Dr. Ir. Edi Bambang Prasetyo dari Bioteknologi LIPI Cibinong, Dr. Ir. Teguh Rahardjo, Head of Planning Affairs Ristek dan Prof. Dr. Ir. Carunia Mulya Firdausy, MA, APU Deputy Minister of Societal Dynamics Ristek.

Dalam sambutan awalnya Menristek menggarisbawahi bahwa saat ini tidak perlu ada pertentangan antara teknokrat dengan ilmuwan humaniora. Kesadaran itu menurut Menristek sudah ditumbuhkan sejak Mei 1959. Bahkan, ketika PII dan ISEI dibawah pimpinan Ir. Sarminadi dan Marie Muhammad, SE kedua organisasi profesi ini sepakat untuk melakukan kerjasama. Para teknokrat mengembangkan teknologi sedangkan para ekonom mengatur dananya. Pemahaman tentang proses teknologi dalam fungsi produksi inilah yang telah membuat Jepang unggul dibandingkan negara lainnya.

Meski buku berisi 28 bab tersebut sarat dengan telaah ekonomi tetapi dalam buku itu tetap ditekankan bahwa kemajuan suatu bangsa tetap ditentukan oleh teknologi yang dikuasainya. Oleh karena itu andaikata Menristek Kusmayanto ditanya “What is your vision 2025?” maka serta merta dijawab dengan singkat “Innovation”.

Miranda mengemukakan susahnya membuat kebijakan di Indonesia karena data-data yang ada bersumber dari pertanyaan yang salah. Misalnya, survei yang dilakukan Biro Pusat Statistik terhadap 11.000 perusahaan menjadi tak bermanfaat karena dimulai dengan cara bertanya yang salah. “Akibatnya yang terjadi adalah Garbage In Garbage Out,” ungkap doktor ekonomi lulusan Universitas Boston, AS itu.

Ibu dua anak itu juga mengeluhkan bahwa para pelaku ekonomi banyak yang kebal terhadap The Law of Diminishing Return.Gambarannya sederhananya bila seseorang makan baso pertama kali akan terpuaskan karena menghilangkan rasa lapar tapi pada kesempatan makan lagi untuk kelima kalinya tidak lagi karena perut sudah kenyang.” Dalam kenyataan orang makin greedy sehingga akhirnya terjadi economic buble,” tambahnya.

Lebih lanjut Miranda menegaskan bahwa Indonesia memerlukan competitive advantage of nation yang disertai inovasi dan semangat berkompetisi yang tinggi.

Salah satu pembahas Bambang Prasetyo dari Bioteknologi LIPI menyoroti bahwa belum banyak orang Indonesia yang menyadari bahwa kemajuan sebuah bangsa ditentukan oleh intangible capital berupa sumber daya manusia, inovasi, penemuan baru dan paten . Bila hal itu disadari maka keunggulan bioteknologi Indonesia dapat dikomersialkan.” Bambu umur 3 tahun bila diolah kekuatannya akan setara dengan kayu jati umur 80 tahun,” ia mencontohkan.

Bagaimana pendapat Anda?

Antisipasi Dampak Pemanasan Global (5)



Sumber gambar :http://ngadimin.org/wp-content/uploads/2007/07/macet_piala_asia.jpg

Mengurangi Penggunaan Mobil Pribadi


Mobil sebagai penyumbang sumber CO2 terbesar di wilayah perkotaan juga perlu diantisipasi dengan mengubah perilaku hidup orang. Penggunaan mobil pribadi menjadi penyumbang CO2 terbesar bila tidak ada pengaturan kegiatan mobil pribadi atau mobil dinas dengan baik. Pencemaran udara sekitar 70% dihasilkan oleh kendaraan bermotor. Menurut catatan Swisscontact, Proyek Udara Bersih Jakarta, sumber pencemaran di Jakarta disumbang oleh kendaraan pribadi sekitar 90% dan sekitar 10% dari kendaraan umum termasuk truk.

Sumber :Gatut Susanta dan Hari Sutjahjo, "Akankah Indonesia Tenggelam Akibat Pemanasan Global," PenebarPlus, Jakarta, 2007

Tuesday, March 11, 2008

Dari Diskusi Pakar Sosial dan Humaniora Mengenai Sel Punca

Topic : Government, Academic

By Ari Satriyo Wibowo

Perkembangan teknologi sel punca memiliki potensi besar untuk pengobatan berbagai penyakit sehingga pengembangannya memperoleh sebutan sebagai kedokteran regeratif. Bila dahulu untuk terapi penyakit dibutuhkan organ satu per satu seperti ginjal untuk ginjal, mata untuk mata maka saat ini dengan memanfaatkan sel punca yang bersifat pluripoten teknologi ini berpotensi besar untuk terapi berbagai penyakit seperti infark jantung, stroke, penyakit Parkinsonm Alzheimer, diabetes, osteoarthritis dan berbagai macam penyakit kanker seperti kanker darah dan sebagainya. Singkat kata pengembangan teknologi sel punca akan meningkatkan kualitas hidup umat manusia. Hal itu disampaikan dr. Boenjamin Setiawan, PhD dari Stem Cell and Cancer Institute (SCI) sekaligus ASPI (Asosiasi Sel Punca Indonesia) pada diskusi dalam rangka sosialisasi teknologi sel punca di kalangan ilmuwan sosial dan humaniora di Gedung Ristek, Lantai 23, Jakarta, kemarin.

Diskusi itu dihadiri antara lain Prof. Sediono Tjondronegoro dari IPB, Dr. Tamrin Amal Tomagola, Prof. Dr. Michael Soerjanto Puspowardoyo dari Filsafat UI, Dr. Mely G. Tan, Dr. Yekti Maunati dan Dr. M. Hisyam dari LIPI. Selaku tuan rumah adalah Dr. Amien Subandrio, Deputi IV Kementrian Ristek yang menjabat pula sebagai pengurus Asosiasi Sel Punca Indonesia (ASPI) dan Tim Nasional Stem Cell Indonesia bentukan Depkes RI. Bertindak sebagai moderator Ibu Roosmalawati Rusman, PhD , Asisten Deputy Menristek Bidang Analisis Kebijakan Publik.

Menanggapi presentasi dr. Boen, Prof. Dr. Soerjanto Puspowardoyo bahwa saat ini perkembangan peradaban manusia mengalami kemajuan luar biasa dengan adanya teknologi. Konsep dasar peradaban itu dikembangkan untuk peningkatan kualitas hidup manusia. Teknologi pun pada awalnya untuk kepentingan manusia sehingga tidak dibenarkan apabila hal itu mengurangi peradaban manusia.

Soerjanto mengutip pendapat Habermans bahwa knowledge itu pada dasarnya tidak netral. “Knowledge yang dikembangkan dengan teknologi akan menjadi bersifat teknis belaka padahal dalam sejarah tujuan ilmu pengetahuan adalah menemukan kebenaran,” ujarnya.

Sementara itu, Tamrin Amal Tomagola, menyoroti bahwa kualitas hidup manusia didefinisikan secara berbeda-beda. Semua hasil pada akhirnya ditentukan mekanisme politik. Makin maju masyarakat maka pihak penguasa makin memberi ruang bagi choice (pilihan) dan alternatif. Sedangkan pada pemerintahan yang represif tidak ada pilihan maupun alternative. “Pemerintahan mengatasnamakan Tuhan untuk menakut-nakuti bahwa hal itu adalah kemauan Tuhan,” katanya.

Oleh karena itu, menurut Tamrin, sebaiknya para peneliti sel punca itu diberi kebebasan untuk melakukan penelitian tanpa perlu diberi limit atau batasan tertentu. “ Nanti, melalui proses politik maka hasil penelitiannya akan disaring,” Tamrin menambahkan.

Dr. Mely G. Tan menganologikan teknologi sel punca seperti halnya teknologi nuklir yang bersifat merusak (destructive) sekaligus bermanfaat (useful). Itu dua pilihan yang ada. Oleh karena itu harus dicari cara untuk mengendalikan. Dan karena saat ini masyarkat sedang bergerak menuju Knowledge Society maka kelak yang akan memegang kekuasaan adalah para ilmuwan (scientist).” Maka ketika memegang kekuasaan mereka juga harus memiliki rasa bertanggung jawab,” tuturnya.

Pada kesempatan itu Dr. Amien Subandrio mengisahkan alasan mengapa Ketua LIPI Prof. Umar Jennie membatalkan kerjasama dengan Korea Selatan. Hal itu karena teknologi yang dikembangkan di Korsel adalah embryonic stem cell yang membutuhkan donor sel telur sangat banyak. Dalam kerjasama itu, Indonesia diwajibkan untuk ikut menyumbangkan 100.000 sel telur. “Tentu saja hal ini ditolak dengan tegas Prof. Umar karena menyangkut ketahanan sebuah bangsa.”

Lebih lanjut Amien memberikan ilustrasi seandainya sel darah tali pusar penduduk Indonesi dimiliki pihak luar negeri maka pihak luar mampu membuat obat yang khusus untuk menyembuhkan penyakit yang diderita orang Indonesia. “Demikian pula dalam kondisi perang maka pihak luar negeri dapat menciptakan penyakit yang hanya bisa mengenai orang Indonesia sementara pihak musuh tetap kebal terhadap penyakit tersebut,” paparnya.

Dalam diskusi tersebut mereka umumnya menyepakati bahwa terapi yang layak dikembangkan adalah therapeutic cloning dan bukannya reproductive cloning. Bukan menggunakan embryonic stem cell melainkan adult stem cell. Serta sependapat bahwa teknologi sel punca memiliki aspek hukum yang begitu rumit.

Bila kali ini diskusi dilakukan dengan para praktisi di lingkungan ASPI maka pada kesempatan mendatang diskusi akan diselenggarakan dengan praktisi Tim Nasional Stem Cell Indonesia di bawah Depkes RI yang banyak terlibat dalam penyusunan peraturan perundang-undangan tentang teknologi sel punca di Indonesia.

Bagaimana pendapat Anda?

Monday, March 10, 2008

Joe Hin Tjio, WNI Penemu Kromosom 46

Topic : Academic

Belum banyak orang Indonesia yang tahu bahwa penemu jumlah kromosom 46 adalah seorang warga negara Indonesia bernama Joe Hin Tjio.

Tjio lahir tahun 1916. Ayahnya seorang fotografer dan memiliki sebuah studio foto. Ia sering membantu memproses pencetakan film di “kamar gelap” studio foto milik ayahnya itu.

Tjio mengenyam pendidikan dasar hingga menengah di masa kolonial Belanda yang membuatnya mampu berbahasa Perancis, Jerman dan Inggris disamping bahasa Belanda. Ia pun menguasai berbagai bahasa daerah yang ada di Indonesia. Ia kemudian memutuskan mendalami agronomi dan terlibat dalam budidaya dan pemuliaan kentang. Profesi itu membuatnya matang sebagai ilmuwan. Tjio pada waktu itu mampu menciptakan kentang hibrida yang tahan terhadap pelbagai penyakit.

Ketika Balatentara Jepang menyerbu Indonesia pada 1942 dan Tjio dimasukkan dalam kamp konsentrasi serta mengalami berbagai macam penyiksaan.Kejadian itu akhirnya menjadi trauma dalam kehidupan selanjutnya.

Ketika perang berakhir , Tjio menumpang kapal Palang Merah yang kemudian membawanya ke Belanda. Di negeri Kincir Angin itu, ia menerima beasiswa untuk belajar ke Eropa.”Saya tinggal di rumah para kerabat orang-orang yang pernah saya tolong di penjara,” katanya suatu ketika.

Tjio hanya menumpang hidup di Belanda selama 3 bulan dan selanjutnya ia sudah mampu mandiri karena memperoleh pekerjaan sebagai pemulia tanaman di Copenhagen dan Swedia.

Di Swedia, Tjio bertemua dengan Inga, wanita Eslandia yang kemudian dinikahinya pada 1946.

Selama satu setengah tahun ia bekerja di Royal Danish Academy di Copenhagen, kemudian pindah ke Universitas Lund di Swedia. Di sana, Tjio berasosiasi dengan Institute of Genetics yang dipimpin oleh Dr. Albert Levan. Penelitian sejak itu makin meluas hingga ke jaringan hewan mamalia.

Tjio menjadi cytogenetics secara kebetulan. Tetapi pekerjaan utamanya adalah dalam genetika tanaman.Keberhasilan risetnya telah mendorong pemerintah Spanyol untuk mengundangnya bekerja dalam proyek perbaikan tanaman. Mulai tahun 1948 hingga 1959, ia memberikan arahan bagi riset cytogenetics di Zaragoza, sementara di musim panas Tjio bekerja dengan Dr. Levan di Swedia.

Tjio sedang mencoba mempelajari kromosom manusia dan tanpa sengaja pada pagi hari 22 Desember 1955 terjadi penemuan luar biasa. Dengan menggunakan teknik untuk pemisahan kromosom pada sediaan gelas yang dikembangkan Dr. T.C. Hsu dari Universitas Texas di Galveston, Tjio melakukan perbaikan bagi teknik itu. Ternyata metode barunya itu mampu menghitung dengan tepat jumlah kromosom manusia yang ada pada jaringan embryonic paru-paru manusia sebanyak 46 bukan 48 seperti yang diperkiraan para ilmuwan pada masa itu.

“Saya sangat terkejut bahwa jumlahnya 46 tidak seperti perkiraan orang di masa itu yakni 48 buah,” ujarnya dalam memoar yang ditulis di NIHrecord.

Temuan revolusionernya itu kemudian dipublikasikan di sebuah jurnal Skandinavia bernama Heriditas pada 26 Januari 1956 hanya dalam waktu satu bulan empat hari hari sejak temuannya itu.

Pada tahun 1958 Tjio pergi ke Amerika Serikat dan pada 1959 ia begabung menjadi staf National Institute of Health di Bethesda, Maryland, AS. Di sini ia mengabdikan diri dalam riset kromosom manusia.

Pada tanggal 6 Desember 1962 Presiden AS, John F. Kennedy menganugerahi dirinya penghargaan International Prize Award winner of Joseph P. Kennedy, Jr Foundation. Penghargaan itu diberikan kepada Tjio atas risetnya mengenai keterbelakangan mental.

Tjio pensiun pada tahun 1992 dan akhirnya wafat tahun 2001.

Bagaimana pendapat Anda?


Sumber : Wikipedia dan NIHrecord

Thursday, March 6, 2008

Hosea Handoyo, Ilmuwan Muda Biologi Molekuler Masa Depan

Topic : Academic

By Ari Satriyo Wibowo

Salah satu pembicara pada Pameran iBiotech 2008 di Lab School Rawamangun adalah Hosea Saputra Handoyo (22 tahun). “Saya ingin memajukan science di Indonesia tidak kalah dengan apa yang sudah dilakukan Audrey Clarissa ( Ketua IPSF 2006-2007) dan Kalman Wijaya (Pendiri Indonesia Biotechnology Student Forum yang mahasiswa Sekolah Farmasi ITB),” ujarnya ketika ditanya mengenai cita-citanya.

Hosea merupakan ilmuwan muda biologi molekuler yang ikut aktif terjun ke lapangan langsung. Demi kegiatan iBiotech ia rela mengambil cuti beberapa hari ke Indonesia. “Kita aplikasikan konsep-konsep yang ada langsung dalam bentuk aksi jadi bukan NATO (No Action Talk Only),” paparnya.

Hosea baru saja meraih gelar Bachelor of Life Sciences di Faculty of Applied sciences, HAN University , Nijmegen, Belanda tahun 2008 setelah menempuh pendidikan selama 2004-2007.

Pria kelahiran Bandung, 8 November 1985 itu memperoleh beasiswa dari Nufic Neso Belanda setelah berhasil menjadi salah satu lulusan terbaik SMA Taruna Bakti, Bandung tahun 2004.

Sebagai sarjana ilmu kehidupan di Belanda, Hosea dibekali dengan ketrampilan laboratorium yang mumpuni meliputi : Biotechnology (sonication, centrifugation, filtration, dialysis, fermentation manual/automated ), DNA techniques: (genomic DNA/plasmid isolation Birnboim/Kit Mini-Maxi, RNA isolation manual/kit, purification, digestion, ligation, vector-based cloning on bacteria, transformation heat shock/electroporation), PCR (regular, hot-start, colony, genomic, genotype, fusion, site-directed mutagenesis), Chromatography (SEC, HIC, IEX, AC, GC, HPLC), Electrophoresis (DNA, RNA, Protein, IEF), Blotting (Southern, Northern, Western), Bioinformatics (BLAST, ClustalW, Cn3D, PhyloTree, ProtMod, VectorNTI , Microbiology (oculation, species differentation, various staining, plating, growth optimalization), Analytical Chemistry (titration, spectrophotometry, various ions determinations, gravimetry), Immunochemistry (ELISA, IP), Histochemistry (Golgi-Cox Staining ), Cell and Tissue Culture (cell passaging and suspension , cell preservation, aspectic techniques, transfection) dan Kinase Assay (P32)

Di Belanda ia mengikuti internship di Netherlands Insitute of Neurosciences dengan Ger JA Ramakers sebagai supervisornya di bidang Mental Retardation Research.

Selama 2007 ia memperoleh penghargaan sebagai Tiga Orang Mahasiswa Non Barat terbaik berdasarkan survey ECHO Foundation yang didukung oleh Kementrian Pendidikan dan Keduayaan Belanda, Nufic dan ING Bank.

Saat ini , Hosea sedang menempuh pendidikan PhD di bidang Molecular Biology di Dundee University , Skotlandia yang diharapkan akan dapat dituntaskannya pada tahun 2011. Ia mengikuti program internship di The Sir James Black Centre - Wellcome Trust Biocentre, Medical Research Council - Protein Phosphorylation Unit, University of Dundee, Skotlandia, Inggris. Di laboratorium bertindak sebagai supervisor adalah Sir Philip Cohen.

Hosea banyak menuangkan pemilirannya melalui artikel yang dimuat di situs online www.netsains.com dan www.chem-is-try.org

Tahukah Anda?


Sumber gambar: http://www.bird-watching-papua-adventure-travel.com/images/slide01.jpg

Tanah Papua: Paru-paru dunia yang harus dijaga


Tanah Papua yang dikenal sebagai salah satu hutan alami terbesar di Indonesia yang masih luas, saat ini keberadaannya terancam. Oleh karena itu, pada 19-20 Februari 2008 lalu di Jayapura dilakukan pertemuan antara Pemerintah Papua dan Papua Barat dengan Mitra Pembangunan Papua.

Pertemuan bertujuan memetakan dan menyelaraskan tujuan-tujuan dari beberapa rencana pembangunan yang tengah berjalan atau rencana yang berasal dari prakarasa antara pemerintah, bersama para donor dan organisasi internasional lainnya.

Hadir pada pertemuan tersebut, Emmy Hafild, Direktur eksekutif Greenpeace Asia Tenggara dengan misi untuk meyerukan penghentian penggundulan hutan (Zero Deforestation). Greenpeace hadir pada acara ini untuk menindaklanjuti dari hasil pertemuan di Bali saat Pertemuan Perubahaan Iklim (UNFCCC) dengan Gubernur Papua Barnabas Suebu dan Gubernur Papua Barat Abraham Oktavianus Atururi.

[R]evolusi Energi

Tahun lalu Greenpeace meluncurkan [R]evolusi Energi, yang memperlihatkan secara konklusif bahwa meskipun tanpa CCS (teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon pada industri berbahan bakar batu bara) atau tenaga nuklir, dunia masih dapat memenuhi kebutuhan energinya dengan meningkatkan efisiensi penggunaan energi serta beralih kepada energi alternative atau terbarukan seperti angin, matahari, gelombang laut dan sebagainya.

Sangat disayangkan, ketika beberapa negara seperti Inggris sedang membicarakan masalah perubahan iklim, yang menurut mereka adalah ancaman serius bagi peradaban manusia selain terorisme, di lain pihak mereka mendorong dibangunnya pembangkit listrik tenaga batubara.

Aktivis Greenpeace telah meyampaikan keberatan kepada industri batubara dengan pesan kami secara langsung dan jelas kepada industri tersebut bahwa batubara bukan industri yang bebas dari karbon.

Setiap biaya yang dikeluarkan untuk solusi yang salah seperti CCS lebih baik digunakan untuk solusi nyata seperti pemanfaatan energi terbarukan dan meningkatkan efisiensi energi. Sementara, aktivitas FutureGen adalah sebuah pertarungan, penawaran pengurangan asap dari industri global batubara hanya untuk menutupi efek besar perubahan iklim yang disebabkan oleh pembakaran batubara yang harus segera dihilangkan.

Penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) adalah harapan terakhir dari industri batubara agar tetap relevan pada kebutuhan dunia yang lapar akan energi bebas karbon. Ide dibelakang CCS ini sangat sederhana, yakni karbon dioksida yang dilepaskan batubara yang terbakar, ditangkap, dan dibuang ke bawah tanah dan diharapkan tidak lepas ke atmosfir. Masalahnya tidak ada jaminan bahwa teknologi itu akan berhasil dalam skala yang dibutuhkan untuk menahan perubahan iklim dan tidak ada yang bisa memberikan garansi bahwa karbon dioksida itu akan tetap berada di tempat pembuangannya.

Sumber : Greenpeace

Wednesday, March 5, 2008

Prestasi Audrey Clarissa, Anggota Steering Committee iBiotech 2008

Topic : Academic

Beberapa anggota panitia Pameran iBotech 2008 yang juga merupakan anggota Indonesia Biotechnology Student Forum (IBSF) ternyata merupakan pribadi-pribadi hebat. Salah satu di antaranya adalah Audrey Clarissa.

Alumni Sekolah Farmasi ITB angkatan 2002 ini memiliki prestasi luar biasa. Ia terpilih sebagai Presiden International Pharmaceutical Students Federation (IPSF) untuk masa jabatan 2006–2007. IPSF adalah sebuah organisasi internasional yang beranggotakan 350.000 mahasiswa farmasi di lebih dari 70 negara dan diakui memiliki ikatan kuat dengan organisasi PBB seperti WHO, UNESCO dan Ecosoc. Audrey yang lahir di Bandung pada tanggal 5 Januari 1985 ini adalah presiden IPSF pertama yang berasal dari Asia sejak organisasi tersebut berdiri pada tahun 1949 di London, Inggris.

Mojang yang masa kecilnya dihabiskan di Sukabumi ini tak menyangka dirinya akan menduduki kursi terhormat itu dalam pemilihan yang diadakan pada Kongres IPSF ke–52, yang berlangsung di Cairns, Australia. Apalagi, Audrey adalah satu–satunya wakil Asia yang bersaing di acara tersebut. Namun, Audrey dapat melenggang dengan santai lantaran dua kandidat lainnya dari AS dan Eropa undur diri dari kompetisi. Padahal jadwal wawancara panitia kongres dengannya bertepatan dengan hari ujian, sehingga Audrey pun diwawancarai Sidang General Assembly IPSF lewat teleconference yang difasilitasi ITB.

Keberhasilan ini membawa Audrey berdomisili dan berkantor di Denhaag, Belanda, selama satu tahun dan menghadiri berbagai pertemuan profesional di berbagai negara. Program yang diembannya sendiri tak ringan. IPSF kini tengah mencari standar kurikulum pengajaran farmasi untuk berbagai kampus di belahan dunia.

Namun, keberhasilan Audrey ini tak didapat begitu saja. Semuanya dirintis sejak awal ia berprestasi di sekolah dasar di Sukabumi hingga sekolah menengah di Bandung. Kemudian, ketertarikannya terhadap dunia farmasi makin berkembang ketika ia berhasil memasuki jurusan farmasi ITB melalui ujian SPMB.

Sang ayah, Rusman Hermawan, seorang apoteker, yang mendorongnya berkorespondensi dengan organisasi mahasiswa farmasi regional dan internasional. Bermula dari menjadi ”penonton” acara Asia Pacific Regional Organisation (APRO) di Thailand pada 2003 dengan bekal sponsor orang tua sendiri, ia memberanikan diri ikut di pertemuan lebih besar lagi di Kanada pada 2004. Bermodal ”restu” dari jurusan farmasi ITB, ia pun mendaftarkan Indonesia masuk menjadi anggota IPSF. Dan ternyata hanya dalam tempo dua tahun saja Indonesia berhasil merebut posisi sebagai Ketua IPSF. Sungguh luar biasa.

Audrey yang lulus Sekolah Farmasi ITB dengan IPK 3,59 dari skala 4 kini sedang menempuh pendidikan profesi apoteker di kampus almamaternya itu.

Bagaimana pendapat Anda?

Sumber data tambahan : ITB News, Sinar Harapan dan Majalah Tempo

Antisipasi Dampak Pemanasan Global (4)










Tindakan yang lebih baik dalam upaya mengantisipasi pemanasan global adalah dengan mengubah perilaku sehari-hari agar hemat energi. Dimulai dari cara memilih dan menggunakan alat-alat elektronik sebagai berikut :

Penggunaan audio dan video

- Gunakan audio dan video dengan posisi stand by.
- Gunakan telivisi seperlunya, sesuai acara yang diminati.
- Biasakan mematikan televisi bila tidak digunakan, demikian pula dengan perangkat lainnya seperti DVD, HiFi dan Home Theater.

Penggunaan komputer

Untuk menyalakan layar atau monitor, tunggulah beberapa saat setelah CPU menyala. Demikian pula saat mematikannya, tidak perlu menunggu komputer mati, tetapi setelah klik shut down, layar bisa langsung dimatikan. Dengan cara ini, pemakaian listrik lebih hemat.

Penggunaan seterika listrik

- Pilihlah seterika listrik yang menggunakan sistem pengatur panas otomatis.
- Pada saat seterika, aturlah tingkat panas yang diperlukan sesuai dengan bahan pakaiannya.
- Biasakan menyetrika sekaligus dan hindari bolak-balik mencabut serta mencolokkan kembali setrikaan ke sumber listrik.
- Bersihkan bagian bawah setrikaan dari kerak yang dapat menghambat panas.
- Segera matikan setrikaan sesudah selesai digunakan atau bila akan ditinggalkan untuk mengerjalkan yang lain.

Penggunaan AC

Sebagian besar alat pendingin menggunakan Freon. Dengan demikian, upaya mematikan AC, baik di kantor, rumah, atau mobil pada saat tidak diperlukan,akan mengurangi juga dampak pemanasan global.

Sumber : Gatut Susanta dan Hari Sutjahjo, “Akankah Indonesia Tenggelam Akibat Pemanasan Global”, PenebarPlus, Jakarta, 2007

Tuesday, March 4, 2008

Mengenal Dari Dekat Prof. Barry Marshall Peraih Nobel Kedokteran 2005 di UPH dan MRIN

Topic : Academic, Business, Government

By Ari Satriyo Wibowo

Prof. Barry J. Marshall, Peraih Nobel Kedokteran 2005 dari Australia, Selasa, 4 Maret 2008 telah memberikan kuliah perdana berjudul “The Excitement of Science and the Nobel Prize” di Grand Chapel, Universitas Pelita Harapan (UPH), Lippo Karawaci kepada para mahasiswa Fakultas Kedokteran UPH dan hadirin lainnya.

Acara dilanjutkan dengan penandatangan MOU antara Rektor UPH Jonathan L. Parapak dan Prof. Barry Marshall tentang kesediaannya menjadi Visiting Professor bagi Fakultas Kedokteran UPH serta simposium klinis berjudul “Past Lessons and New Opportunities for Helicobacter pylori” di hadapan kalangan ilmuwan Indonesia di Mochtar Riady Institute for Nanotechnology.

Sebelumnya sekitar pukul 11 siang, Prof. Barry Marshall didampingi Chairman Group Lippo Mochtar Riady, Rektor UPH Jonatha L. Parapak dan Dekan FK-UPH Dr. Eka Julianta Wahjoepramono Sp. BS sempat menghadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Merdeka dengan menggunakan helikopter dari Lippo Karawaci. “ Presiden mengharapkan agar pihak swasta menjadi motor dalam pengembangan riset dan teknologi khususnya di bidang kedokteran yang saat ini belum mampu dilakukan pemerintah,” ujar Dr. Eka Julianta yang juga merupakan dokter ahli bedah saraf terkemuka di Indonesia itu.

Helicobacter pylory (disingkat H.Pylori) pertama kali ditemukan pada perut pasien yang menderita penyakit gastritis dan luka di lambung sekitar 25 tahun yang lalu oleh Dr. Barry J. Marshall dan Dr. J. Robin Warren di Perth, Australia Barat. Pemikiran umum saat itu --- sekitar tahun 1982-1983 --- tidak ada bakteri yang dapat hidup di peut manusia karena perut manusia memproduksi asam dalam jumlah banyak yang kadarnya sama dengan kekuatan asam yang terdapat di aki mobil ( pH sekitar 2). Marshall dan Warren kemudian menuliskan kembali buku teks dengan referensi mengenai apa yang menyebabkan gastritis dan luka di lambung.

Gastritis merupakan kondisi dasar yang pada akhirnya menyebabkan luka dan keluhan pencernaan lainnya. Jika penderita mengalami infeksi H.Pylory terus menerus dalam jangka waktu 20-30 tahun maka kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya kanker lambung. Hal inilah yang kemudian membuat International Agency for Research into Cancer (IARC) dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan H.pylori sebagai “Class-I-Carcinogen” yang termasuk dalam kategori yang sama dengan bahaya merokok terhadap kanker paru-paru dan saluran pernafasan.

Pada 1984, ketika masih bekerja di Freemantle Hospital, Marshall mengerjalan dalil Koch tentang H.pylori dan gastritis dalam sebuah eksperimen mandiri yang dipublikasikan dengan baik. Hebatnya, Marshall meminum organisme H.pylori untuk membuktikan teori-teorinya serta rasa skeptis banyak orang. Akhirnya, ia menemukan kombinasi obat-obatan yang dapat membunuh bak teri H.pylori dan menyingkirkan luka lambung secara permanent.

Hipotesis yang menyatakan bahwa H.pylori adalah faktor penyebab kanker perut pada akhirnya diterima WHO tahun 1994.

Penemuan ini diakui sebagai penemuan terpenting dalam sejarah gastroenterologi karena penyakit yang disebabkan H.pylori disandang separuh penduduk bumi. Temuan ini setara dengan penemuan vaksin polio dan pemberantasan cacar.

Atas penemuan bersejarah ini mereka berdua dianugerahi Penghargaan Nobel di bidang kesehatan tahun 2005.

Melalui kuliah perdana tersebut diharapkan akan mampu membuka mata generasi muda Indonesia akan kemungkinan mengagumkan yang ada bila riset dikembangkan denga baik di negeri ini. Pemikiran radikal seperti yang dimiliki Prof. Barry Marshall akan menciptakan terobosan baru dalam penemuan obat.

Ditanya mengapa ia bersedia menjadi Visiting Profesor di FK UPH, Prof. Barry Marshall menjawab,” Indonesia merupakan lahan pengetahuan mengenai penyakit tropis oleh karena itu bekerjasama dengan FK UPH manfaatnya akan besar sekali.”

Di usianya ke-7 Fakultas Kedokteran UPH telah meluluskan 173 Sarjana Kedokteran (S. Ked) dan 27 di antaranya telah meraih dokter profesi. Hingga tahun 2007, jumlah mahasiswa FK mencapai 535 orang atau 5,6 % dari total mahasiswa UPH.

Usai memberikan simposium klinis, Prof. Barry Marshall bersama para peserta simposium berkenan meninjau fasilitas laboratoriun yang dimiliki UPH-MRIN (Mochtar Riady Institute for Nanotechnology). MRIN berdiri tahun 2006 dan merupakan bagian dari Medical Science Group. Salah satu penyakit kanker yang umum yang terjadi di dunia adalah Hepatocellular Carcinoma (atau HCC) yang menyebabkan kematian 600.000 orang per tahun. Penelitian kanker merupakan fokus utama dari MRIN.


Bagaimana pendapat Anda?