Google

Tuesday, March 4, 2008

Mengenal Dari Dekat Prof. Barry Marshall Peraih Nobel Kedokteran 2005 di UPH dan MRIN

Topic : Academic, Business, Government

By Ari Satriyo Wibowo

Prof. Barry J. Marshall, Peraih Nobel Kedokteran 2005 dari Australia, Selasa, 4 Maret 2008 telah memberikan kuliah perdana berjudul “The Excitement of Science and the Nobel Prize” di Grand Chapel, Universitas Pelita Harapan (UPH), Lippo Karawaci kepada para mahasiswa Fakultas Kedokteran UPH dan hadirin lainnya.

Acara dilanjutkan dengan penandatangan MOU antara Rektor UPH Jonathan L. Parapak dan Prof. Barry Marshall tentang kesediaannya menjadi Visiting Professor bagi Fakultas Kedokteran UPH serta simposium klinis berjudul “Past Lessons and New Opportunities for Helicobacter pylori” di hadapan kalangan ilmuwan Indonesia di Mochtar Riady Institute for Nanotechnology.

Sebelumnya sekitar pukul 11 siang, Prof. Barry Marshall didampingi Chairman Group Lippo Mochtar Riady, Rektor UPH Jonatha L. Parapak dan Dekan FK-UPH Dr. Eka Julianta Wahjoepramono Sp. BS sempat menghadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Merdeka dengan menggunakan helikopter dari Lippo Karawaci. “ Presiden mengharapkan agar pihak swasta menjadi motor dalam pengembangan riset dan teknologi khususnya di bidang kedokteran yang saat ini belum mampu dilakukan pemerintah,” ujar Dr. Eka Julianta yang juga merupakan dokter ahli bedah saraf terkemuka di Indonesia itu.

Helicobacter pylory (disingkat H.Pylori) pertama kali ditemukan pada perut pasien yang menderita penyakit gastritis dan luka di lambung sekitar 25 tahun yang lalu oleh Dr. Barry J. Marshall dan Dr. J. Robin Warren di Perth, Australia Barat. Pemikiran umum saat itu --- sekitar tahun 1982-1983 --- tidak ada bakteri yang dapat hidup di peut manusia karena perut manusia memproduksi asam dalam jumlah banyak yang kadarnya sama dengan kekuatan asam yang terdapat di aki mobil ( pH sekitar 2). Marshall dan Warren kemudian menuliskan kembali buku teks dengan referensi mengenai apa yang menyebabkan gastritis dan luka di lambung.

Gastritis merupakan kondisi dasar yang pada akhirnya menyebabkan luka dan keluhan pencernaan lainnya. Jika penderita mengalami infeksi H.Pylory terus menerus dalam jangka waktu 20-30 tahun maka kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya kanker lambung. Hal inilah yang kemudian membuat International Agency for Research into Cancer (IARC) dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan H.pylori sebagai “Class-I-Carcinogen” yang termasuk dalam kategori yang sama dengan bahaya merokok terhadap kanker paru-paru dan saluran pernafasan.

Pada 1984, ketika masih bekerja di Freemantle Hospital, Marshall mengerjalan dalil Koch tentang H.pylori dan gastritis dalam sebuah eksperimen mandiri yang dipublikasikan dengan baik. Hebatnya, Marshall meminum organisme H.pylori untuk membuktikan teori-teorinya serta rasa skeptis banyak orang. Akhirnya, ia menemukan kombinasi obat-obatan yang dapat membunuh bak teri H.pylori dan menyingkirkan luka lambung secara permanent.

Hipotesis yang menyatakan bahwa H.pylori adalah faktor penyebab kanker perut pada akhirnya diterima WHO tahun 1994.

Penemuan ini diakui sebagai penemuan terpenting dalam sejarah gastroenterologi karena penyakit yang disebabkan H.pylori disandang separuh penduduk bumi. Temuan ini setara dengan penemuan vaksin polio dan pemberantasan cacar.

Atas penemuan bersejarah ini mereka berdua dianugerahi Penghargaan Nobel di bidang kesehatan tahun 2005.

Melalui kuliah perdana tersebut diharapkan akan mampu membuka mata generasi muda Indonesia akan kemungkinan mengagumkan yang ada bila riset dikembangkan denga baik di negeri ini. Pemikiran radikal seperti yang dimiliki Prof. Barry Marshall akan menciptakan terobosan baru dalam penemuan obat.

Ditanya mengapa ia bersedia menjadi Visiting Profesor di FK UPH, Prof. Barry Marshall menjawab,” Indonesia merupakan lahan pengetahuan mengenai penyakit tropis oleh karena itu bekerjasama dengan FK UPH manfaatnya akan besar sekali.”

Di usianya ke-7 Fakultas Kedokteran UPH telah meluluskan 173 Sarjana Kedokteran (S. Ked) dan 27 di antaranya telah meraih dokter profesi. Hingga tahun 2007, jumlah mahasiswa FK mencapai 535 orang atau 5,6 % dari total mahasiswa UPH.

Usai memberikan simposium klinis, Prof. Barry Marshall bersama para peserta simposium berkenan meninjau fasilitas laboratoriun yang dimiliki UPH-MRIN (Mochtar Riady Institute for Nanotechnology). MRIN berdiri tahun 2006 dan merupakan bagian dari Medical Science Group. Salah satu penyakit kanker yang umum yang terjadi di dunia adalah Hepatocellular Carcinoma (atau HCC) yang menyebabkan kematian 600.000 orang per tahun. Penelitian kanker merupakan fokus utama dari MRIN.


Bagaimana pendapat Anda?