Google

Monday, March 3, 2008

Dari Pameran dan Diskusi iBiotech 2008 di Lab School Rawamangun

















Topic : Academic

By Ari Satriyo Wibowo


Pernah menyaksikan film X-Men atau film seri CSI (Crime Science Investigation)? Dalam film-film tersebut bioteknologi turut berperan. Bila dalam film pertama sang tokoh mengalami mutasi genetic maka dalam film kedua diterangkan bagaimana bioteknologi dapat menjadi bukti ilmiah di pengadilan untuk tindakan kriminal.

Jadi apa sebenarnya bioteknologi ? Bioteknologi tak lain adalah “aplikasi teknologi menggunakan mahluk hidup dan produk biologi untuk kesejahteraan manusia.” Demikian diungkapkan Hosea S. Handoyo (22 tahun), ilmuwan muda bioteknologi pendidikan Eropa, sebagai salah satu pembicara dalam Pameran iBiotech 2008 di Lab School Rawamangun, Jakarta, Senin, 3 Maret 2008. Acara tersebut diselenggaralan IBSF (Indonesia Biotechnology Studen Forum) dengan sponsor antara lain Ristek, Innogen Kalbiotech, GeneYous dan Nufic Neso Indonesia. Sekitar 250 pelajar SMA dari Jabotabek mengunjungi acara itu.

Selama ini dalam kehidupan sehari-hari kita sudah mengenal produk bioteknologi tradisional dalam bentuk fermentasi seperti keju, bir, wine, roti, yogurt, kombucha, tempe, tahu, kecap, oncom, tauco dan nata de coco.

Sementara bioteknologi modern tampil dalam wujud GMO’s, produk insulin, penemuan vaksin, riset sakit–penyakit dan genetika termasuk di dalamnya terapi gen. Bahkan di dunia kosmetika terdapat banyak produk anti aging cream yang dibuat dari siput dengan memanfaatkan bioteksnologi.

Dalam perkembangannya bioteknologi dibagi-bagi menjadi red biotechnology (untuk keperluan medis dan pengobatan), white / grey biotechnology (untuk keperluan industri makanan seperti produsen yogurt, tofu, yakult dan sebagainya). Green biotechnology (dalam hal pertanian seperti tanaman biji-bijian (crops) serta bioagricukture). Blue biotechnology (dalam pengembangan potensi lautan atau marine biotechnology). Serta untuk keperluan bioinformatics.

Di Indonesia perkembangan bioteknologi cukup pesat pada tahun 1985-1997 ketika didirikan Pusat Antar Universitas di tiga uninersitas terkemuka yakni ITB, IPB dan UGM. Ketika krisis ekonomi melanda Indonesia ketiga PAU tersebut bubar dan pada 2007 berangsur-angsur proyek ini dimulai lagi antara lain di ITB.

Bioteknologi dikembangkan untuk bidang kedokteran oleh UGM,UI dan Eijkman, bidang industri di ITB dan BPPT serta di bidang pertanian oleh IPB dan LIPI.

Pembicara lainnya adalah Terry Vrijenmoek (28 tahun), external advisor iBiotech dari Belanda. Ia merupakan PhD student Human Genetics di Radboud University Medical Center Nijmegen serta pendiri organisasi peminat bioteknologi GeneYous di Belanda. Geneyous berdiri tahun 2002dan kini memiliki anggota sekitar 250 orang.

Usai lulus dari program S1 Terry mengambil master dalam bidang genetika kuda tetapi ketika mengambil PhD dia beralih ke genetika manusia. Kepada siswa SMA ia menganjurkan agar mereka mulai menetapkan cita-cita mereka untuk 20 tahun yang akan datang dan persiapkan bekal untuk meraih cita-cita itu termasuk bagaimana caranya untuk bisa melanjutkan ke universitas yang diminati. Selanjutnya, Terry mengutip pepatah bijak,”If there is a will, there is a way.”

Universitas yang memiliki fakultas di bidang bioteknologi di Jakarta antara lain Universitas Atmajaya, Universitas Nasional dan Universitas Al Azhar. Biaya pendidikannya relatif terjangkau. Universitas Atmajaya, misalnya, mengenakan uang masuk Rp 15 juta dan biaya kuliah per semester Rp 6 juta.

Bagaimana pendapat Anda?