Google

Monday, January 21, 2008

Perkembangan Bioteknologi Mutakhir di RRC







Topic : Government

By Ari Satriyo Wibowo


Didukung pemerintah dengan tujuan untuk mempromosikan penemuan dan mengisi otak dari ilmuwan berbakat dan pengusaha yang kembali dari luar negeri, industri bioteknologi kesehatan RRC hanya memerlukan iklim investasi yang lebih baik untuk tumbuh sebagai kekuatan global dalam meproduksi obat-obatan --- termasuk obat generik --- demikian para ahli mengungkapkan hal tersebut dalam sebuah studi terbaru.

Lama dianggap sebagai peniru produk, RRC kini dengan berani menempatkan dirinya sebagai innovator di bidang obat-obatan dan melakukan terobosan mempesona sebagai produsen pertama obat terapi gen di dunia dan produsen vaksin kolera.Akan tetapi perusahaan RRC akan menghadapi pertempuran seru dalam memperebutkan perhatian para pemodal ventura agar tetap inovatif dan mampu mengerjakan proyek-proyek yang bersifat research driven, demikian sebuah studi yang dipublikasikan Nature Biotechnology.

Melalui wawancara dengan manajemen dari 22 perusahaan di RRC maka kerja dari perusahaan bioteknologi paling inovatif akan segera muncul.

”Industri bioteknologi kesehatan RRC bagaikan naga kecil yang akan tumbuh cepat dan nanti susah untuk diabaikan. Tak lama lagi RRC memegang hegemobi dalam inovasi bioteknologi,” ujar Peter A. Singer dari McLaughlin-Rotman Centre for Global Health di Universitas Toronto Kanada.

Sarah Frew, periset lainnya dari McLaughlin-Rotman Centre for Global Health berkata meningkatnya peran industri RRCdan India membuat implikasi utama bagi industri global dalam bidang kesehatan dan kemakmuran negara berkembang.

Revolusi bioteknologi dari dua negara tersebut berbeda secara signifikan. Perusahaan India lebih memfokuskan pada proses inovasi untuk memperbaiki kemampuan dan aksesibiltas di antara penduduk lokal dan global sementara perusahaan di RRC lebih menekankan pada produk-produk obat untuk terapi den dan regeneratif.

“Memenuhi kebutuhan kesehatan 1,3 miliar orang di RRC adalah sama dengan mememuhi kebutuhan kesehatan global,” ujar Dr. Frew.”Tantangan yang dihadapi dunia swasta, institusi riset dan universitas serta penyedia layanan kesehatan akan sangat sulit dipenuhi sampai pimpinan pemerintah mempersiapkan pendekatan baru.”

Kemajuan RRC itu disebabkan oleh kembalinya para ilmuwan dan wirausahawan yang dulu meninggalkan RRC untuk belajar atau berlatih di luar negeri dengan membawa kemampuan ilmiah serta kredibilitas internasional.

Mereka itu lazim disebut “kura-kura laut” akan lebih maju lagi jika warga Cina di Barat membentuk perusahaan transnasional dengan membuat jejak kai baik di RRC maupun di negara Barat.

Penduduk Besar Sebagai Faktor Pendorong

Jumlah penduduk RRC yang mencapai 1, 3 miliar atau 20 persen dari populasi penduduk dunia menciptakan permintaan yang signifikan terhadap obat generik yang ditaksir mencapai 90 % dari total nilai pasar biofarmasi sebesar US$ 3 miliar tahun lalu.

Perusahaan RRC seperti Beijing Wantai Biological Pharmacy Enterprise and Shanghai Huaguan Biochip Co., Ltd. memainkan peranan penting dalam menjaga harga local tetap rendah. Wantai mengembangkan dan memproduksi berbagai jenis produk tes darah untuk penderita HIV, hepatitis B dan C, penyakit kelamin menular (STD) dan rotavirus. Sementara, Huaguan meraup rezeki dari produk tes kesuburan, formulasi HIV, TBC, Hepatitis C dan STD ke negara Asia, Afrika dan Amerika Selatan.

Selain itu, pemerintah RRC juga tetap secara intensif mendorong riset terapan untuk mengajak perusahaan-perusahan untuk mengembangkan terapi untuk menjadi pelopor dalam beberapa bidang seperti terapi gen dan sel punca (stemcell).

Produk terapi gen pertama yang dikomersialisasikan adalah Gendicine, sediaan injeksi untuk mengatasi kanker kepala dan leher yang dikembangkan oleh Shenzhen SiBiono GeneTech Co., Ltd. Lebih dari 5000 pasien telah berhasil diselamatkan Gendicine, 400 di antaranya berasal dari luar RRC. Obat tersebut kini sedang dalam uji klinis untuk mengatasi kanker hati, kanker perut dan kanker pankreas.

Beberapa perusahaan RRC juga bergerak di bidang sel punca manusia dan binatang. Salah satunya Beike Biotechnologies telah membangun jaringan satelit dengan rumah sakit, ahli klinis dan laboratorium riset untuk mengormersialisasikan terapi sel punca, yang meliputi pemanenan sel punca dari darah tali pusar atau membran amniotik, ekspansi in vitro kepada pasien baik secara intravena maupun diinjeksi langsung melalui spinal cord.

Beike telah menangani lebih dari 1000 pasien, termasuk 60 pasien dari luar negeri dengan berbagai kondisi penyakit mulai dari Alzheimer, Autism, trauma otak,cerebral palsy, kaki diabetes dan spinal cord injury.

Lung fibrosis, yang disebabkan oleh terapi radiasi, adalah penyebab utama kematian lebih dari 275.000 orang RRC yang menderita kanker paru-paru setiap tahun.Inflamasi dan fibrosis merupakan efek samping dari infeksi virus Hepatitis B yang mengenai lebih dari 100 juta orang RRC.

Shanghai Genomic Inc. lebih memfokuskan pada pengembangan novel non-steroid anti-inflammatory therapeutics untuk mengganti cara pengobatan lama yang memiliki banyak efek samping. Produk pertama yang dipasarkan bernama GuBang, untuk membantu pertumbuhan tulang pada kalangan lanjut usia di Asia.

Perusahaan RRC juga mengembangkan vaksin untuk kebutuhan lokal dan global. Di antaranya adalah Shanghai United Cell Biotech, yang memproduski dan memasarkan satu-satunya vaksin kolera yang dikonsumsi secara oral dalam bentuk tablet. Perusahaan lainnya memproduksi obat oral HIV, Encephalitis, SARS dan Flu Burung.

Kendala yang dihadapi RRC sama dengan yang dihadapi Indonesia, yakni banyak produsen yang lebih tertarik berjualan obat (khususnya obat generik di RRC) ketimbang melakukan investasi melalui R&D.

Hambatan lainnya berupa kurangnya kepercayaan dari partner internasional dalam masalah hak cipta, masalah bahasa, biaya perjalanan, budaya dan gaya gaya manajemen.

Sumber : Medical News Today, 8 Januari 2008