Google

Thursday, January 24, 2008

Tahukah Anda ?




Siapa Berminat Menjadi Pemasok Biomass dari Sampah untuk Industri Semen ? " A Waste Eater Industry"

Rhenald Kasali, pakar pemasaran dan dosen MM UI mempunyai lembaga sosial namanya Rumah Perubahan dengan menggunakan uang pribadinya. Lembaga itu berdiri di atas lahan satu hektare di daerah Pondok Jati Murni, Pondok Gede, Bekasi, atau sekitar lima menit perjalanan dari rumahnya. Rhenald merekrut anak-anak putus sekolah untuk bekerja mengelola mesin pengolahan sampah menjadi energi biomass.

"Saya punya obsesi untuk memotong mafia sampah. Bayangkan, berapa juta meter kubik sampah di Jakarta tiap hari. Sayang, potensi itu dikuasai segelintir orang saja," ujarnya.

Rhenald mengatakan telah membeli mesin pengolah sampah dari Tiongkok dan Korea Selatan. Sebagian juga disempurnakan tim yang dibentuk di UI. "Dengan modal 50 juta sampai 100 juta, mesin itu bisa dioperasikan. Pengawas mekanisnya dari anak-anak putus sekolah yang kami rekrut, output product-nya kami beli," kata Rhenald.

Berikut cerita lengkap dari Rhaenald Kasali yang ia ungkapkan dalam Conference Imulai Techlogy Entrepreneur di MegaBlitz Sudiman Place 6th Floor, Kompleks SCBD, Jakarta, Kamis, 24 Januari 2008 :

" Saya mula-mula hanya menanam pohon di rumah saya. Pagar saya itu warna-warni banyak bunga-bungaan. Suatu hari ada seorang anak muda datang melihat kebun saya. Ternyata dia pedagang bunga di Hero. Ia memasukkan bunga-bunga Krisan ke Hero dan sering mengobrol dengan saya. Ia mengontrak rumah tidak jauh dari rumah saya.

Ini kejadian 6 tahun yang lalu. Saya tantang dia untuk mengisi acara saya di televisi. Dari situ dia termotivasi. Dia bikin sabut kelapa menjadi tambang dan dia ekspor ke Korea Selatan. Ekspornya ditolak karena dalam kontainernya terdapat ular. Dia juga tidak mengerti bagaimana bisa ada ular. Dia mengalami jatuh bangun seperti itu tetapi dia sudah mengalami proses belajar. Belajar apa? Belajar membuat sesuatu dari tangannya dengan mesin.

Dia lulusan FE UI dan ternyata dari dulu hobinya adalah pertanian. Memiliki dua keahlian adalah bagus. Anak ini kemudian membuat berbagai mesin dan akhirnya terciptalah mesin sampah.

Suatu ketika ia menunjukkan mesin itu dan Rhenald Kasali kemudian mengajaknya yntuk bereksperimen dulu di kampung. Tetapi apa daya temuan itu ditolak oleh warga setempat. Warga tida mau. Kenapa? Karena di daearah Rhenald kebun masih banyak dan warga banyak yang buang sampah sembarangan. Mengapa kami harus dipungut bayaran Rp 75.000 untuk buang sampah? Warga tidak mau bayar. Akhirnya pengangkutan sampah warga kampung dibayari Rhenald Kasali selama 2 hari. Masing Rp 600 ribu satu bulan untuk 1 RT karena penduduknya agak padat. Sampah diangkut dengan pikap kecil dan ternyata semua hanya berpikir kompos. Ternyata kompos itu hanya dihasilkan 20 persen saja dari keseluruhan sampah.

Dia bikin pakai mesin, dicacah dan kemudian difermentasi dan dapatlah pupuk. Suatu ketika ia saya ajak jalan-jalan untuk bertemu dengan salah direktur PT Indocement. Dikantongnya dikantongin biomassa yakni sampah yang sudah tidak bisa jadi kompos dan tidak bisa diapa-apain lagi.

"Pak kalau ini Bapak perlu nggak?", katanya. "Lho ini sampah beneran? Kok nggak bau?," jawab Direktur Indocement."Oh sudah saya proses," ia kembali menjawab.

Rupanya anak ini tahu bahwa pabrik semen adalah ”a waste eater industry”.
Di pabrik semen itu ternyata any kind of waste dimakan. Serbuk kayu, serbuk ban bekas semua dimakan karena itu semua menghasilkan energi.

Hiedelberg , induk Indocement dari Jerman, kemudian mengajarkan untuk menghasilkan biomassa yang kalorinya standar. Dan akhirnya kami bisa bikin biomassa dengan standar yang tinggi. Sekarang Rumah Perubahan sudah punya kontrak dengan Indocement untuk memasok biomassa dari sampah tersebut.

“Dengan menjadi pemasok pabrik semen maka dapat dipastikan semua sampah yang ada di Jakarta akan habis dan ibukota menjadi bersih. Adalah salah jika kita menggunakan incinerator untuk menagatasi masalah sampah karean ini energi. kami bisa menggunakan biomassa ini sebagai pengganti batu bara,” ujarnya.

Wah, kalau begitu ini suatu pelung besar dong. Sayang bila kesempatan ini disia-siakan. Siapa mau menyambar peluang emas dari sampah ini? Bila ditekuni dengan sungguh-sungguh dan Anda mampu mengantongi kontrak jangka panjang dengan pabrik semen maka dijamin dari sampah pun Anda bisa menikmati kemakmuran.Oleh karena itu,menurut Rhenald Kasali, agar sukses carilah "kuda tunggangan" mulai sekarang ... (sebab tanpa "kuda" sulit bagi Anda untuk memperoleh "kontrak" seperti contoh di atas.)