Google

Wednesday, January 16, 2008

Prof. Dr. R. Sjamsuhidajat, Perintis Bedah Digestive di Indonesia

Topic : Academic

By Ari Satriyo Wibowo

Tak banyak yang tahu bahwa Prof. Dr. R Sjamsuhidajat merupakan perintis bagian bedah digestive di Indonesia. Pria kelahiran Payung Pinang, Bintan, Kepulauan Riau, 7 November 1931 itu mulai menempuh pendidikan di FKUI pada tahun 1951 dan lulus tahun 1959.

Sejarah bagian bedah di FKUI dimulai pada 1958 dengan guru besar bernama Prof. Sukaryo. Saat itu hanya dikenal bedah umum yang terdiri dari Bedah Urologi (saluran kencing) dengan guru besar Prof. Utama, Bedah Orthopedi (tulang) dengan guru besar Prof. Subyakto Wiryokusumo dan Bedah Plastik dengan gurubesar Prof. Munajat Wiraatmaja. Belakangan muncul spesialisasi baru yakni Bedah Anak yang dirintis Dr. Adang Zaenal. Keempat spesialisasi bedah tersebut lazim disebut sebagai spesialis bedah umum (spesialis 1).

Dulu pendidikan bagian bedah dilakukan di rumah sakit bukan di fakultas. Kondisi itu berubah tahun 1978 ketika bagian bedah menjadi tanggung jawab penuh fakultas kedokteran dan bukan rumah sakit lagi.

Dalam perkembangan ilmu kedokteran selanjutnya dikenal spesialisasi yang lebih kompleks yakni meliputi Head & Neck (kepala dan leher), Torack (rongga dada dan paru-paru) serta Jantung. Ketiga spesialisasi tersebut lazim disebut spesialis 2 karena mensyaratkan peserta untuk menempuh spesialis bedah umum (spesialis 1 ) terlebih dahulu.

Spesialisasi Bedah Digestive baru terbentuk pada tahun 1979. Pada waktu itu dr. R. Sjamsuhidajat mengikuti sebuah kongres bedah internasional yang diselenggarakan di Bali. Pada waktu itu banyak pembicara yang membahas masalah perut, usus besar dan saluran pencernaan lainnya. Dengan jeli dr. Sjamsuhidajat melihat peluang baru di dunia bedah. Maka dikumpulkannya para sejawat pada tahun itu juga. Mereka kemudian mendeklarasikan wadah baru berupa spesialis bedah digestive dengan nama Ikatan Ahli Bedah Digestive (Ikabdi). Spesialis Bedah Digestive selanjutnya digolongkan sebagai bagian dari Spesialis 2 yang mensyaratkan peserta harus menguasai bedah umum terlebih dahulu.

Prof. Samsjuhidajat diangkat menjadi Guru Besar Emiritus FKUI pada 2001. Kemudian pada tahun 1996 ia ditunjuk Dekan FKUI untuk menjadi Ketua Departemen Pendidikan Kedokteran FKUI pada tahun 2006.Di usianya yang sudah mencapai 76 tahun dr. Sjamsuhidajat masih tetap produktif dan melek Internet. Bahkan, pria yang dikaruniai dua anak itu masih membuka praktik di Klinik Spesialis Lantai 2 RS Sumber Waras, Grogol, Jakarta Barat meski pasiennya tidak sebanyak dulu lagi.

Bagaimana pendapat Anda?