Topic : Government - Business
Tidak ada salahnya bagi setiap bangsa memiliki perusahaan superbesar yang kita sebut sebagai sebuah powerhouse. Kita memang memerlukan banyak UKM (Usaha Kecil Menengah) untuk menyediakan banyak lapangan pekerjaan (massive employment). Tetapi kita juga butuh sejumlah powerhouse untuk mengembangkan teknologi dan menggarap kekayaan bumi Indonesia.
Tanpa powerhouse tak akan ada pesawat terbang, kereta api, mobil, sepeda motor, perjalan wisata ke manca negara, produk-produk kimia, alat-alat kesehatan dan obat-obatan, makanan dalam kemasan, computer dan peranti lunaknya, besi baja, tembaga bahkan migas. Kita memerlukan powerhouse untuk mengembangkan teknologi, memelopori produk baru yang terus dibutuhkan dan mengolah kekayaan alam dari perut bumi. Powerhouse memiliki skala usaha yang besar karena kita memerlukan efisiensi. Setiap negara yang maju pasti didukung oleh sejumlah powerhouse. Dan semakin suatu negara, makin banyak dan makin beragam pula jenis powerhouse-nya.
Amerika Serikat, misalnya, didukung oleh Exxon, Coca Cola, IBM, General Motors, Ford, Boeing, Westinghouse, Du Pont, Xerox, Caterpillar, Microsoft, Motorola, Freeport, Wallmart, P&G dan lain sebagainya.
Jerman memiliki Mercedez, BMW, Audi, Siemens dan seterusnya. Inggris memiliki Lever Brothers (Unilever) dan Mark&Spencer. Finlandia memiliki Nokia. Jepang didukung oleh Sumitomo, Sony, Panasonic, Honda, Toyota dan Yamaha.
Korea Selatan membangun ekonominya lewat Samsung, Daewoo, LG, Hyundai dan Posco.Sementara India maju berkat Bajaj, Infosyss, TCS, Mithal Steel dan Tata Group.Sementara Arab Saudi hanya mengandalkan satu powerhouse saja yakni Saudi Aramco.
Keberadaan perusahaan-perusahaan besar itu menjadi sangat penting karena sejumlah hal. Pertama. ia menciptakan lapangan pekerjaan dalam jumlah yang sangat besar. Kedua, powerhouse adalah penyumbang GDP dan penerimaan negara (melalui pajak dan pembangunan infrastruktur) yang sangat penting. Ketiga, mengembangkan teknologi. Selain besar dalam segala hal, powerhouse mengembangkan teknologi baru. Keempat, bagi negara-negara berkembang powerhouse adalah simbol kemajuan bagi bangsanya. Mari kita lihat apa yang terjadi di RRC. Pada tahun 1995, tak lama setelah RRC membuka diri dan membiarkan modal asing masuk ke negeri yang dulu dikenal sebagai “tirai bambu”. Majalah Fortune hanya mencatat tiga nama powerhouse saja. Sejalan dengan bangkitnya RRC pada tahun 2002 jumlah telah bertambah menjadi 10 buah dengan bidang usaha yang beragam dari telekomunikasi hingga perbankan.
Bayangkan hidup tanpa powerhouse. Kita tidak mungkin mendulang emas, membuat pesawat, mengolah bahan-bahan kimia, menggali minyak dan mengolah gas dengan perusahaan-perusahaan kecil.
Bagaimana dengan Indonesia? Mampukah perusahaan seperti Pertamina dapat kembali menjadi powerhouse bagi Indonesia?
Sumber : Rhenald Kasali, “ Mutasi DNA Powerhouse : Pertamina on the Move”, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008
Thursday, January 31, 2008
Setiap Bangsa Memerlukan Powerhouse
Posted by KOMUNITAS ABG at 11:03 PM
Labels: Business, Government
Subscribe to:
Comment Feed (RSS)
|