Google

Saturday, February 23, 2008

Tahukah Anda?



Ada Fasilitas MCK "Mewah" di Petojo Utara Penghasil Biogas


Namanya "MCK++". Inilah fasilitas paling mewah di seluruh Jalan Petojo Binatu I, Kelurahan Petojo Utara, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat. Betapa tidak, dibandingkan dengan rumah-rumah petak sempit di sekitarya, bangunan MCK itu memang tampak lebih mentereng. Seluruh lantai bangunan dilapisi keramik dengan cat biru cerah. Ada Miki Tikus dan Donal Bebek segala mejeng di dinding.

Di sanalah 80 kepala keluarga warga Petojo bebas dan nyaman melepaskan hajat. MCK++ memang bukan sembarang tempat mandi-cuci-kakus biasa. Ada embel-embel "plus-plus", karena MCK ini punya 11 kamar yang terdiri dari enam toilet, empat kamar mandi, serta satu kamar mandi ibu dan anak. Kamar mandi yang terakhir itu memang khusus. "Soalnya, itu satu-satunya yang ada shower-nya. Jadi, enak buat mandiin anak kecil," kata Yuyun, 43 tahun, seorang ibu rumah tangga yang rumahnya hanya berjarak lima meter dari MCK++.

MCK++ seluas 125 meter persegi itu memang "mewah" karena dibiayai hibah murni USAID sebesar Rp 360 juta, April 2007. Limbah MCK++ ini pun tak digelontor begitu saja, melainkan disalurkan untuk diolah menjadi biogas. Instalasi biogas itu berupa sebuah kubah berdiameter 4,5 meter dan tinggi 1,75 meter. Kubah ini tertanam di depan toilet sehingga hanya tutupnya yang terlihat. Dari kubah itu mencuat pipa paralon yang berakhir pada kompor yang terletak di ruangan posyandu.

"MCK++ itu menggunakan sistem DEWATS atau decentralized waste water treatment system," tutur Irwansyah, Ketua RW 08 Petojo yang menjadi penanggung jawab MCK. Ringkasnya, limbah yang dipisah menjadi limbah cair (urine, air bekas mandi dan cuci) dan padat (tinja).

Limbah cair masuk ke instalasi yang disebut baffled reactor, yang berada persis di bawah kamar mandi dan dibangun bersekat-sekat seluas seluas 9 x 4 meter. Di sanalah limbah cair diproses dan dibuang ke Sungai Krukut, yang mengalir persis di samping MCK. "Limbah itu sudah tidak mengandung bakteri E. coli yang membahayakan kesehatan," kata Irwansyah.

Jika limbah cair dibuang, limbah padatnya dimasukkan ke instalasi kubah tadi. Setelah mengalami pengendapan dan pengolahan, tinja akan menghasilkan beberapa unsur biogas, terutama gas metan yang dapat dijadikan bahan bakar. Memang, sementara ini, biogas itu belum dapat disalurkan ke perumahan warga.

Soalnya, pasokan bahan bakunya belum cukup. "Katanya sih, masih belum bisa disalurin ke rumah-rumah. Sebab pipanya harus panjang dan gasnya masih belum memenuhi kapasitas maksimal," kata Yuyun. Sementara ini, kompor biogas hanya bisa dipakai ramai-ramai di posyandu.

Sumber :"Dari Perut Kembali ke Perut", Laporan Nur Hidayat, Basfin Siregar, Syamsul Hidayat, dan Nur Cholish Zaein (Surabaya) dalam Rubrik Ilmu dan Teknologi, Gatra Nomor 14 Beredar 14 Februari 2008