Google

Monday, February 11, 2008

RSCM Mengembangkan Adult Stem Cell Therapy

Topic : Government - Academic

By Ari Satriyo Wibowo


RSCM mulai mengembangkan Adult Stem Cell Therapy Center pada tahun 2007. Sesungguhnya cikal bakal pusat terapi tersebut dipelopori Prof. Dr. dr. Arry Haryanto Reksodiputro, SpPD, KHOM dari Sub Bagian Hematologi Onkologi Medik Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSCM/FKUI pada tahun 1989 dengan mendirikan Unit Bone Marrow Transplantation.

Namun, karena biaya untuk terapi tersebut amat mahal maka cangkok sumsum tulang belakang tersebut hingga kini hanya menangani 3 (tiga) kasus saja. Setelah 19 tahun pada 2008 ini 2 orang masih hidup. “Sementara seorang meninggal dunia 14 tahun kemudian karena terkena sirosis hati bukan akibat dari cangkok sumsum tulang tersebut,” ujar Prof. Dr. dr. Sjamsuridjal Djauzi, SpPD(K) yang memimpin Adult Stem Cell Therapy Center RSCM/FKUI tersebut.

Tahun 1996 -1997 selain untuk cangkok sumsum tulang belakang juga dikembangkan terapi untuk kanker darah. Tetapi pada 1998 Indonesia mengalami kris ekonomi sehingga biaya untuk cangkok sumsum tulang belakang menjadi mahal sekali hingga mencapai Rp 800 juta. Hal itu karena terapi itu memerlukan antara lain memerlukan tindakan chemotherapy agresif dan sebagainya. “Hal itulah yang menyebabkan terapi tidak berkembang dengan baik dan baru 2007 dimulai lagi tetapi tidak untuk cangkok sumsum tulang belakang tetapi untuk terapi pada lymphoma,” katadr. Sjamsuridjal Djauzi.

Namun dari pengalaman itulah RSCM kemudian memiliki peralatan untuk bone narrow transplantation. Sementara RS Kanker Dharmais (RSKD) mengembangkan peripheral blood transplantation untuk kanker darah (leukemia). “Gabungan keduanya memungkinkan kita melakukan suatu terapi stem cell,” dr. Sjamsuridjal menjelaskan.

Sungguh suatu kebetulan bahwa sejak 1989, Prof. Arry Haryanto sudah mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) sehingga di RSCM dan RSKD saat ini memiliki 18 orang konsultan penyakit dalam. Mereka adalah para dokter spesialis penyakit dalam yang kemudian mengambil pendidikan konsultan hematology onkologi medik disamping beberapa ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu lainnya. Maka di sana dapata ditemui misalnya, Prof. Teguh Santosa untuk jantung dan Prof. Yusuf untuk neurology.

Terapi stem cell yang dikembangkan untuk RSCM adalah riset-riset yang satu langkah menuju terapi atau yang ujungnya adalah terapi.

Beberapa kali tim dokter RSCM/FJUI yang berkunjung ke Kuba juga menyaksikan bahwa di sana riset mempunayai dua hasil. Bukan hanya berupa makalah riset tetapi juga produk baru sehingga bisa bermanfaat bagi masyarakat.

Tim dokter RSCM/FKUI juga melakukan studi perbandungan ke Korea Selatan antara lain ke Catholic Stem Cell Institute of Therapy serta Singapura dan beberapa tempat lainnya.

Di Korea Selatan, pusat cangkok simsum tulang belakang sudah berdiri sejak tahun 1983. Oleh karena di Korsel terapi tersebut disubsidi pemerintah serta memperoleh jaminan asuransi kasus cangkok sumsum tulang belakang mencapai 2000 kasus. “ Hal itu menyebabkan Korsel pada 2006 dapat membuat processing centre dari stem cell,” ujar dr. Sjamsuridjal.

Disana terdapat ruang uji klinis untuk biological substance yang akan mereka ujikan pada manusia. Di processing center itu biology substance diciptakan untuk dijadikan obat dan selanjutnya didistribusikan ke berbagai rumah sakit yang ada. Di sana ilmuwan dari RRC dan Iran diperkenankan untuk magang.

Pada tahun 2007 terapi diaplikasikan pula untuk kasus infark jantung dan pada 2008 pada penyakit diabetes. Sampai sekarang RSCM/FKUI khusus infark jantung sudah menangani 4 kasus yang semuanya laki-laki. Agar terapi berlangsung dengan baik maka harus dilakukan pada waktu yang tepat yakni 4-7 hari setelah serangan jantung.

“Untuk menghemat biaya aplikasi dilakukan pada hari yang sama. Sekitar 4 jam setelah dituai langsung disuntikkan,” dr. Sjamsuridjal Djauzi menambahkan.

Bagaimana pendapat Anda?