Google

Tuesday, February 26, 2008

Menciptakan Sel yang Dapat Diprogram Seperti Komputer

Topic : Academic

By Ari Satriyo Wibowo

Craig Venter dari The Institute of Genomic Research (TIGR) baru-baru ini mengumumkan bahwa institut risetnya berhasil menyatukan genome dari suatu bakteri. Para pengamat dari seluruh dunia kemudian dengan penuh minat menyambut temuan itu karena hal itu berarti selangkah lagi menuju penciptaan “tiruan kehidupan”.

Adalah benar bahwa ia telah membantu untuk menciptakan suatu bidang baru yang kadang-kadang disebut " biologi buatan." Ahli ilmu biologi buatan , bagaimanapun, adalah jauh dari menciptakan secara mengejutkan sistem kompleks yang kita sebut sebagai kehidupan.

Pada hakikatnya apa yang dilakukan Venter adalah melakukan penyilangan segmen bersama-sama terhadap salinan DNA yang secara alamiah diproduksi untuk menghasilkan replika dari genome sebuah bakteria. Ia berharap bahwa pada akhir tahun ini, ketika ia mencangkok “genome buatan” itu ke dalam sel bakteri alamiah maka “genone buatan” itu akan mampu mengambil alih secara alami peran “genome asli” serta mengarahkan aktivitas sel.

Langkah yang berikutnya, yang lebih sulit adalah menciptakan suatu “minimal genome”, yang akan mengeluarkan apa saja yang dianggap tidak relevan untuk menciptakan produk gen yang diinginkan

Langkah terakhir yang jauh lebih sulit adalah menambahkan gen atau genes ke “minimal genome “ itu dan kemudian menempatkannya ke dalam sel bakteri. Kemudian gen baru itu uakan “diprogram” menjadi bakteri yang memproduksi sesuatu seperti vaksin malaria atau biofuel yang murah.

Dengan cara itu maka sel akan dapat diprogram seperti komputer ketimbang melakukan aktivitas alamiah secara bilogis. Melalui mekanisme tersebut maka di masa depan bakteri atau sel dapat diprogram untuk menghasilkan produk apa saja yang dikehendaki manusia “pencipta”-nya.

Bagaimana pendapat Anda?

Sumber : Disarikan dari tulisan Erik Parens berjudul “Making Cells Like Computers” yang dipublikasikan pertama kali di The Boston Globe pada 21 Februari 2008. Erik bekerja sebagai senior research scholar pada The Hastings Center, sebuah institut riset bioetika di Garrison, New York.