Topic : Business
Mengapa Malaysia bisa maju? Hal itu karena Malaysia memiliki Powerhouse bernama Petronas.
Powerhouse penting bagi sebuah bangsa karena :
1. Kemampuannya yang sangat besar untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Exxon memiliki 979.000 orang karyawan, Astra International punya 120.000 orang dan Raja Garuda Mas 150.000 orang
2. Kontibutor bagi GDP. Kontribusi Saudi Aramco ke kas kerajaan Arab Saudi antara 1976-1990 sebesar US$ 700 miliar, kontribusi Pertamina selama 45 tahun sebesar US$ 400 miliar.
3. Powerhouse mengembangkan teknologi. Untuk berkembang, powerhouse masuk ke dalam R&D sehingga menghasilkan hak-hak paten. Nokia, misalnya, melakukan R&D di bidang teknologi informasi dan telepon seluler.
4. Simbol kemajuan sebuah bangsa. Powerhouse yang sehat identik dengan peningkatan kesejahteraan bagi bangsanya dan mengharumkan nama bangsanya. Petronas mengharumkan nama Malaysia. Microsoft mengharumkan nama AS dan Toyota membuat Jepang berkibar.
Petronas akronim dari Petroliam Nasional Berhad merupakan perusahaan milik negara (BUMN) Malaysia yang berdiri pada tahun 1974. Uniknya banyak turis asing yang mengenal powerhouse ini bukan sebagai perusahaan Migas melainkan berasosiasi dengan Menara Petronas. Menara Petronas adalah bangunan kembar dua di Kuala Lumpur yang pernah menjadi bangunan tertinggi di dunia dan menjadi obyek wisata penting di Kuala Lumpur. Nama Petronas juga berasosiasi dengan balap mobil Formula Satu (F1) karena ia menjadi sponsor utama tim Formula Satu Sauber dan menyediakan bahan bakar dan pelumas untuk tim tersebut. Saat ini, Petronas telah sangat menggurita dan memiliki 103 anak perusahaan.
Di Malaysia sendiri, Petronas dapat dikatakan segalanya. Petronas merupakan penyandang dana terbesar dalam pembangunan Putra Jaya, ibu kota baru Malaysia yang ultra modern dan berbasis teknologi informasi.
Petronas tidak hanya memberi kontribusi dalam rasa kebanggaan masyarakat Malaysia, melainkan juga dalam konteks ekonomi. Petronas merupakan satu-satunya powerhouse Malaysia yang tercatat di Fortune 500 (rangking 120). Pada tahun 2006. keuntungan Petronas sudah sedemikian besar, mencapai US$ 15 miliar atau setara dengan 30 persen pendapatan Pemerintah Malaysia. Langsung maupun tidak langsung, kontribusi powerhouse ini mampu mengangkat pendapatan per kapita penduduk Malaysia menjadi US$ 6000 pada tahun 2006 (Economist, 01/2007) dengan jumlah pegawai sebesar 33.682 orang.
Ironisnya, gagasan Petronas sesungguhnya berasal dari kunjungan Wakil Perdana Menteri Malaysia Tun Dr. Ismail Al Jay beserta rombongan selama sekitar satu jam kepada Pimpinan Pertamina di Jakarta suatu siang tanggal 11 Maret 1972. Menurut Wikipedia,” Terpengaruh dengan kejayaan syariat milik Indonesia, yaitu Pertamina” maka ketika ditahbiskan pada tanggal 1 Oktober 1974 Petronas meniru apa yang “baik-baik” yang sudah dilakukan Pertamina dan membuang yang “bolong-bolong”. Melalui pertemuan di kantor Pertamina itu muncul dukungan bagi Petronas dalam bentuk tenaga ahli yang akan disediakan Pertamina.
Yang diambil mentah-mentah Petronas adalah sistem kontrak bagi hasil 85 % : 15 % temuan Pertamina dalam melakukan negosiasi konsesi migas dengan perusahaan minyak asing yang memiliki teknologi. Sebelum Pertamina sangat sedikit perusahaan migas di Asia yang mampu menghasilkan kontribusi besar bagi negaranya. Dengan sistem ini, praktis Petronas tidak perlu menarik urat dalam –dalam dan tidak perlu mencari modal sendiri.
Waktu itu, Pertamina meski besar dan menggurita, baru saja diterpa badai yang dikenal sebagai ‘Skandal Ibnu Sutowo”. Kontribusi Pertamina memang besar. Konon gedung Binagraha, Convention Hall Senayan, Balai Sarbini dan banyak fasilitas public lainnya dibangun dengan biaya Pertamina.
Akibatnya suatu ketika Pertamina mengalami kondisi “besar pasak daripada tiang”. Pertamina mengalami kesulitan likuiditas dan sejak terjadi krisis segala kebijakan yang dilakukan Pertamina diambil alih oleh Pemerintah dalam hal ini Menteri Keuangan. Dengan demikian Pertamina berubah peran menjadi kepanjangan tangan pemerintah.
Malaysia memahami masalah ini dan memilih jalur korporasi. Maka, Petronas pun didesain sebagai wadah usaha yang otonom yang bebas dari campur tangan negara bukan wadah pemerintah. Dalam Akta Kemajuan Petroleum yang dimaktubkan pada tanggal 1 Oktober 1974 itu disebutkan bahwa Petronas diberi hak, kuasa, kebebasan, dan keistimewaan dalam mengendalikan dan memajukan sumber minyak di Malaysia. Petronas didesain dengan campur tangan politik yang sangat minimal. Prinsip ini dipegang teguh sampai hari ini.
Saat ini, Petronas telah beroperasi di 59 lokasi yang terletak di 33 negara di seluruh dunia. Pada tahun 2005, cadangan migas yang berhasil dikuasai di luar negeri telah mencapai 5,9 miliar barrel, lebih tinggi daripada cadangan domestik yang sebesar 4,2 miliar barrel.
Bagaimana pendapat Anda?
Sumber : Rhenald Kasali, “ Mutasi DNA Powerhouse : Pertamina On The Move”, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008
Tuesday, February 12, 2008
Powerhouse Petronas Mengubah Malaysia
Subscribe to:
Comment Feed (RSS)
|