Google

Thursday, February 21, 2008

RI Harus Siap Hadapi Krisis Energi

Topic : Government

By Rudi Ariffianto & Firman Hidranto, Bisnis Indonesia

Indonesia harus bersiap-siap menghadapi krisis energi yang diakibatkan oleh faktor cuaca yang buruk dan lonjakan harga minyak mentah dunia yang sempat mencatat rekor tertinggi dalam sejarah pada level US$100,10 per barel.

Akibat kondisi itu, subsidi bahan bakar minyak (BBM) dipastikan naik dan berpengaruh signifikan terhadap asumsi harga minyak dalam RAPBN-P 2008. Pemerintah pun akan mengumumkan secara resmi kondisi darurat listrik hari ini akibat distribusi batu bara dan pasokan BBM untuk pembangkit terganggu.

Menko Perekonomian Boediono mengatakan lonjakan harga minyak mentah dunia pekan ini memang mengkhawatirkan, sehingga diperlukan pengkajian yang lebih teliti dalam menyusun APBN-P 2008. Pemerintah, lanjutnya, harus memastikan asumsi yang ditetapkan dalam APBN-P 2008 agar dapat dijadikan pegangan selama satu tahun.

"Harga minyak mentah dunia memang naik, nanti turun lagi. Itu bisa bikin jantungan. Yang kami inginkan ada angka yang bisa dipegang dalam jangka setahun," ujarnya kemarin.

Boediono mengemukakan pemerintah sedang membahas APBN-P 2008 dengan DPR dan menyesuaikan perkiraan kondisi ekonomi tahun ini untuk menetapkan penerimaan, pengeluaran, dan subsidi.

"Kami berharap pembahasan APBN-P 2008 tidak membutuhkan waktu panjang. Kami tunggu saja. Kami telah sampaikan asumsi yang pas sepanjang 2008, tapi nanti bisa saja ada perubahan, tergantung pembahasan dengan dewan."

Harga minyak mentah dunia sempat bertengger di rekor tertinggi dalam sejarah pada level US$100,10 per barel di pasar berjangka minyak New York. Namun, dalam perdagangan sesi sore kemarin, berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah dunia kembali terkoreksi menjadi US$99,11 per barel.

Di tempat terpisah, Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro mengemukakan kenaikan harga minyak mentah dunia itu dipastikan semakin membebani APBN dengan membengkaknya subsidi BBM.

Pemerintah, menurutnya, tidak punya cara lain kecuali menghemat subsidi dengan mempertahankan kuota BBM dalam RAPBN-P 2008 yang dipatok sebanyak 35,8 juta kiloliter. Pemerintah akan terus melanjutkan rencana program penghematan energi, baik BBM berupa penerapan kartu pintar (smart card) maupun listrik.

"Namun, apakah program pembatasan BBM dipercepat tergantung kesiapan masyarakat dan kita dalam melaksanakan itu, sehingga tidak merugikan masyarakat."

Sementara itu, Dirjen Pajak Darmin Nasution mengemukakan instansinya mensinyalir ada importir BBM nonsubsidi yang tidak membayar pajak pertambahan nilai (PPN), sehingga berpotensi mengurangi penerimaan negara.

Hal itu, menurutnya, terjadi sejak pemerintah membuka pasar BBM nonsubsidi ke kalangan swasta. Anehnya, ketika pangsa pasar Pertamina menyusut, pembayaran PPN kepada negara pun menyusut. "Belum ketemu penjelasannya. [Setoran PPN] Pertamina turun, di swasta kok enggak naik."

Darurat listrik

Selain soal kepanikan dengan lonjakan harga minyak mentah dunia, pemerintah hari ini berencana mengumumkan kondisi darurat listrik. Rencana pengumuman itu terkait dengan cuaca buruk di perairan yang tidak kunjung mereda, sehingga mengganggu distribusi batu bara ke sejumlah pembangkit lsitrik.

Purnomo Yusgiantoro menjelaskan kondisi beban listrik, khususnya sistem Jawa Bali, kemarin mengalami defisit 1.000 MW. Bila kondisi cuaca tak membaik, tambahan pasokan batu bara untuk pembangkit tidak terjadi dan pola konsumsi listrik masyarakat pada beban puncak tetap seperti semula, defisit listrik bisa mencapai 1.500 MW dan berpotensi dilakukan pemadaman.

Oleh karena itu, pemerintah meminta masyarakat agar mengurangi pemakaian listrik saat beban puncak, yaitu pada pukul 18.00-22.00 WIB, guna menekan defisit.

Menteri ESDM juga meminta pusat perbelanjaan dan industri agar mulai menggerakkan pembangkit (genset) sendiri untuk memasok listrik.

"Keadaan di lapangan tidak menguntungkan. Banyak kapal mengalami kesulitan untuk delivery batu bara. Kami mohon maaf kepada masyarakat dan meminta lakukan penghematan."

Direktur Niaga dan Pelayanan PLN Sunggu A. Aritonang mengatakan stok batu bara di beberapa pembangkit semakin tipis, bahkan yang tersisa hanya untuk satu hari. Sementara itu, dua kapal pengangkut batu bara-masing-masing berkapasitas 65.000 ton-hanya merapat ke Tanjung Jati, belum sandar dan bongkar muatan karena cuaca buruk.

GM Pusat Pengatur dan Penyalur Beban Mulyo Adji mengatakan kondisi PLTU Tanjung Jati hanya beroperasi satu unit dengan beban minimal 250 MW. PLTU itu diperkirakan berhenti beroperasi besok.

Beberapa pembangkit seperti PLTU Cilacap, PLTGU Muara Karang, dan PLTGU Muara Tawar juga mengalami nasib serupa akibat terganggunya pasokan bahan bakar. (Ahmad Muhibbuddin/Erna S.U. Girsang/Diena Lestari/Adhitya Noviardi) (rudi.ariffianto@bisnis.co.id/firman.hidranto@bisnis.co.id)

Sumber : Harian Bisnis Indonesia, Kamis, 21 Februari 2008