Topic : Academic
OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development), sebuah organisasi think tank yang berbasis di Paris, Perancis sedang merancang peringkat universitas terbaik dunia versi baru.
“Kami menggunakan kriteria lain berupa learning outcomes,” ujar Andreas Schleicher, Kepala Riset Pendidikan OECD kepada The Economist. Hal itu selama ini telah diterapkan OECD untuk mengukur peringkat sekolah dasar dan sekolah menengah dengan cara memilih sejumlah murid secara acak dari sekelompok anak muda dari berbagai Negara dalam hal penguasaan kemampuan baca dan matematika, maka penentuan peringkat universitas juga akan menggunakan teknik pengambilan sampel beberapa mahasiswa yang belajar di tiap-tiap universitas. Hal itu dinilai lebih fair ketimbang menggunakan criteria yang digunakan kedua institusi yang tersebut di atas. Sekalipun demikian Times Higher Education Supplement telah berupaya memperbaiki kulaitas peringkat penilaiannya dengan melakukan survey kepada para akademisi dan karyawan di tiap-tiap universitas.
Mengapa penilaian OECD dianggap lebih adil ? Sebab, pada umumnya para pemenang Nobel lebih fokus dan sibuk 100 % pada penelitian dan riset ketimbang dalam hal pengajaran --- alias mereka tak memiliki waktu sama sekali untuk mengajar, yang umumnya merupakan kelemahan dari universitas-universitas terkenal di AS. Dengan perubahan metodologi tersebut maka peringkat London School of Economics, misalnya, yang semula menduduki peringkat ke-17 ternyata melorot hanya berada di posisi ke-59 dengan menggunakan metodologi yang diusung OECD.
Sumber : “Measuring mortarboards”, The Economist,
|