Google

Thursday, December 6, 2007

Menggugat Sistem Peringkat Universitas yang Lebih Adil

Topic : Academic

OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development), sebuah organisasi think tank yang berbasis di Paris, Perancis sedang merancang peringkat universitas terbaik dunia versi baru.

Selama ini hanya ada dua institusi yang memberikan laporan tahunan mengenai peringkat berbagai universitas di dunia. Mereka adalah Jiao Tong University di Shanghai, RRC yang melaporkan peringkat sejak 2003 dan Times Higher Education Supplement sebuah mingguan Inggris yang melaporkannya sejak 2004. Tetapi kedua institusi pembuat peringkat tersebut lebih menekankan “input” seperti jumlah dan kualitas staf pengajar, termasuk beberapa penghargaan ilmiah yang mereka terima dan berapa banyak artikel yang mereka terbitkan di jurnal internasional. Gagasan baru dari peringkat OECD adalah untuk menampilkan hasil akhir --- yakni seberapa banyak pengetahuan yang sungguh telah diberikan kepada para alumninya. Pengukuran dengan kriteria ini tampaknya lebih terasa adil dibandingkan dengan menetapkan prestasi-prestasi super seperti berapa hadiah Nobel yang berhasil diraih dan sebagainya. Sebab kalau memakai kriteria seperti itu maka universitas di Indonesia seperti UI dan ITB sampai kiamat pun tak pernah bakal masuk peringkat.


“Kami menggunakan kriteria lain berupa learning outcomes,” ujar Andreas Schleicher, Kepala Riset Pendidikan OECD kepada The Economist. Hal itu selama ini telah diterapkan OECD untuk mengukur peringkat sekolah dasar dan sekolah menengah dengan cara memilih sejumlah murid secara acak dari sekelompok anak muda dari berbagai Negara dalam hal penguasaan kemampuan baca dan matematika, maka penentuan peringkat universitas juga akan menggunakan teknik pengambilan sampel beberapa mahasiswa yang belajar di tiap-tiap universitas. Hal itu dinilai lebih fair ketimbang menggunakan criteria yang digunakan kedua institusi yang tersebut di atas. Sekalipun demikian Times Higher Education Supplement telah berupaya memperbaiki kulaitas peringkat penilaiannya dengan melakukan survey kepada para akademisi dan karyawan di tiap-tiap universitas.


Mengapa penilaian OECD dianggap lebih adil ? Sebab, pada umumnya para pemenang Nobel lebih fokus dan sibuk 100 % pada penelitian dan riset ketimbang dalam hal pengajaran --- alias mereka tak memiliki waktu sama sekali untuk mengajar, yang umumnya merupakan kelemahan dari universitas-universitas terkenal di AS. Dengan perubahan metodologi tersebut maka peringkat London School of Economics, misalnya, yang semula menduduki peringkat ke-17 ternyata melorot hanya berada di posisi ke-59 dengan menggunakan metodologi yang diusung OECD.

Cuma metodologi pemeringkatan tersebut masih harus menunggu persetujuan dari pertemuan Menteri Pendidikan seluruh dunia yang dijadwalkan berlangsung Januari 2008 nanti. Bila disetujui maka pemeringkatan universitas versi OECD baru akan diluncurkan pada tahun 2010.

Bagaimana Pendapat Anda?


Sumber : “Measuring mortarboards”, The Economist,
November 17, 2007 p.64