Nanokapsul adalah partikel berukuran nanometer yang tersusun atas dinding tipis dari polimer yang menyelimuti material inti berbentuk cairan atau padatan. Dua sifat istimewa dari nanokapsul adalah melindungi atau mengisolasi zat inti dari pengaruh lingkungan luar dan melepaskannya dengan pola terkontrol. Karena sifatnya ini, penelitian tentang aplikasi nanokapsul pada bidang farmasi dan medis gencar dilakukan, terutama untuk penghancuran obat lepas lambat atau target khusus dan untuk memproteksi biomaterial aktif seperti enzim, sel atau peptida.
Hal itu dikemukakan Dr. Etik Mardliyati dari Center for Pharmaceutical and Medical Technology BPPT di Gedung Enseval, Kalbe Farma, Rabu (19/9).
Menurut wanita yang menerima beasiswa di era Menristek Habibie untuk belajar S1 hingga S3 dari 1992 hingga 2000 di Kagoshima University, Jepang ini, nanokapsul memiliki keunggulan lebih dibandingkan mikrokapsul. Ukuran nano dari partikel ini menyebabkan mampu melewati biological barrier, memperbaiki tingkat penerimaan jaringan dan meningkatkan penyerapan dan transportasi seluler, sehingga memungkinkan penghantaran zat terapi secara efisien menuju tempat target seperti hati, otak dan tumor. Disamping itu, sifat submicron dari nanokapsul membantu dalam meningkatkan performan terapi terapi dan farmakokinetik dari obat yang tingkat biovariabilitasnya oralnya rendah atau yang susah larut air, sehingga memungkinkan penghantaran obat yang efektif dengan dengan berbagai macam rute, khususnya parenteral dan peroral.
Perkembangan nanokaspsul di bidang medis antara lain dalam terapi kanker dengan menyerang tumor secara langsung dan terapi diabetes dengan cara mengatur dan mempertahankan keseimbangan hormon tubuh.
Pada Januari 2005, obat berbasis nanopartikel yang dinamakan Abraxane (protein paclitaxel diikatkan pada partikel Abraxis oncology) telah disetujui badan pengawasan obat AS (FDA) untuk digunakan pada terapi kanker payudara. Sementara, untuk terapi diabetes telah dibuat sel pankreas tiruan dari sel pankreas mencit yang dienkapsulasi pada mikrokapsul berpori-pori nano yang dikembangkan dr. Tejal Desal dari Universitas Boston, AS telah berhasil melalui tahap praklinis pada tikus dan dikatakan akan menjadi temuan besar di bidang nano medis.
Bagaimana pendapat Anda? (ASW)
Hal itu dikemukakan Dr. Etik Mardliyati dari Center for Pharmaceutical and Medical Technology BPPT di Gedung Enseval, Kalbe Farma, Rabu (19/9).
Menurut wanita yang menerima beasiswa di era Menristek Habibie untuk belajar S1 hingga S3 dari 1992 hingga 2000 di Kagoshima University, Jepang ini, nanokapsul memiliki keunggulan lebih dibandingkan mikrokapsul. Ukuran nano dari partikel ini menyebabkan mampu melewati biological barrier, memperbaiki tingkat penerimaan jaringan dan meningkatkan penyerapan dan transportasi seluler, sehingga memungkinkan penghantaran zat terapi secara efisien menuju tempat target seperti hati, otak dan tumor. Disamping itu, sifat submicron dari nanokapsul membantu dalam meningkatkan performan terapi terapi dan farmakokinetik dari obat yang tingkat biovariabilitasnya oralnya rendah atau yang susah larut air, sehingga memungkinkan penghantaran obat yang efektif dengan dengan berbagai macam rute, khususnya parenteral dan peroral.
Perkembangan nanokaspsul di bidang medis antara lain dalam terapi kanker dengan menyerang tumor secara langsung dan terapi diabetes dengan cara mengatur dan mempertahankan keseimbangan hormon tubuh.
Pada Januari 2005, obat berbasis nanopartikel yang dinamakan Abraxane (protein paclitaxel diikatkan pada partikel Abraxis oncology) telah disetujui badan pengawasan obat AS (FDA) untuk digunakan pada terapi kanker payudara. Sementara, untuk terapi diabetes telah dibuat sel pankreas tiruan dari sel pankreas mencit yang dienkapsulasi pada mikrokapsul berpori-pori nano yang dikembangkan dr. Tejal Desal dari Universitas Boston, AS telah berhasil melalui tahap praklinis pada tikus dan dikatakan akan menjadi temuan besar di bidang nano medis.
Bagaimana pendapat Anda? (ASW)
|