Google

Friday, September 21, 2007

Kisah Sup dari Batu

Topic : Business


Mengajak orang untuk rela bekerjasama ternyata memiliki taktik tersendiri. Hal itu dikemukakan Kristanto Santosa dari PQM yang mengobrol santai dengan Menristek Kusmayanto Kadiman usai diskusi untuk mencanangkan gerakan inovasi nasional di Hotel Four Season, Rabu (19/9) lalu.



Alkisah, di sebuah dusun antah berantah tiba-tiba muncul seorang pendatang baru meminta-minta. "Bapak-Ibu, saya lapar saya minta makan, " begitu pintanya ketika menemui kerumunan penduduk dusun itu. Namun, apa jawaban penduduk dusun itu, "Kami pun masih hidup susah jadi kami tidak bisa menolong kamu." Pendatang itu pun terpaksa menelan kekecewaan.



Tapi si pendatang itu tidak putus asa, ia pun mengubah taktik. Ia kini membawa sebuah batu. Sekali lagi didatanginya kerumunan penduduk dusun itu. "Bapak-Ibu saya memiliki sebuah batu yang bila direbus bisa menghasilkan sup yang lezat," kata pria itu. Penduduk dusun itu pun terheran-heran bagaimana sebuah batu bisa menghasilkan sup lezat. Mereka pun merasa penasaran untuk mencicipi sup itu.



"Kalau cuma sebuah panci saya rela untuk menyumbangkannya, " ujar salah satu penduduk dusun itu. "Saya juga bersedia ikut partisipasi kayu bakarnya," kata yang lain. Maka kemudian mengalir sumbangan-sumbangan berupa air, garam, lada, kol, wortel, kentang dan sekerat daging ayam. Tak lama kemudian batu itu ternyata mampu menghasilkan sup yang lezat.



Si pendatang itu pun kini makin lihai, ia pun pergi ke dusun seberang dengan sepotong kayu ajaib yang dikatakannya dapat membuat kolak yang lezat. Di sana pun ia sukses menyajikan kolak istimewa dari sepotong kayu.



Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah ini adalah untuk mengajak orang lain bekerjasama maka ciptakan kondisi agar semua pihak bersedia berperan karena mereka menilai pengorbanan mereka tidaklah terlalu berat ibaratnya hanya sekadar menyumbang masing-masing " sebuah panci, kayu bakar, air, garam, lada, kol, wortel dan kentang" sehingga akhirnya tersaji "hidangan sup yang lezat."



Ini merupakan versi kisah kerjasama lainnya, sebab Menristek Kusmayanto Kadiman dalam diskusi sebelumnya mengibaratkan bekerjasama itu seperti mengumpulkan berbagai kain perca sehingga akhirnya tercipta kain lebar dengan desain mosaik yang indah.


Bagaimana pendapat Anda? (ASW)