Google

Tuesday, September 11, 2007

Menurut Presiden, Kita Bangsa yang Kurang Teliti, Kurang Cepat dan Kurang Inovatif

Topic : Government

Tepat 6 tahun lalu , pada 11 September 2001, Gedung Manara Kembar World Trade Centre di New York roboh setelah ditabrak dua buah pesawat penumpang sipil. Pelakunya adalah kelompok Al Qaeda pimpinan Usamah Bin Laden. Peristiwa itu membuat berang Presiden AS George W. Bush yang kemudian menyulut serangan ke Afganistan dan Irak.

Di hari ini pula, Selasa, 11 September 2007, Harian Kompas memberitakan ledakan yang terjadi di Laboratorium Kimia, Kompleks Puspitek Serpong, Tangerang. Empat orang peneliti dikabarkan menderita luka pada peristiwa itu. Beruntung laboratorium itu berada di luar area Reaktor Serba Guna GA Siwabessy (RSG GAS) sehingga tidak menimbulkan zat radiokatif.

Menurut Kepala Batan Hudi Hastowo, penelitian dilakukan di laboratorium Crystal Growing untuk keperluan bahan industri. Para peneliti itu sedang melakukan penelitian yang terkait dengan program insentif dari Kementerian Riset dan Teknologi. ”Ketika mereka sedang melakukan penelitian, ada reaksi kimia sehingga timbul gas yang memunculkan tekanan sangat tinggi. Lalu timbul ledakan,” kata Hudi kepada Kompas.

Laboratorium Penumbuhan Kristal (Crystal Growing) digunakan untuk meneliti pengembangan bahan-bahan semikonduktor yang dihasilkan melalui penembakan radiasi neutron dengan reaksi nuklir.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berkunjung ke Puspitek Serpong bulan Juli 2007 mengakui di bidang riset dan teknologi, Indonesia ketinggalan jauh dibandingkan dengan negara-negara lain yang dulu sejajar, bahkan di belakang Indonesia. Negara-negara tersebut, yang kini sudah maju di bidang riset dan teknologi, diantaranya adalah Malaysia, Singapura dan India.

Indonesia tahun 1960-an sudah maju teknologinya. Sekarang kita kurang cepat,” ujar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono seperti dikutip Kompas,

Presiden juga mengatakan, bangsa Indonesia kurang teliti, kurang cepat, kurang inovatif dan kurang mengembangkan bidang riset dan teknologi.

Tentang pengembangan teknologi nuklir, Presiden mengatakan, itu untuk tujuan damai dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Perasaan mendua muncul setiap kali mendengar kata ”nuklir”. Di satu sis, ada rasa takjub karena bangsa ini bisa melakukan penelitian dan pengembangan iptek nuklir, Namun, di sisi lain, dilatarbelakangi ucapan Presiden bahwa bangsa kita kurang teliti, kekhawatiran akan radiasi nuklir tidak terbendung lagi.

Kekhawatiran itu mendapatkan konteksnya jika dikaitkan dengan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 yang memasukkan energi nuklir ke dalam kelompok energi baru dan terbarukan guna mengatasi kekurangan pasokan listrik di Jawa.

Pertanyaannya, benarkah kita siap untuk sebuah pembangunan listrik tenaga nuklir (PLTN) yang membutuhkan tingkat keamanan yang tinggi, bebas kecerobohan dan praktik korupsi? Bagaimana pendapat Anda?


Sumber : Harian Kompas, Selasa, 11 September 2007