Google

Friday, September 7, 2007

Alisjahbana Haliman : Menuai Berkah Tak Ternilai dari Ramuan Alami

Topic : Business

Meski drop out dari Fakultas Fisika di California State University at Long Beach, AS, keputusannya untuk menjadi wirausahawan pada usia 22 tahun di tahun 1987 tak pernah disesali Alisjahbana Haliman.

Kini 20 tahun kemudian bisnis yang dikibarkan pria kelahiran Pontianak, 11 Februari 1965 itu telah menjadi bisnis yang sangat prospektif. Bisnisnya yang berkibar di bawah bendera PT Haldin Pasifik Semesta seolah mengembalikan kejayaan Indonesia di masa lalu sebagai kepulauan penghasil rempah-rempah dunia. Padahal, awalnya pria bungsu dari 6 bersaudara ini memulai bisnis hanya sebagai pengimpor produk vanili dari Indonesia untuk konsumen di Amerika Utara melalui kantornya di New Jersey, Amerika Serikat.

Nama Haldin yang diambil dari kependekan dua nama orang tuanya yaitu Halimah (sang ibu) dan Muddin (sang ayah) ternyata membawa keberuntungan. Haldin berkembang pesat untuk memenuhi keperluan berbagai industri mulai dari makanan dan minuman, flavor dan fragrance, makanan kesehatan, farmasi dan kosmetik baik yang berasal dari sumber lokal maupun produk hasil pemrosesan. Semua produk Haldin dibaginya dalam lima kelompok yakni minyak esensial dan molekul alami, ekstrak cair, vanili, ekstrak spray dried dan material dasar.

Haldin memiliki 4 pabrik 3 di Indonesia (dua pabrik di Cikarang dan satu di Cibitung) yang menangani sediaan ekstrak dalam bentuk bubuk dan cair serta sebuah pabrik di New Jersey, AS untuk menangani penyulingan dan pemurnian molekul alami. Semua pabriknya itu menggunakan teknologi paling baru yang ada untuk menghasilkan ekstrak bubuk, ekstrak cair dan produk spray dried bermutu tinggi dengan kapasitas mencapai 4.000 – 5.000 ton per tahun.

Ada sekitar 100 item produk yang ditangani Haldin. Ekstrak cair untuk minuman, misalnya, terdiri dari Coklat, Kopi, Bunga Krisan, Alang-alang, Rimpang Jahe, Teh Hijau, Asam Jawa dan Kunyit. Sedangkan ekstrak cair dalam bentuk teh dan kopi terdiri dari Black Tea Essence, Black Tea Concentrate, Black Tea Extract, Cofee Essence, Coffee Concentrate dan Coffee Extract.

Sediaan bubuk ada dua macam yakni ekstrak bubuk dan ekstrak bubuk alami. Ekstrak bubuk (powder extracts) terdiri dari Jeruk, Kayu Manis, Rimpang Jahe dan Apel. Tersedia pula ekstrak bubuk alami 1 (natural powder extract 1) yang bahannya tersedia melimpah di bumi Indonesia seperti Lidah Buaya, Pulosari, Jati Belanda, Sirih, Bunga Krisan, Kayu Manis, Alang-alang, Pasak Bumi, Rimpang Jahe, Pegagan, Gauarana 10%, Guarana 22%, Daun Jambu Biji, Jambu Biji, Kumis Kucing, Temulawak, Manjakani, Mengkudu, Gambir, Meniran, Pandan, Tempuyung, Jeruk Nipis, Sirsak, Keji Beling, Katuk, Asam Jawa dan Kunyit.

Sedangkan ekstrak bubuk alami 2 (natural powder extract 2) umumnya berbahan baku impor dari luar negeri seperti Bilberry, Black Cohosh, Black Elderberry, Curcumin 95%, Damiana, Echinacea purpurea, Echinacea angustifolia, Garcinia 50%, Garcinia 70%, Ginkgo biloba, Ginseng Siberian, Grape Seed,Licorice, Milk Thistle, Muira Puama, Panax Ginseng 2%, Panax Ginseng 10%, Panax Ginseng 15%, Phospolipid, Royal Jelly, Thyme, Tribulus terrestis, Yohimbe, Schisandra, Epimedium, Red Clover 18%.

Haldin mengekspor hampir 60 % produknya ke luar negeri yang meliputi AS, Jepang, Uni Eropa dan negara-negara ASEAN lainnya. Sementara, 40 % produknya diserap industri makanan dan minuman, makanan kesehatan, kosmetik, jamu dan farmasi dalam negeri.

Teknologi yang digunakan Haldin dalam memproses produknya merupakan yang paling canggih saat ini. Teknologi ”Spray Dried”yang dimilikinya, misalnya, mampu menghasilkan ekstrak dalam bentuk granula. Sediaan itu cocok sekali bagi produsen minuman karena granula lebih mudah larut dibandingkan bentuk bubuk biasa baik disajikan panas maupun dingin. Dengan menyuntikkan CO2 selama proses pengeringan, produk dengan efek gelembung dan busa bisa dihasilkan, sehingga tampak segar ketika disajikan. ”Haldin merupakan satu-satunya perusahaan di Indonesia yang memiliki 3 buah ISO sekaligus,” kata suami Dewi Haliman itu bangga. Ketiga ISO itu adalah ISO 9001 (sistem kualitas), ISO 22000 (keamanan produk) dan ISO 14001 (lingkungan).

Haldin menerapkan manajemen modern dengan melibatkan banyak quality assurance manager dan food scientist dan secara keseluruhan mempekerjakan sekitar 300 karyawan. ”Rata-rata mereka muda-muda dengan usia sekitar 30 tahunan dan lulusan S1,” tambah pria yang akrab dipanggil Ali Haliman itu.

Dalam proses bisnis Haldin juga menerapkan ERP (enterprise resources planning) berbasiskan SAP. Dengan demikian Haldin mampu mengotomatisasikan berbagai proses bisnis mulai dari produksi, logistik, distribusi, akuntansi, keuangan dan SDM dalam sebuah sistem informasi.” Kami merupakan perusahaan langka di Indonesia yang menggunakan peranti lunak SAP untuk sistem operasinya sehingga bisa online ke semua bagian ,” ujarnya.

Apa yang kira-kira dapat disumbangkan Haldin dalam kerangka kerjasama ABG? ”Kita leading di industri ini di Indonesia. Bagi Government kita bisa memberikan nilai tambah ke sektor pertanian dalam hal proses dari produk pertanian ke industri. Dengan pihak akademisi kita bisa melakukan join research, misalnya, bagaimana membuat temulawak ekstrak yang bagus,” kata pria yang dikarunia 3 anak perempuan semua itu.

“Atau juga untuk keperluan industri makanan mungkin dari kantor Menristek bisa menaruh mesin di tempat kita sebagai sebuah laboratorium di mana kita akan buka untuk kalangan akademisi. Kita akan buka pintu bagi mahasiswa yang akan belajar tentang dunia industri,” paparnya.

Bagaimana pendapat Anda? (ASW)