Google

Monday, September 10, 2007

Mengenal Teknik Stem Cell Non Kontroversial

Topic : Academic - Business

By Ari Satriyo Wibowo



Riset Embryonic Stem Cell sampai saat ini masih menimbulkan kontroversi sekalipun riset itu untuk keperluan therapeutic cloning bukan untuk reproductive cloning. Sampai saat ini terdapat sekitar 38 negara yang mengijinkan riset embryonic stem cell dengan memanfaatkan Inner Cell Mass (ICM) untuk keperluan terapi penyakit. Negara-negara itu antara lain Inggris, Swedia, Belgia, Belanda, RRC, Korea Selatan, Taiwan, Singapura dan Malaysia. Bagaimana dengan Indonesia? Konon dalam sidang PBB itu delegasi Indonesia mengambil sikap abstain untuk masalah tersebut.

Oleh karena itu, saat ini banyak lembaga riset stem cell termasuk SCI (Stem Cell and Cancer Institute) di Indonesia yang lebih mengedepankan riset-riset stem cell yang non kontroversial.

Menurut dr. Boenjamin Setiawan, PhD, Founder Kalbe Farma sekaligus salah satu pendiri SCI, riset-riset stem cell non-kontroversial itu meliputi Umbilical Cord Blood Stem Cells (Stem Cell dari Darah Tali Pusar), Bone Marrow Stem Cells (Stem Sel dari Sumsung Tulang Belakang) dan Adult Peripheral Blood Stem Cell (Stem Cell dari Darah Tepi Orang Dewasa). Ia menyampaikan presentasi berjudul "The Potential Clinical Aplications of Stem Cells" pada perayaan Ulang Tahun Kalbe Farma ke-41 bersama para dokter mantan penerima Beasiswa Kalbe di Hotel Four Season, Jakarta, Sabtu, 1 September 2007 lalu.

Oleh karena itu, saat ini Stem Cell Banking sedang naik daun. Melalui bank tersebut donor autologous (untuk diri sendiri) maupun donor allogenic (untuk orang lain) dapat menitipkan bagian darah tali pusarnya ke bank tersebut. Karena para donor umumnya masih bayi maka yang menitipkan adalah kedua orang tuanya. Selain itu, orang dewasa yang masih berusia muda dapat pula menyimpan Sel Darah Tepi dalam media simpan beku cryopreservation untuk dipergunakan bila kelak terserang suatu penyakit.

Di bank tersebut stem cell dapat dikumpulkan dari Darah Tali Pusar maupun Darah Tepi dengan menggunakan teknik apheresis.

Stem Cell yang telah dibekukan tadi dipergunakan untuk mengobati penyakit Kanker, Jantung Koroner (CAD), Stroke, Diabetes, Luka Bakar, Osteoarthritis, Spinal Cord Injury dan lain sebagainya.

Ada beberapa penyakit yang potensial disembuhkan dengan terapi Stem Cell diantaranya Parkinson, Alzheimer, Spinal Cord Injury, Stroke, Luka Bakar, Penyakit Jantung, Diabetes, Leukemia, Kanker, Rhematoid arthritis, Osteoarthritis, Sickle cell anemia, Muscular dystrophy, Cirrhosis hepatis dan Osteoporosis.

Adapun penyakit yang sudah dapat disembuhkan dengan terapi Stem Cell saat ini antara lain Leukemia, Lymphoma, Multiple Myeloma, Penyakit Jantung Koroner, Penyakit karena radiasi, Multiple Sclerosis, Lupus Erythematosis, Penyakit Autoimune, Luka Bakar dan Orthopedic.

Salah satu manfaat terapi Stem Cell adalah dalam hal menangani CLI ( Critical Limb Ischemia / Pendarahan Kritis pada Tungkai ) yang biasa dialami penderita diabetes dan artheoscheloris. CLI adalah penyakit vaskuler yang disebabkan tersumbatnya pembuluh darah pada bagian tungkai ( tangan dan kaki) sehingga mengakibatkan pendarahan di dalam tubuh. Pada penderita diabetes umumnya menyerang bagian kaki dan bila terlambat bisa menimbulkan gangren dengan risiko amputasi kaki.

Pada penderita artherosclerosis bila penyakitnya dapat dilokalisir maka intervensi menggunakan terapi balon dapat dilakukan.

Tetapi jika pembuluh darah sudah mengalami kerusakan maka satu-satu pilihan adalah menggunakan terapi Endothelial Progenitor Cells (EPC) untuk menstimulasi tumbuhnya pembuluh darah baru dan angiogenesis.

Prevalensi penderita diabetes di Indonesia diperkirakan mencapai 4 % sedangkan di Amerika Serikat mencapai 6 %. Itu berarti ada 4% dari 22 % penduduk Indonesia atau sekitar 8,8 juta orang yang menderita daibetes. Dari jumlah itu diperkirakan ada 3% penderita yang telah memasuki stadium lanjut atau sekitar 264.000 orang dengan risiko mengalami diabetic ulcers. Mereka inilah yang memerlukan terapi EPC untuk menggantikan vascular endothelial cell yang mengalami kerusakan.


Selain itu, bagi penderita Diabetes Type 1 yang sel beta pankreasnya tidak mampu memproduksi insulin suatu saat nanti akan dapat disembuhkan dengan terapi Stem Cell. Bagaimana caranya? Saat ini riset di bidang tersebut masih dalam tahap awal. Tetapi secara teoritis sel islet yang ada pada bagian Langerhans memiliki struktur yang sama dengan sel beta yang memproduksi insulin di pankreas sehingga dengan teknik kultur sel dimungkinkan untuk memproduksi banyak sel-sel islet yang nantinya menggantikan tugas sel beta untuk memproduksi insulin. Alternatif lainnya kemungkinan dengan cara mengisolasi stem cell pankreas dari jaringan tubuh orang dewasa. Semoga hasil riset itu membuahkan hasil yang menggembirakan.

Bagaimana pendapat Anda? (ASW)