Google

Saturday, September 15, 2007

Dari Diskusi di FKUI : Benarkah Cancer Stem Cell Itu Ada?

Topic : Academic

Studi terhadap Cancer Stem Cell (CSC) memperoleh perhatian besar saat ini. Sementara model Darwinian dari tumorigenesis menjadi model kerja dalam riset kanker menyusul kemunculan data-data terbaru dari CSC saat ini menimbulkan kegembiraan sekaligus keraguan.

Konsep yang telah ada saat ini yakni multistep carcino genesis, clonal expansion dan tumor initiation-promotion-progression akan diuji melalui temuan-temuan ringan dari CSC.

Tren baru pemikiran ditujukan untuk menuliskan strategi baru dalam mengembangkan prognonis dan terapi yang lebih baik. Keraguan yang saat ini terjadi terutama terletak pada apakah teknologi saat ini mampu membuktikan eksistensi atau mengidentifikasi CSC dalam tumor solid seperti pada kanker payudara dan kanker usus besar.

Hal-hal di atas mengemuka dalam diskusi Cancer Stem Cell yang diselenggarakan Journal Club of Stem Cell & Cancer Instititute pada Jum’at, 14 September 2007 lalu di Ruang Senat Guru Besar FKUI. Selaku pembicara tunggal adalah Ahmad Rusdan Handoyo Utomo, PhD , Principle Investigator dari Stem Cell and Cancer Institute (SCI). Ahmad merupakan PhD Mollecular Medicine dari University of Texas at San Antonio, AS tahun 2003. Kemudian yang bersangkutan menjalani post doctoral di Harvard Medical School di Departemen Pathologi dari tahun 2003-2007.

Diskusi itu menggunakan referensi dua studi kasus yakni makalah jurnal Richard P.Hill dengan judul Identifying Cancer Stem Cells in Solid Tumors :Cased Not Proven dan makalah jurnal Max S. Wicha, Suling Liu dan Gabriela Dontu dengan judul Cancer Stem Cells : An Old Idea – A Paradigm Shift. Keduanya dimuat di jurnal American Association for Cancer Research.

Usai diskusi ABGNET mewancarai Ahmad Utomo, PhD sebagai berikut :


Apa yang menurut Anda menarik dari diskusi ini ?

Teori mengenai Cancer Stem Cell bukan teori baru tetapi teori lama. Tetapi sekarang dengan adanya teknik-teknik baru, ada tren bahwa kanker itu memiliki stem cell juga. Kemungkinan besar kita dapat menjawab dilema di tingkat klinis, misalnya, kenapa ada pasiennya resisten terhadap chemotherapy. Hal itu terjadi karena walaupun obat itu aktif menghancurkan mayoritas dari sel tetapi karena sel itu bukan stem cell dan sama sekali sudah terdiferensiasi dia tetap bersifat sensitif terhadap obat. Sedangkan, obat itu tidak menjamah sama sekali cancer stem cell” karena sudah mengalami mutasi. Ketika obat atau pressure itu hilang, sel tersebut bisa kembali menjadi tumor.

Apa manfaat diskusi ini untuk penerapan di bidang klinis ?

Secara umum tidak mengubah konsep dasar tentang carcinogenesis cuma kita bisa menerjemahkan observasi di dunia klinis ini menjadi paradigma baru. Terlepas dari pro dan kontranya yang paling penting bagi saya, maknanya apa di klinis. Kalau memang ada Cancer Stem Cell (CSC) bisa nggak dilihat dari genetic signature-nya. Bisakah kita menggunakan informasi tersebut untuk kembali ke klinis untuk memprediksi pasien mana kira-kira yang dapat diatasi tanpa chemotherapy dan pasien mana yang bakal berkembang tumornya menjadi lebih ganas. Karena kalau kita terapkan chemotherapy semuanya, istilahnya akan muspro (sia-sia) .... Siapa tahu ada cara yang lebih mudah untuk mengatasinya.


Dr. Bambang Karsono, Sp.PD dari Rumah Sakit Kanker Dharmais tadi menyatakan keraguannya terhadap Cancer Stem Cell karena dari tahun 1994 hingga 2005 hanya terjadi 7 kasus Cancer Stem Cell. Bagaimana pendapat Anda?


Semua itu tergantung dengan metode. Bahwa yang namanya cancer itu tergantung lingkungannya. Yang anti terhadap teori ini berpendapat yang Anda ambil dari sel ini bukan cancer stem cell tetapi sebenarnya kanker biasa tetapi karena suatu hal secara genomic menjadi tidak stabil dan sel itu memiliki sesuatu yang berbeda. Anda artifisial menyeleksinya.

Cancer Stem Cell memang fenomenal. Yang paling banyak diterima dari sekian banyak kanker adalah Leukemia. Sebagai Homopoetic Stem Cell ia sudah diterima secara luas. Yang menjadi masalah untuk Solid Tumor pada kanker seperti usus besar dan payudara.

Mengapa wanita yang tidak mempunyai anak lebih berisiko terkena kanker?

Selama hidup sel itu membagi dirinya. Satu untuk jaringan yang rusak, satu lagi untuk dirinya sendiri. Pada waktu wanita mengalami menstruasi sel dipacu untuk berproliferasi dan dipacu pula memery gland stem cell-nya. Semua diekspos oleh banyak mutagen.

Kalau wanita tidak mempunyai anak (atau memiliki anak setelah usia 35 tahun) maka stem cell-nya tidak mengalami perubahan. Jumlahnya tidak berkurang atau bertambah terus .

Sedangkan pada wanita yang punya anak yang tadinya stem cell berubah menjadi sel-sel lain untuk memenuhi fungsi-fungsi seperti menyususui dan sebagainya. Setelah menyusui memery yang banyak tadi akhirnya berkurang jumlahnya Kalau selnya tidak ada lagi khan nggak mungkin terjadi kanker.

Bagaimana pendapat Anda? (ASW)