Topic : Government -Business
Dr.Harjoto Djojosubroto dilahirkan di Gombong, 22 Februari 1939. Menempuh pendidikan S1 di MIPA Kimia ITB tahun 1959-1966. Pendidikan S3 ditempuhnya dari tahun 1977-1989 dengan disertasi Kimia Fisika yang membahas masalah efek kimia transformasi inti di bawah bimbingan Prof. Oei Ban Liang. Lamanya waktu yang ditempuh Haryoto untuk menyelesaikan disertasi akibat terkendala peralatan yang harganya mahal dan sempat mengalami kerusakan di tengah perjalanan penelitian. Akhirnya, ia harus menunggu datangnya alat baru berupa Spektrometer Sinar Gamma.
Harjoto pertama kali masuk ke Pusat Penelitian Teknik Nuklir (PPTN-BATAN) Bandung ketika menjadi mahasiswa tugas akhir di bawah bimbingan Prof. Amiruddin sekitar tahun 1964. Pada waktu itu reaktor nuklir di Indonesia hanya di Bandung dengan nama Pusat Reaktor Atom Bandung (PRAB) yang diresmikan Presiden Soekarno.
Harjoto bertugas di dua tempat sekaligus. Sebelumnya ia menjadi asisten di ITB. Kemudian jurusan memintanya untuk melamar ke PPTN-BATAN Bandung. Ia pun menjadi staf PPTN-BATAN dari tahun 1969 – 2002. Di PPTN-BATAN Bandung ia menjadi kepalanya selama dua periode yakni dari tahun 1991-1998. Sedangkan, di ITB sebagai dosen luar biasa ia mengajar dari tahun 1967-2001.
Selama menjabat di lembaga itu Harjoto melakukan riset-riset antara lain analisis aktivasi neutron, pembuatan senyawa bertanda radioaktif, fisika reaktor, metalurgi nulkir dan masih banyak lainnya. Beberapa kegiatan riset lainnya banyak yang dilanjutkan dan dipindahkan ke BATAN Serpong maupun BATAN Pasar Jumat, Jakarta.
Kerjasama dengan dunia industri yang pernah dilakukannya antara lain dalam hal riset Pencil Irradiation Cobalt 60 dengan perusahaan swasta PT IndoGamma yang merupakan eksportir bahan makanan ke luar negeri. Teknologi irradiasi tadi dimanfaatkan untuk mengawetkan bahan makanan seperti paha kodok maupun udang. Dengan demikian Salmonela yang ada pada paha kodok dan udang akan mati dan dagingnya tidak mudah menjadi busuk.
Harjoto pertama kali masuk ke Pusat Penelitian Teknik Nuklir (PPTN-BATAN) Bandung ketika menjadi mahasiswa tugas akhir di bawah bimbingan Prof. Amiruddin sekitar tahun 1964. Pada waktu itu reaktor nuklir di Indonesia hanya di Bandung dengan nama Pusat Reaktor Atom Bandung (PRAB) yang diresmikan Presiden Soekarno.
Harjoto bertugas di dua tempat sekaligus. Sebelumnya ia menjadi asisten di ITB. Kemudian jurusan memintanya untuk melamar ke PPTN-BATAN Bandung. Ia pun menjadi staf PPTN-BATAN dari tahun 1969 – 2002. Di PPTN-BATAN Bandung ia menjadi kepalanya selama dua periode yakni dari tahun 1991-1998. Sedangkan, di ITB sebagai dosen luar biasa ia mengajar dari tahun 1967-2001.
Selama menjabat di lembaga itu Harjoto melakukan riset-riset antara lain analisis aktivasi neutron, pembuatan senyawa bertanda radioaktif, fisika reaktor, metalurgi nulkir dan masih banyak lainnya. Beberapa kegiatan riset lainnya banyak yang dilanjutkan dan dipindahkan ke BATAN Serpong maupun BATAN Pasar Jumat, Jakarta.
Kerjasama dengan dunia industri yang pernah dilakukannya antara lain dalam hal riset Pencil Irradiation Cobalt 60 dengan perusahaan swasta PT IndoGamma yang merupakan eksportir bahan makanan ke luar negeri. Teknologi irradiasi tadi dimanfaatkan untuk mengawetkan bahan makanan seperti paha kodok maupun udang. Dengan demikian Salmonela yang ada pada paha kodok dan udang akan mati dan dagingnya tidak mudah menjadi busuk.
Setelah pensiun dari PPTN-BATAN Bandung, Dr Haryoto lebih banyak mengajar para mahasiswa S1 di Fakultas Teknologi Industri Universitas Parahyangan untuk mata kuliah kimia dasar dan keselamatan kerja, Fakultas Teknik Jurusan Elektro Universitas Maranatha Bandung untuk mata kuliah kimia dasar dan Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Bandung untuk mata kuliah kimia dasar.
Pengalamannya yang segudang di bidang akademis maupun teknik nuklir membuatnya sangat menginginkan sekali melihat wujud nyata kerjasama ABG yang erat sehingga mampu menghasilkan produk inovatif yang bermanfaat.
Bagamana pendapa Anda? (ASW)
|