Google

Monday, April 14, 2008

Sel Punca untuk Terapi Infark Jantung


Figure 1. Algorithm used for intracoronary bone-marrow-derived cell therapy in chronic ischemic heart disease after myocardial infarction (http://www.nature.com/ncpcardio/journal/v3/n3s/images/ncpcardio0431-f1.gif)


Pada dua dekade lalu, penyakit seperti gagal jantung hanya dapat di atasi melalui transplantasi melalui organ jantung. Namun, seperti yang sudah diperkirakan sebelumnya, jumlah para pendonor jantung tidak sebanding dengan yang membutuhkan.

Metode transplantasi seluler dengan menggunakan sel punca memberikan harapan baru dalam dalam penyembuhan penderita gagal jantung. Untuk terapi ini, sel punca disuntikkan ke dalam otot jantung. Sel punca ini akan segera mengubah diri menjadi otot jantung dan berfungsi sebagai otot jantung baru, sehingga otot jantung menjadi normal kembali. Pemberian sel punca pada orang dengan kemampuan pompa jantung sebesar 20% akan segera meningkatkan kemampuan pompa jantungnya secara signifikan. Dengan demikian, penggantian organ atau cangkok jantung yang sangat rumit dan berisiko tinggi dapat dihindarkan (Ragam Berita dan Artikel 2006)

Infark jantung atau dalam bahasa medis biasa disebut myocardial infarction merupakan penyakit yang sangat berbahaya. Bahkan, di AS dewasa ini terdapat 1,1 juta kasus setiap tahunnya. Penyakit ini disebabkan destruksi atau kerusakan pada sel otot jantung yang disebut kardiomiosit. Kardiomiosit ini sangat penting bagi kehidupan manusia karena sel ini mempunyai tugas untuk membuat jantung tetap berdenyut sepanjang kehidupan manusia sehingga kerusakan pada kardiomiosit dapat berakibat fatal. Kerusakan sel otot jantung ini terjadi karena berkurangnya asupan oksigen ke jantung. Berkurangnya assupan oksigen ini dapat disebabkan karena hipertensi, penyakit jantung koroner dan sebagainya. Meskipun terhadap peningkatan kualitas pada teknik operasi jantung, alat bantu mekanik, obat-obatan, transplantasi organ dan sebagainya, namun lebih dari separuh pasien gagal jantung meninggal dalam waktu kurang dari 5 tahun sejak pasien didiagnosa menderita penyakit ini. (National Institute of Health, 2006)

Pembuktian untuk model terapi baru, selalu menggunakan tikus sebagai binatang percobaan. Orlic dan kawan-kawan pada tahun 2001 melaporkan hasil penelitiannya tentang penggunaan sel punca pada tikus yang mendapat serangan jantung. Mula-mula tikus dibuat mendapatkan serangan jantung. dengan cara mengikat salah satu pembuluh darah di arteri sebelah kiri. Dengan demikian terdapat daerah pada jantung tersebut rusak akibat stroke buatan. Kemudian pada daerah jantung yang rusak tersebut diinjeksikan sel punca hematopoietik yang berasal dari sumsum tulang . Ternyata setelah 9 hari, pada daerah jantung yang rusak tersebut terjadi pembentukan kardiomiosit baru yang dilengkapi dengan vaskuler edothelium dan smoth muscle cell yang baru pula. Jadi terlihat adanya regenerasi pada sel yang rusak termasuk koroner arteri,arteriol. dan kapiler darah. Total perbaikan yang dibuat oleh sel punca meliputi 68% dari daerah yang rusak akibat serangan jantung. (Orlic et al, 2001)

Sumber : “Prospek dan Tinjauan Bioetika : Pengembangan Teknologi Kloning Sel Punca untuk Terapi di Bidang Kedokteran,” Kementerian Negara Riset dan Teknologi, Jakarta, 2007