Google

Tuesday, April 8, 2008

Bagaimana Malaysia Meraih Devisa dari Pensiunan Lanjut Usia Mancanegara







Topic : Government

By Ari Satriyo Wibowo


Mengais devisa tidak melulu dari pariwisata atau kehadiran pelancong asing tetapi bisa juga dengan mengundang kaum pensiunan asing untuk datang bermukim. Hal itulah yang sudah diterapkan negara jiran Malaysia dengan meluncurkan program Malaysia My Second Home (MM2H) sejak awal tahun 2000-an. Program ini memberikan kesempatan kepada orang asing berusia lanjut yang ingin bermukim dengan fasilitas visa di atas 10 tahun yang dengan mudah dapat diperbarui. Tentu saja calon peserta harus memenuhi kriteria finasial dan kesehatan tertentu.

Hasilnya sungguh luar biasa. Berdasarkan survei Long Stay Foundation of Japan 2007 Malaysia menempati rangking pertama (sebesar 14,9 %) sebagai negara yang paling diminati kaum pensiunan Jepang usia 50-an, 60-an, 70-an dan 80-an untuk menghabiskan hari tuanya.

Posisi kedua ditempati Australia (14 %) disusul Thailand (11,2 %), New Zealand (10,5%) dan Hawai (9,9%). Australia memempati urutan pertama untuk kelompok umur 20-an dan 40-an.

Survei itu mengungkapkan bahwa kaum pria cenderung memilih negara Asia sementara kaum perempuan memilih Amerika Utara atau negara di kawasan Pasifik sebelah Utara sebagai pilihan pertama.

Wilayah seperti Australia, Hawai, New Zealand dan Kanada merupakan negara-negara yang popular untuk ditinggali karena memiliki penduduk berbahasa Inggris, standar keamanan yang tinggi serta cuaca yang bersahabat.

Tetapi Asia Tenggara mulai naik daun khususnya negara seperti Malaysia, Thailand dan Filipina. Hal itu berdasarkan pertimbangan standar biaya hidup yang murah, jarak terbang yang pendek serta cuaca yang lebih hangat atau disingkat sebagai “Cheap, Near, Warm”.

Berapa lama mereka ingin tinggal? Berdasarkan survey itu 41.9 % responden ingin tinggal sebulan hingga tiga bulan dan 41,8 % ingin tinggal lebih dari tiga bulan. Data fiskal Malaysia tahun 2005 menunjukkan 47 % pensiunan memilih tinggal 1-3 bulan sementara 34 % memilih tinggal lebih dari 3 bulan.

Dalam tiga tahun terakhir jumlah pensiunan Jepang yang tinggal di Malaysia berlipat dua yakni dari 700 orang menjadi 1400 orang pensiunan. Setiap tahun ada sekitar 10.000 orang yang mengajukan lamaran ke Program MM2H.

Malaysia menjadi pilihan pensiunan Jepang selain karena memiliki satnadar biaya hidup yang murah, juga karena keinginan memperkaya gaya hidup mereka dengan berkomunikasi dengan penduduk lokal, mempelajari bahasa baru serta mengembangkan ketrampilan baru.

Sebanyak 31,7 % responden mengaku tertarik kepada kebudayaan negara tersebut sementara 19,8 % karena mereka menyukai negara itu.
Sementara aktivitas yang dilakukan, 25,1 % responden ingin rileks, 18,8% ingin mengembangkan hobi mereka, 16,2 % ingin mempelajari bahasa baru dan 21,1 % ingin berwisata selama tinggal di negara tersebut.

Soal pengelauaran bulanan sebanyak 44, 1 % cenderung mengeluarkan biaya sebesar 100.000-150.000 yen dan 31,4% mengeluarkan 150.000-200.000 yen per bulan.

Apa yang ditulis di atas masih terbatas membahas potensi pensiunan dari Jepang. Peluang menggarap kaum pensiunan yang kaya raya dari Eropa dan Amerika Serikat masih terbuka lebar.

Mengingat potensi yang besar untuk mengais devisa dari kaum pensiunan itu maka pemerintah Malaysia dan pihal imigrasi di sana memberikan berbagai kemudahan dan insentif bagi mereka yang berminat tinggal di Malaysia. Insentif itu meliputi kepemilikan rumah, kepemilikan mobil, kemudahan memperoleh pembantu rumah tangga dan insentif pajak. Selain itu, masih banyak tawaran menarik dari program MM2H itu.

Bagaimana pendapat Anda?