Google

Monday, April 21, 2008

Mengatasi Sel Punca Penyebab Kanker



Topic : Academic, Business

By Ari Satriyo Wibowo


Teori sel punca sebagai penyebab kanker, meski masuk akal, didasarkan pada eksperimen pada binatang sehingga relevansinya terhadap manusia masih dianggap belum teruji.

Tetapi sebuah studi yang dilaporkan pada pertemuan American Association for Cancer Research di San Diego baru-baru ini telah mengubah pendapat tersebut. Pendapat lama mengatakan bahwa tidak ada orang yang dapat sembuh dari kanker. Padahal, penyembuhan total kanker sangat dimungkinkan sekali.

Selain itu, pengobatan yang berhasil membunuh tumor tetapi membiarkan sel punca tetap hidup dianggap bersifat menunda waktu saja. Kemampuan sel punca kanker untuk bertahan hidup ditunjukkan Dr. William Matsui dari Johns Hopkins Sidney Kimmel Cancer Centre di Baltimore, AS. Ia merujuk pada 268 pasien yang menderita kanker pankreas dan akhirnya menemukan rumusan berapa lama sel punca tumor dapat bertahan hidup. Tumor yang memiliki sel punca ternyata mampu hidup hingga umur 14 bulan.
Dapatkah sel punca kanker itu dibasmi atau dimusnahkan? Dalam tes pada binatang hal itu sulit dilakukan. Sebab umum diketahui bahwa sel punca memiliki resistensi terhadap chemotherapi standar.

Dengan pemikiran itu, Jeffrey Rosen dan koleganya di Baylor College of Medicine di Houston, Texas, AS membandingkan contoh dari kanker payudara yang diambil sebelum dan sesudah chemotherapi selama 12 minggu. Alasannya bila sel punca bersifat resisten maka proporsi jumlah sel punca dalam tumor akan meningkat.

Dan itulah yang terjadi. Di antara wanita yang diobati dengan teknik lama chemotherapi maka jumlah sel meningkat dari 5% sebelum pengobatan menjadi 14% setelah pengobatan. Dalam eksperimen secara paralel ia membandingkan kelompok wanita yang menerima pengobatan dengan obat baru bernama Lapatinib. Di kelompok ini proporsi sel punca kanker menurun dari 10% sebelum terapi menjadi 7,5% setelah terapi.

Lapatinib merupakan obat yang dikembangkan perusahaan farmasi GlaxoSmithKline (GSK) untuk pengobatan kanker payudara dan kanker paru-paru. Obat ini memperoleh persetujuan FDA pada 17 Maret 2007 untuk pengobatan pasien penderita kanker payudara yang disertai pengobatan dengan chemotherapi. Di AS obat ini dipasarkan dengan merek Tyverb.

Lapatinib didesain untuk menyerang molekul protein spesifik pada penyakit kanker. Dalam kasus ini protein yang diserang adalah HER2, sebuah molekul yang sering ditemukan pada permukaan sel-sel kanker payudara.

Lapatinib juga mencegah aktivitas protein yang disebut “epidermal growth factor receptor” yang ditemukan sangat penting perannya dalam perkembangbiakan sel punca. Ketika aktivitasnya diblok maka proporsi sel punca di tumor pun ikut menurun.

Bagaimana pendapat Anda?

Sumber : Majalah The Economist (17 April 2008) dan Wikipedia