Google

Monday, April 28, 2008

Cara Jitu Memperoleh Anak Laki-Laki atau Perempuan

Topic : Academic

By Ari Satriyo Wibowo

Ada banyak kisah ibu-ibu di Eropa zaman kuno ketika mereka menginginkan kelahiran anak perempuan atau laki-laki. Jangan kaget bila apa yang mereka percayai itu rada berbau tahayul. Misalnya, bagi yang mengidamkan anak laki-laki maka pilihan hari bercinta harus dilakukan pada tanggal ganjil, makan banyak daging dan bagi sang suami agar terkesan lebih percaya diri sebaiknya mengenakan celana tinju atau celana panjang yang longgar sebelum bercinta. Sedangkan, kalau yang dikehendaki anak perempuan, mereka wajib meletakkan sendok kayu di bawah tempat tidur dan mengonsumsi yogurt banyak-banyak yang rasanya masam.

Meski jenis kelamin anak secara genetis ditentukan sang ayah yang memiliki baik gen “x”maupun “y”, tetapi sang ibu memiliki pengaruh yang kuat pula. Studi pada bintang dan manusia menunjukkan ada kaitan erat antara jenis kelamin anak dan perilaku diet serta tingkat stress pada ibunya.

Meskipun mekanismenya tidak diketahui dengan baik, tetapi tampaknya hal itu memiliki akar evolusi yang menyebabkan kegiatan reproduksi berjalan sukses hingga saat ini. Di masa paceklik ketika pangan susah diperoleh maka tubuh wanita seolah diprogram untuk menghasilkan anak perempuan. Sementara, di masa pangan melimpah maka tubuh wanita seolah-olah diprogram pula untuk menghasilkan anak laki-laki.

Evolusi yang sama terjadi di kehidupan modern. Riset terbaru menunjukkan adanya kaitan erat antara energi yang diperoleh pada saat pertemuan sel telur dan sperma dengan kelahiran anak laki-laki, khususnya bagi ibu-ibu yang mengonsumsi sereal pada saat sarapan pagi.

Studi yang dilakukan tim riset dari Universitas Exeter dan Oxford, menunjukkan bahwa kebiasaan makan dari 740 ibu-ibu dari Inggris ketika menantikan kelahiran anak-anak mereka. Perbandingan jenis kelamin anak-anak mereka mula-mula 50:50. Tetapi ketika ibu-itbu itu dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan jumlah kalori yang dikonsumsi pada saat pertemuan sel telur dan sperma, gambaran berubah drastis. Mereka yang mengonsumsi banyak gula atau energi memperoleh 56 % anak laki-laki, sementara ibu-ibu yang mengonsumsi sedikit kalori hanya 45 % yang memperoleh anak laki-laki. Disamping mengonsumsi lebih banyak kalori wanita dengan anak laki-laki cenderung mengonsumsi kuantitas nutrisi lebih tinggi, khususnya ketika melakukan sarapan pagi dengan cereal.

Hal ini dapat menerangkan mengapa terjadi penurunan secara konsisten kelahiran anak laki-laki di negara-negara industri, kata Fiona Matthews dari Universitas Exeter, pimpinan proyek penelitian itu yang dipublikasikan di “ Proceedings of the Royal Society B : Biological Sciences.”

Perubahan pola diet terjadi negara maju. Meski jumlah penderita obesitas meningkat dan terjadi penurunan aktivitas fisik, kelompok ini tidak menemukan bukti bahwa ada hubungan antara indeks berat badan waniat dengan jenis kelamin anaknya. Namun, kekuatiran akan kelebihan berat badan telah mengakibatkan banyak wanita melakukan diet rendah kalori.Termasuk perilaku tidak melakukan sarapan pagi.

Apa yang terjadi kemudian? Dari riset di klinik bayi tabung (in vitro fertilisation) diketahui bahwa glukosa berkadar tinggi mampu memacu pertumbuhan dan perkembangan embrio laki-laki dan menghambat pertumbuhan embrio perempuan. Tidak melakukan sarapan di pagi hari, melakukan puasa atau mengurangi konsumsi gula tampaknya diterjemahkan oleh tubuh sebagai telah terjadi masa paceklik. Nah, para ibu yang menghendaki anak laki-laki tahu apa yang harus mereka lakukan di pagi hari yakni mengonsumsi banyak-banyak makanan sereal bergizi yang mengandung banyak glukosa. Sementara, bagi yang menginginkan anak perempuan cukup menghindari sarapan pagi atau sering-sering melakukan puasa.Mudah-mudahan resep sederhana ini bermanfaat.

Bagaimana pendapat Anda?

Sumber : “Sugar and Spice” (Human Reproduction) , The Economist, April 24, 2008