Topic : Business
Terus terang buku ”The Long Tail” karya Chris Anderson merupakan buku yang luar biasa bagus sekaligus mencerahkan untuk memahami seluk-beluk sukses bisnis di dunia maya. ABGNET memperoleh rekomendasi untuk membaca buku ini dari Ibu Shanti L. Poesposoetjipto seorang pengusaha wanita yang bergerak di dunia teknologi informasi.
Buku ini mencoba membedah sebuah fenomena penjualan di dunia maya, yang dinilai menjungkirbalikkan teori ekonomi lama dalam mempersepsi apa yang dinamakan best-seller untuk suatu barang atau komoditi, di mana ada diktum "semakin banyak permintaan maka akan semakin tinggi pula penawaran", yang kalau sudah sedemikian ini maka sukseslah suatu bisnis.
Tetapi menurut buku ini, kesuksesan bisnis tidak tergantung pada barang atau komoditi yang bisa mencapai best-seller dalam suatu waktu yang singkat, justru barang yang semula dianggap sampah dan tidak dilirik orang mampu bertahan dalam konsistensi "dibeli orang" atau terjual meski dalam waktu yang lama, dan dikarenakan hal ini berlangsung secara konstan maka nilai bisnisnya bisa melampaui barang-barang yang dianggap best-seller.
Teori Long Tail itu berbunyi : ”Kultur dan ekonomi kita terus bergeser menjauh dari fokus terhadap sejumlah hits yang relatif sedikit (produk-produk dan pasar-pasar utama) di bagian Head pada kurva permintaan dan beralih ke pasar-pasar khusus (niche) yang banyak sekali di bagian Tail. Di zaman yang tidak mengenal ruang rak fisik dan efek leher botol (bottle neck) dalam masalah distribusi maka barang-barang dan jasa dengan sasaran terarah meski masing-masing hanya sedikit secara ekonomi bisa sama menarik dengan yang terdapat di pasar utama (mainstream).”
Terus terang buku ”The Long Tail” karya Chris Anderson merupakan buku yang luar biasa bagus sekaligus mencerahkan untuk memahami seluk-beluk sukses bisnis di dunia maya. ABGNET memperoleh rekomendasi untuk membaca buku ini dari Ibu Shanti L. Poesposoetjipto seorang pengusaha wanita yang bergerak di dunia teknologi informasi.
Buku ini mencoba membedah sebuah fenomena penjualan di dunia maya, yang dinilai menjungkirbalikkan teori ekonomi lama dalam mempersepsi apa yang dinamakan best-seller untuk suatu barang atau komoditi, di mana ada diktum "semakin banyak permintaan maka akan semakin tinggi pula penawaran", yang kalau sudah sedemikian ini maka sukseslah suatu bisnis.
Tetapi menurut buku ini, kesuksesan bisnis tidak tergantung pada barang atau komoditi yang bisa mencapai best-seller dalam suatu waktu yang singkat, justru barang yang semula dianggap sampah dan tidak dilirik orang mampu bertahan dalam konsistensi "dibeli orang" atau terjual meski dalam waktu yang lama, dan dikarenakan hal ini berlangsung secara konstan maka nilai bisnisnya bisa melampaui barang-barang yang dianggap best-seller.
Teori Long Tail itu berbunyi : ”Kultur dan ekonomi kita terus bergeser menjauh dari fokus terhadap sejumlah hits yang relatif sedikit (produk-produk dan pasar-pasar utama) di bagian Head pada kurva permintaan dan beralih ke pasar-pasar khusus (niche) yang banyak sekali di bagian Tail. Di zaman yang tidak mengenal ruang rak fisik dan efek leher botol (bottle neck) dalam masalah distribusi maka barang-barang dan jasa dengan sasaran terarah meski masing-masing hanya sedikit secara ekonomi bisa sama menarik dengan yang terdapat di pasar utama (mainstream).”
Fenomena pasar maya perbukuan oleh Amazon, juga bisnis rekaman model iTunes dan Rhapsody, adalah diantara model ekonomi baru yang dikaji Chris Anderson. Dalam uraian Anderson, bila dibandingkan toko buku konvensional, Amazon mempunyai keunggulan dalam banyak hal. Amazon, misalnya, tidak perlu rak buku yang banyak untuk keperluan display buku sebagaimana diperlukan toko buku konvensional. Selain itu, toko buku konvensional cenderung menciptakan pasar hanya bagi beberapa buah buku saja, terlebih bila penjualannya dianggap laku keras, maka ia pun ditampilkan pada wadah-wadah display terdepan. Padahal, justru karena hal inilah sekian eksemplar buku lainnya bisa saja tidak terjual satu item pun. Hal demikian ini tidak terjadi di Amazon. Riset Anderson mengatakan, semua koleksi buku di Amazon mempunyai probabilitas terjual hingga 98 persen meski hanya sekali saja terjual dalam setahun. Sedangkan di toko buku konvensional, tidak hanya satu judul bahkan ratusan judul bisa tidak terjual dalam satu tahun meski satu item saja. Daya tahan penjualan bisnis baru inilah yang disebut oleh Anderson sebagai fenomena ekor panjang (long tail).
Dengan demikian Hukum Pareto atau Aturan 80/20 yang sering digunakan untuk menerangkan bahwa 20 persen produk berperanan atas 80 persen pendapatan atau minoritas bisa memiliki memiliki peran jauh lebih besar, ternyata tidak berlaku dalam demokrasi di dunia maya ( Internet).
Hal demikian itu juga terjadi dalam bisnis rekaman maya. Maka tak heran bila tiba-tiba kita mendengar kepopuleran suatu grup musik mendahului penampilan mereka di media-media konvensional seperti televisi dan lain sebagainya. Perbedaan paling kentara antara bisnis baru ini dengan bisnis lama, yang membawa keuntungan lain di dunia musik adalah kemungkinan semua orang menciptakan pasarnya sendiri tanpa harus dilempar sana-sini sepderti bola pingpong oleh produser, hanya karena dianggap musik yang diusung tidak bisa menciptakan hits.
Alibris, misalnya, adalah agregator long tail --- sebuah perusahaan atau penyedia jasa yang mengumpulkan bermacam-macam barang --- kemudian membuat mereka tersedia dan mudah ditemukan, biasanya di suatu tempat. Yang dikerjakannya dengan menghubung-hubungkan stok yang tersebar di ribuan toko buku bekas adalah memanfaatkan informasi tersebut untuk menciptakan pasar yang cair sama seperti pasar sebelumnya yang tidak cair (sewaktu buku masih baru).
Dengan jumlah stok dan pelanggan yang mencapai critical mass, perusahaan ini menyadap harta tersembunyi yang ada di balik pasar buku bekas. Dan, mengerjalan dengan biaya luar biasa kecil dibandingkan bila menghimpun data stok sebanyak itu sendiri dari awal. Sebagian terbesar pekerjaan membuat katalog diserahkan kepada tiap penjual buku, yang mengetik sendiri kemudian mengirimkan data tersebut kepada Alibris.
Itulah the root calculus yang ada pada si ekor panjang makin rendah biaya penjualan, makin banyak yang dapat Anda jual.Dalam hal ini agregator adalah salah satu perwujudan dari demokratisasi distribusi. Mereka semua menurunkan penghalang untuk masuk ke suatu pasar memungkinkan banyak produk memenuhi persyaratan dan bisa bertemu dengan peminat masing-masing ke sana.
Mereka adalah Google sebagai agregator long tail periklanan ( iklan-iklan ukuran kecil dan menengah di Google Adwords serta penerbit yang mendapatkan uang dari iklan Google Adsense). Rhapsody dan iTunes menjadi agregator di bidang musik. Netflix di bidang perfilman. Ebay menjadi agregator produk-produk fisik dan pedagang-pedagang yang ingin menjual jutaan kado ulang tahun orang-orang biasa.
Ekonomi baru ini mungkin tidak bisa menggantikan ekonomi lama dalam hal penjualan, mengingat beberapa keterbatasan (terlebih lagi di Indonesia) seperti perlunya personal PC atau laptop plus internet oleh setiap orang (meski bisa juga diperankan oleh Warnet), akan tetapi setidaknya buku ini dengan usungan ekonomi barunya membuka perspektif lain dalam hal mana caranya menciptakan pasar. Meskipun hal ini tidak laik juga dikatakan sebagai cara bisnis yang bersifat komplementer atau alternatif. Apalagi, bagi mereka yang hendak merintis menjadi seorang wirausahawan (enterpreneur).
Dengan demikian Hukum Pareto atau Aturan 80/20 yang sering digunakan untuk menerangkan bahwa 20 persen produk berperanan atas 80 persen pendapatan atau minoritas bisa memiliki memiliki peran jauh lebih besar, ternyata tidak berlaku dalam demokrasi di dunia maya ( Internet).
Hal demikian itu juga terjadi dalam bisnis rekaman maya. Maka tak heran bila tiba-tiba kita mendengar kepopuleran suatu grup musik mendahului penampilan mereka di media-media konvensional seperti televisi dan lain sebagainya. Perbedaan paling kentara antara bisnis baru ini dengan bisnis lama, yang membawa keuntungan lain di dunia musik adalah kemungkinan semua orang menciptakan pasarnya sendiri tanpa harus dilempar sana-sini sepderti bola pingpong oleh produser, hanya karena dianggap musik yang diusung tidak bisa menciptakan hits.
Alibris, misalnya, adalah agregator long tail --- sebuah perusahaan atau penyedia jasa yang mengumpulkan bermacam-macam barang --- kemudian membuat mereka tersedia dan mudah ditemukan, biasanya di suatu tempat. Yang dikerjakannya dengan menghubung-hubungkan stok yang tersebar di ribuan toko buku bekas adalah memanfaatkan informasi tersebut untuk menciptakan pasar yang cair sama seperti pasar sebelumnya yang tidak cair (sewaktu buku masih baru).
Dengan jumlah stok dan pelanggan yang mencapai critical mass, perusahaan ini menyadap harta tersembunyi yang ada di balik pasar buku bekas. Dan, mengerjalan dengan biaya luar biasa kecil dibandingkan bila menghimpun data stok sebanyak itu sendiri dari awal. Sebagian terbesar pekerjaan membuat katalog diserahkan kepada tiap penjual buku, yang mengetik sendiri kemudian mengirimkan data tersebut kepada Alibris.
Itulah the root calculus yang ada pada si ekor panjang makin rendah biaya penjualan, makin banyak yang dapat Anda jual.Dalam hal ini agregator adalah salah satu perwujudan dari demokratisasi distribusi. Mereka semua menurunkan penghalang untuk masuk ke suatu pasar memungkinkan banyak produk memenuhi persyaratan dan bisa bertemu dengan peminat masing-masing ke sana.
Mereka adalah Google sebagai agregator long tail periklanan ( iklan-iklan ukuran kecil dan menengah di Google Adwords serta penerbit yang mendapatkan uang dari iklan Google Adsense). Rhapsody dan iTunes menjadi agregator di bidang musik. Netflix di bidang perfilman. Ebay menjadi agregator produk-produk fisik dan pedagang-pedagang yang ingin menjual jutaan kado ulang tahun orang-orang biasa.
Ekonomi baru ini mungkin tidak bisa menggantikan ekonomi lama dalam hal penjualan, mengingat beberapa keterbatasan (terlebih lagi di Indonesia) seperti perlunya personal PC atau laptop plus internet oleh setiap orang (meski bisa juga diperankan oleh Warnet), akan tetapi setidaknya buku ini dengan usungan ekonomi barunya membuka perspektif lain dalam hal mana caranya menciptakan pasar. Meskipun hal ini tidak laik juga dikatakan sebagai cara bisnis yang bersifat komplementer atau alternatif. Apalagi, bagi mereka yang hendak merintis menjadi seorang wirausahawan (enterpreneur).
Selamat tinggal bisnis hits dan selamat datang pada pluralisme penjualan dan penawaran.Di dunia nyata (fisik) mungkin Hukum Pareto berlaku tetapi tidak di dunia maya. Bagaimana pendapat Anda? (ASW)
|