Google

Wednesday, October 24, 2007

The Battle for Brain Power

Topic : Academic


Frans Zwarts (58) , Rektor Universitas Groningen, Belanda, satu di antara sekian banyak akademisi yang ditemui Kompas di Belanda, yang berusaha meyakinkan Indonesia mampu berkembang untuk makin maju karena potensi manusia dan kekayaan lingkungannya. Namun, untuk melangkah pertama kali harus didasarkan pada hasil riset ilmiah.


Perguruan tinggi menjadi salah satu jawaban untuk mengembangkan riset. Namun tidak mudah mengandalkan perguruan tinggi di Indonesia menempuh berbagai riset.


Hasil riset para peneliti Indonesia dengan fasilitas dari perguruan tinggi di luar negeri pun tidak pernah mendapat apresiasi. Apalagi hasil riset dari perguruan tinggi di Indonesia yang kalah mapan, dibandingkan dengan perguruan tinggi di luar negeri.


"Penyelenggaraan pendidikan tinggi di Indonesia masih berjuang hanya untuk sekadar hidup," begitu yang dipaparkan di dalam rekomendasi Strategi dan Kebijaksanaan Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono oleh ISPI.


Ketua Umum ISPI Soedijarto beserta timnya menyerahkan rekomendasi tersebut kepada presiden pada Maret 2007. Dinyatakan, persaingan perguruan tinggi internasional sekarang sudah pada taraf The Battle for Brain Power, yaitu taraf "peperangan" demi meraih kualitas kekuatan intelektual.


Manifestasi The Battle for Brain Power antarnegara ditunjukkan dengan statistika tahun 2002-2004 perguruan tinggi India yang mencetak 700.000 teknolog dan ilmuwan, China 510.000 teknolog dan ilmuwan, Amerika Serikat 405.000 teknolog dan ilmuwan, Uni Eropa 490.000 teknolog dan ilmuwan, serta Jepang 350.000 teknolog dan ilmuwan.


Untuk anggaran pendidikan dari pemerintah bagi satu mahasiswa di Amerika Serikat mencapai Rp 200 juta, di Jepang Rp 108 juta, dan di Uni Eropa Rp 81 juta.


ISPI pun mengingatkan agar Pemerintah Indonesia mempertimbangkan upaya-upaya peningkatan anggaran secara signifikan untuk penyelenggaraan pendidikan tinggi. Satu di antara banyak alasan penting lainnya adalah pendidikan tinggi atau universitas sekarang menjadi kontributor utama temuan ilmiah.


Pada beberapa dekade terakhir sudah tidak ada lagi temuan ilmiah seperti dihasilkan para amatir Thomas Alva Edison (1847-1931) dan James Watt (1736–1819). Anugerah nobel setiap tahun sudah beralih kepada kalangan ilmuwan dari berbagai universitas di dunia. Itu semua berkat pengembangan pendidikan tinggi yang terarah dan tak sekadar ada.


Mudah dihubungi


Selama mengunjungi beberapa perguruan tinggi di Belanda, CW van Verseveld, akademisi Hogeschool van Arnhem en Nijmegen (HAN University), mengemukakan apa saja terkait dengan kegiatan para mahasiswanya. Beberapa laboratorium terlihat saling bersebelahan dan hanya dibatasi dinding yang transparan.


Verseveld selaku Direktur Institut Aplikasi Ilmu/Bioinformatika HAN University mengajak berkeliling ke beberapa laboratorium biologi dan kimia.


Di salah satu laboratorium, sejumlah mahasiswa mengamati unsur-unsur mikroskopik. Di ruang sebelahnya para mahasiswa mengamati reaksi kimiawi di dalam tabung-tabung kaca kecil.


Verseveld sempat mengajak ke laboratorium yang diisolasi. Laboratorium untuk penelitian produksi sel dengan tujuan perbaikan fungsi organ tubuh yang menunjang program HAN BioCentre. HAN BioCentre merupakan perusahaan jasa ilmiah di bidang kesehatan milik HAN University.


Dalam kunjungan singkat ke beberapa laboratorium kampus itu, tiba-tiba Verseveld menghentikan langkahnya. Ia pun lalu diam sejenak.


Verseveld seperti ingin memberitahukan sesuatu yang sangat penting, atau sesuatu yang sempat terlupakan, sehingga menahan langkahnya tiba-tiba. Ia terlihat ingin mengatakan sesuatu. Namun, tidak sesegera mungkin ia katakan. "Di sebelah sini adalah ruang dosen," katanya.


Beberapa ruang dosen terlihat di dekat ruang-ruang laboratorium. Dengan dinding-dinding kaca sangat memudahkan mahasiswa berkomunikasi dengan dosen. Komunikasi yang mudah antara dosen dan mahasiswa, serta pendidikan kemandirian dalam penelitian, kurang dikembangkan di Indonesia. "Itu masalah sangat sederhana. Namun, yang sederhana itu sangat penting dijelaskan," kata Verseveld.


Bagaimana pendapat Anda? (Nawa Tunggal/Kompas)


Sumber : "Perihal Implementasi Riset Perguruan Tinggi", Rubrik Humaniora-Terawang, Kompas, 24 Oktober 2007, halaman 14