Google

Thursday, August 16, 2007

Sasaran Penelitian Biomolekuler LIPI untuk Obat dan Padi

Topic : Government

Di halaman 13 harian Kompas hari ini (Kamis 16 Agustus 2007 ) menampilkan berita soal target penelitian biomolekuler LIPI dengan judul “Insentif Biomolekuler Ditunggu”

Berita selengkapnya sebagai berikut :

LIPI melalui penelitian biomolekuler menargetkan penemuan obat dan varietas padi tahan banjir dan tahan kering. Sesuai dengan pernyataan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang disampaikan pada Hari Kebangkitan Teknologi Nasional pekan lalu, insentif bagi penelitian biomolekuler sangat ditunggu.

Pada peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Harteknas) beberapa waktu lalu, Jusuf Kalla menyebutkan soal kebijakan pemerintah memberikan insentif bagi pengembangan teknologi.

”Penelitian biomolekuler membutuhkan bahan-bahan kimia yang masih dikenai pajak barang mewah. Harga bahan kimia itu dua setengah kali lipat dari katalog harga internasional. Bahkan, kalau mau maju, ya harus dibebaskan dari pajak seperti di India,” kata Kepala Divisi Biomolekuler pada Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Inez H. Slamet-Loedin, Rabu (15/8).

Pada peringatan Harteknas, Jumat pekan lalu, Jusuf Kalla mengatakan, pemerintah akan memberikan insentif bagi teknologi karya nasional. Syaratnya, yaitu lebih baik, lebih cepat, lebih murah serta dapat tercapai.

Ketahanan Pangan

Menurut Inez, penelitian biomolekuler LIPI menargetkan produksi obat penyakit flu burung, hepatitis C, demam berdarah dan anemia. Untuk bidang pangan dikembangkan penelitian varietas padi dari 1.500 jenis mutan.

Bahan-bahan kimia penunjang penelitian biomolekuler akan jauh lebih murah jika didapatkan di Singapura atau negara tetangga lainnya.

Menurut Menteri Negara Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman, perundang-undangan saat ini sudah memungkinkan adanya pemberian insentif fiskal bagi pengembangan penelitian.

Menurut Inez, berbagai penelitian biomolekuler LIPI saat ini sudah memasuki skala percobaan. Di antaranya untuk produksi rekombinan erythroepoetin (hEPO), semacam protein yang dimurnikan yang bermanfaat meningkatkan jumlah sel darah merak secara signifikan.

Penelitian ini untuk menghasilkan obat penyakit anemia atau kekurangan sel darah merah.”Percobaan sudah ditempuh dengan menyuntikkan protein terekspresi pada sel mencit atau sejenis tikus. Hasilnya, menunjukkan kenaikan sel darah merah secara signifikan,” kata Inez.

Program penelitian obat anemia ini sudah dipaparkan ke beberapa perusahaan farmasi. Menurut Inez, juga rekayasa oral vaksin hepatitis dengan media penitipan gen pada Pisang Mas Jember. ”Kami bekerjasama dengan Institut Teknologi Bandung,” kata Inez.

Untuk sistem ketahanan pangan, penelitian 1.500 mutan padi sedang dijalankan dengan metode transposon atau gen yang mampu berpindah-pindah di antara genom atau sistem rangkaian DNA individu. Pada setiap individu padi mutan itu telah disisipkan DNA yang diberi tanda.”Target penelitian ini nantinya diperoleh informasi spesifikasi varietas padi sesuai dengan manfaat yang ingin dicapai. Misalnya varietas padi tahan kering dan tahan banjir.

Saat ini sudah dihasilkan varietas padi tahan penggerek. Namun, hasil penelitian itu masih dalam proses sertifikasi Badan Penelitian dan Pengembangan Keamanan Hayati pada Departemen Pertanian.

Penelitian selanjutnya, kata Inez, sudah ditemukan metode skrining atau pemetaan molekuler untuk menemukan obat penyakit flu burung. Metode ini memakai ekstrak jamur actinomycetes untuk melihat daya hambat terhadap pertumbuahn flu burung.”Dengan metode serupa dilakukan untuk penemuan obat demam berdarah dan hepatitis C,” ujarnya. (NAW/ASW)