Google

Sunday, August 19, 2007

IN MEMORIAM : “Sang Bapak Bayi Tabung Indonesia” Meraih Sukses Berkat Penerapan Empat Tahap Transformasi Teknologi

Topic : Academic

Guru besar bidang obstetri dan ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan mantan Asisten Menristek untuk Bidang Kedokteran, Prof.Dr. dr. Sudraji Sumapraja, SpOG (K) (72) telah meninggal pada Selasa (14/8) lalu pukul 11.30 WIB di RS Cipto Mangunkusumo. Ahli infertilitas yang dikenal sebagai “Bapak Bayi Tabung Indonesia” itu meninggal akibat penyakit jantung dan diabetes dengan komplikasi gangguan ginjal dan hati. Jenazahnya dimakamkan di Pemakaman Giritama Tonjong, Parung, Bogor hari Rabu lalu (15/8).

Program bayi tabung berawal ketika pada akhir 1985 dr.Sudraji ditugaskan menjadi Wakil Direktur Medik Kebidanan RSAB Harapan Kita. Pada kedudukan itu ia dapat lebih banyak mencurahkan perhatiannya dalam pengembangan bidang infertilitas. Dengan dukungan Ketua Dewan Penyantun serta beberapa dokter dan perawat RSAB Harapan Kita, dikembangkanlah Program MELATI, yang bertujuan mengalihkan teknologi bayi tabung dari luar negeri ke RSAB Harapan Kita.

Rapat-rapat yang membicarakan Program itu dilakukan di Pavilyun Melati RSAB Harapan Kita, dari situlah diambil nama Program MELATI, yang selanjutnya oleh dr.Sudraji, Melati diartikan sebagai MELahirkan Anak Tabung Indonesia. Tujuannya untuk melahirkan anak tabung Indonesia pertama dalam waktu satu tahun sejak teknologi itu diterapkan di RSAB Harapan Kita. Tidak banyak orang yang percaya bahwa kelompok Sudraji akan berhasil mencapai tujuannya.

Dalam waktu satu tahun sejak program itu dibentuk lahirlah bayi tabung pertama Indonesia melalui operasi seksio sesarea pada tanggal 2 Mei 1988, bertepatan dengan Hari Pendikan Nasional. Bayi tabung pertama Indonesia itu diberi nama Nugroho Karyanto oleh Ibu Tien Soeharto. Waktunya sekitar 10 tahun setelah Louise Joy Brown lahir sebagai bayi tabung pertama dunia pada 25 Juli 1978 di Inggris (Dalam gambar tampak Prof. Dr. Sudraji Sumapraja berfoto bersama Nugroho Karyanto, bayi tabung pertama Indonesia pada tahun 2005 ketika masih berumur 17 tahun, kini yang bersangkutan telah menjadi mahasiswa sebuah perguruan tinggi di Bandung).

Keahlian dr. Sudraji di bidang teknologi bayi tabung itu sekarang lazim disebut Assisted Reproductive Teknology (ART) atau Teknologi Reproduksi Berbantu (TRB). Sejak itu hingga saat ini , tak kurang dari 1.000 bayi tabung telah lahir di Indonesia.

Dr. Sudraji Sumpraja adalah anggota Alumni FKUI Angkatan 1961 yang memiliki jadwal rutin bertemu dengan Menristek Prof. Dr. Ing. BJ Habibie. Dr. Sudraji cukup dekat dengan Habibie karena istri Habibie, dr. Hasri Ainun Habibie adalah teman satu kelasnya di FKUI. Kelompok itu antara lain dr. Sularto Reksoprodjo dan isterinya dr. Arlis Faiza, dr. Sofyan Ismail, dr. Sumarmo Poorwosoedarmo, dr. Siti Untarini dan dr. Sudraji Sumapraja sendiri.

Salah satu hikmah dari pertemuan berkala dengan Prof. Habibie adalah inspirasi tentang alih teknologi dari negara maju ke negara sedang berkembang. Dr. Sudraji memperoleh inspirasi tersebut setelah menerima naskah pidato Habibie berjudul Beberapa Pemikiran Tentang Strategi Transformasi Industri Suatu Negara Sedang Berkembang yang dibacakan di Sidang Deutsche Gesellschaft fur Luft-und Raumfahrt di Bonn pada 14 Juni 1983 dan pidato kedua The Aplication of Sophisticated Technologies in Developing Countries: The Case of Indonesia disampaikan di Singapura pada tanggal 12 Nopember 1987.

Habibie mengemukakan adanya beberapa prinsip dan kaidah untuk mengalihkan teknologi, dan Sudraji pun menggunakan prinsip dan kaidah itu untuk mengalihkan teknologi bayi tabung ke Indonesia.

Proses transformasi suatu masyarakat menjadi suatu bangsa yang maju teknologi dan industrinya dapat dipikirkan terdiri dari empat tahap yang bertumpang tindih. Tiga diantaranya relevan bagi negara-negara sedang berkembang, sedangkan tahap keempat merupakan tahap kunci bagi negara-negara yang ingin mempertahankan keunggulan teknologinya.

Tahap pertama: yang paling mendasar adalah tahapan penggunaan teknologi-teknologi yang telah ada untuk proses-proses nilai tambah dalam rangka memproduksi barang-barang yang telah ada di pasar. Oleh karena itu proses ini disebut proses nilai tambah. Tentunya, di dalam pelaksanaan berbagai proses nilai tambah ini dapat saja dimanfaatkan teknologi-teknologi yang telah dikembangkan di dalam negeri. Namun penggunaan teknologi-teknologi itu tidak dengan sendirinya menjadi lebih maju. Untuk itu diperlukan investasi di dalam penelitian dan pengembangannya. Dengan perkataan lain, setelah mengambil waktu, tenaga dan modal begitu banyak hanya akan menghasilkan teknologi yang sama seperti yang telah ada. Karena itu, dalam banyak hal jalan pintas yang paling masuk akal adalah melakukan pengalihan teknologi dari luar negeri kemudian melaksanakan produksi atas dasar lisensi.

Melalui tahap ini akan dikembangkan kemampuan untuk memahami desain, teknik dan cara produksi yang lebih maju yang telah dikembangkan di luar negeri. Dengan demikian ketrampilan produksi maupun keahlian organisasi dan manajemen akan ditingkatkan. Disiplin kerja akan dimajukan. Penerapan standar-standar mutu akan lebih ditingkatkan. Pemeliharaan standar kerja dan standar mutu akan lebih terbiasakan.

Tahap kedua: adalah tahap integrasi teknologi-teknologi yang telah ada ke dalam desain dan produksi barang-barang yang baru sama sekali, artinya, yang belum ada di pasar. Pada tahap ini dikembangkan desain dan cetak biru baru. Dengan demikian, ada elemen baru, yaitu elemen penciptaan. Disamping akan dikembangkannya keahlian desain, tahap ini akan meningkatkan pula keahlian-keahlian lain, terutama keahlian di dalam melakukan integrasi dan optimisasi komponen-komponen ke dalam sistem-sistem baru, dan atas dasar ini, kemampuan untuk memilih dari semua desain komponen untuk barang baru tersebut, desain yang paling optimal. Pada dasarnya setiap produk buatan manusia dapat dilihat merupakan suatu sistem yang terdiri dari komponen yang masing-masing membutuhkan sebuah teknologi tertentu untuk membuatnya. Di dalam sistem ini, setiap komponen memperoleh nilai dari fungsinya ke dalam keseluruhan sistem atau produk secara keseluruhan, seperti halnya produk memperoleh nilainya dalam pasar sesuai dengan fungsinya bagi masyarakat. Betapa hebatnya hasil rancangan, tidak satu pun sistem roda atau baling-baling akan mempunyai nilai di dalam pasar kecuali melalui diintegrasikannya komponen-komponen itu kedalam sebuah alat canggih, umpamanya, baik yang sudah ada maupun yang baru. Komponen-komponen itu hanya dapat memasuki pasar melalu integrasi ke dalam produk-produk itu. Dan kesempatan ini akan datang dengan sendirinya tanpa biaya pada perusahaan yang sedang dalam tahap pengembangan, karena para produsen komponen akan berlomba-lomba menawarkan desain-desain serta produk-produk mereka pada perusahaan-perusahaan yang diketahui sedang merancang produk-produk baru. Karena produk yang baru dirancang masih harus diuji-coba, baik di dalam laboratorium maupun di pasar, maka melalui tahap pengembangan ini kemampuan menguji serta keahlian manajemen dan pemasaran, serta di dalam simulasi juga turut ditingkatkan. Peranan penelitian dan pengembangan lebih menonjol dan perlu ditingkatkannya fasilitas-fasilitas antara lain untuk pengujian, desain serta untuk simulasi.

Tahap ketiga: adalah tahap pengembangan teknologi itu sendiri. Dalam tahap ini, teknologi-teknologi yang telah ada dikembangkan lebih lanjut. Teknologi-teknologi baru pun dikembangkan. Kesemuanya itu dilakukan dalam rangka merancang produk-produk masa depan. Jikalau di dalam tahap kedua tadi, orang masih dapat memanfaatkan teknologi-teknologi yang sudah ada, termasuk yang paling mutakhir, di dalam tahap ini diperlukan penciptaan teknologi-teknologi baru sama sekali.

Sebagaimana diketahui, skenario ini sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari di negara-negara maju ataupun di dalam negara-negara industri baru (“newly industrializing countries”). Perusahaan-perusahaan dan negara-negara yang lalai melakukan investasi di dalam pengembangan teknologi baru akan cepat kehilangan daya saingnya. Tahap ketiga ini merupakan tahap dilakukannya inovasi-inovasi, tahap diciptakannya teknologi-teknologi untuk komponen-komponen yang akan merupakan bagian dari produk-produk yang pada zamannya masing-masing akan merupakan produk yang secara teknologis terbaik di bidangnya masing-masing.

Tahap ini merupakan tahap yang mau tidak mau harus dilaksanakan oleh setiap perusahaan dan setiap negara yang ingin mempertahankan posisinya dalam bidang usahanya masing-masing. Dan betapa pun jauhnya tampaknya tahap ini dari tingkat perkembangan banyak negara-negara sedang berkembang dewasa ini, akan sangat bijaksana jika mereka pun merencanakan akan melaksanakian tahap pengembangan ini jika tidak hendak kehilangan segala kemajuan yang telah dicapainya di dalam tahap-tahap pengembangan teknologi dan industri sebelumnya.

Tahap keempat: pelaksanaan penelitian dasar secara besar-besaran dalam pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk transformasi teknologi dan industri negara-negara sedang berkembang. Perkembangan-perkembangan baru di bidang informatika, teknologi pengendalian dan bidang teknologi komputer pada saat ini pun sedang mengantarkan cara-cara hidup dan bekerja baru di negara-negara industri maju.

Walaupun negara-negara sedang berkembang ikut pula melakukan investasi di bidang penelitian dasar ini, banyak di antaranya berpandangan bahwa sumber-sumber daya keuangan, prasarana serta manusianya yang langka itu lebih baik dimanfaatkan untuk tugas-tugas lain yang lebih mendesak. Oleh karena itu, penelitian dasar lebih banyak dilakukan di negara-negara maju, dan negara-negara berkembang ikut memanfaatkan hasil-hasilnya, antara lain melalui perjanjian-perjanjian kerjasamanya di bidang ilmu pengetahun dan teknologi. Walaupun tidak seluruhnya tak relevan untuk negara-negara sedang berkembang, tahap pengembangan keempat ini tidak sepenting ketiga tahap sebelumnya untuk mentransformasikan menjadi negara berteknologi maju.

Sesungguhnya, transfer (alih) teknologi dari orang, kelompok, organisasi, kelompok organisasi dan masyarakat tidak dapat dilaksanakan begitu saja. Untuk berhasil harus dipertunjukkan sikap yang tepat untuk mengharmoniskan interes dari pengalih teknologi dan penerima teknologi, dan membuat persiapan-persiapan untuk mengatasi ketidakleluasan dari pihak pengalih dan penerima teknologi. Kedua belah pihak harus bersahabat satu sama lain. Teknologi tidak dapat dialihkan dengan membuat konperensi internasional kemudian setelah menjelek-jelekan negara-negara yang memiliki teknologi itu lantas membuat resolusi bahwa teknogi dari negara-negara maju itu harus secepatnya dialihkan ke negara-negara berkembang tanpa bayar.

Cara-cara seperti ini bukan hanya tidak menghormati, tetapi bahkan tidak menganggap adanya waktu, usaha, modal dan lainnya yang tidak kelihatan (intangibles) yang telah dikeluarkan oleh pemilik teknologi untuk mengembangkan teknologinya. Cara-cara demikian tidak memberikan insentif apapun bagi pemilik teknologi untuk mengalihkan teknologinya. Sikap bersahabat harus menjadi dasar bagi setiap upaya untuk mengharmonis-kan interes dari kedua belah pihak.

Pada umumnya, insentif terbesar bagi pemilik teknologi untuk mengalihkan teknologinya adalah kesempatan untuk melebarkan pasarnya, untuk meningkatkan volume penjualan serta meningkatkan dana riset dan pengembangan untuk mengembangkan teknologi selanjutnya, antara lain melalui program-program kerjasama riset dan pengembangan antara pengalih teknologi dan penerima teknologi.

Selain itu, adalah lumrah bagi pemilik teknologi untuk mempunyai interes pada hal-hal sebagai berikut:

Pertama, untuk mengganti pengeluaran waktu, upaya, kemampuan dan sumber-sumber langka lain dalam mendapatkan teknologinya, pemilik teknologi punya interes dalam insentif langsung dan tidak langsung dari pengalihannya. Insentif langsung biasanya dalam bentuk imbalan lisensi, dan royalties. Sedangkan insentif tidak langsung adalah dengan mempertunjukkan kepada pemilik teknologi bahwa teknologinya telah dimanfaatkan dengan semestinya, sehingga penerima teknologi tidak hanya menjadi lebih kuat dan lebih mampu tetapi juga meningkat daya belinya, sehingga melalui pembelian barang dari pemilik teknologi, penerima teknologi dapat menyumbang dana riset dan pengembangan kepada pemilik teknologi.

Kedua: hak-hak properti dari para pemilik teknologi terhadap teknologi yang dikembangkannya harus dilindungi.

Ketiga: Pengalih teknologi berharap agar pengalihan teknologi itu tidak mengakibatkan kehilangan pekerjaan.

Keempat: para pemilik teknologi hanya akan mengalihkan teknologinya kalau mereka yakin bahwa antara mereka dan penerima teknologi akan terbentuk hubungan saling menguntungkan dan kerjasama jangka panjang. Hanya dengan keadaan-keadaan demikian mereka akan bergerak untuk saling berbagi pengetahuan dan sumber-sumber ekonomi.

Di balik itu, penerima teknologi juga punya interes tertentu:

Pertama: penerima teknologi harus dijamin bahwa teknologi yang diterimanya adalah betul-betul teknologi yang mutakhir (state of the art).

Kedua: Penerima teknologi harus dijamin bahwa dengan membayar biaya pelayanan tertentu, penerima akan selalu mendapatkan informasi yang terakhir tentang perkembangan teknologi itu.

Ketiga: Ekonomi dan sumber daya manusia dari penerima teknologi harus dilibatkan dalam pengembangan lebih lanjut teknologi itu.

Keempat: sebagaimana pengalih teknologi, penerima teknologi pun harus yakin bahwa di antara mereka akan terjadi kerjasama saling menguntungkan untuk jangka panjang.

Kelima: Agar alih teknologi ini berhasil baik, perlu dibuat persiapan yang matang. Dapat dikatakan pada umumnya, bahwa pembuatan resolusi, deklarasi, memoranda saling mengerti, dan surat keputusan resmi belum merupakan persiapan yang cukup. Akan lebih berguna kalau persiapan itu berupaya untuk mengatasi ketidakleluasan tertentu baik dari pihak pengalih maupun penerima teknologi.

Tulisan di atas merupakan kutipan dari Bab 10 buku biografi ilmiah "Sudraji Sumapraja : Perintis Bayi Tabung Indonesia" yang diterbitkan Yayasan Penerbit Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2006. Bila pembaca blog ingin membaca selengkapnya perjuangan beliau menguasai teknologi bayi tabung bagi bangsa Indonesia buku tersebut dapat diperoleh melalui distributornya yakni Toko Buku Sagung Seto di Jalan Pramuka Jakarta ( sekitar 100 meter dari mulut Jalan Utan Kayu ke arah Pasar Pramuka).

Bagaimana pendapat Anda ? (ASW)