Google

Friday, August 10, 2007

Hibah Paten, Alternatif Kerjasama Peneliti Pemegang Hak Paten dengan Dunia Bisnis

Topic : Academic, Business, Government

Salah satu terobosan dalam meningkatkan kerjasama ABG dapat ditempuh melalui kerjasama Hibah Paten. Pola kerjasama ini akan memberikan hak paten secara gratis selama 2 (dua) tahun kepada investor dari kalangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Setelah paten terbukti menguntungkan secara komersial mulai tahun ketiga pihak investor diwajibkan untuk memberikan royalti keuntungan kepada pemegang hak paten.

Pola tersebut telah diterapkan Business Technology Center Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BTC BPPT). Menurut Dr. Suyanto Prawiroharsono, Direktur Pengembangan Bisnis BTC BPPT, program Hibah Paten merupakan salah satu program 100 hari Kabinet Bersatu dibawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Program ini dicetuskan Menristek selaku anggota kabinet dan dilaksanakan BPPT.

Pada awalnya, paten-paten yang ada di BPPT diseleksi segi komersialnya. Hasil seleksi menemukan 15 paten yang bernilai komersial. Kemudian paten-paten tersebut ditawarkan kepada investor dalam pola kerjasama Hibah Paten. Ternyata terdapat 5 (lima) paten yang diminati investor.

Pihak BTC BPPT kemudian melakukan survei kesiapan investor dalam hal modal, lahan, bangunan , fasilitas produksi dan SDM. Dari 5 calon investor akhirnya ada 3 (tiga) investor yang berhasil menandatangani kontrak kerjasama. Investor pertama memproduksi Nata de Coco (dari limbah kelapa) dan Nata de Soya (dari limbah kedelai). Investor kedua memproduksi BioFungisida (semacam pestisida hayati untuk memberantas jamur pada tanaman). Investor ketiga memproduksi ragi Tempe yang hak patennya dipegang Dr. Suyanto Prawiroharsono.

Paten dengan nama ”Formulasi Inokulum (Ragi) Tempe dari Spora Kapang Rhizopus Oligosporus MS5 dan Rhizopus Oryzae EN” diberikan kepada produsen ragi tempe CV Manfaat di Ambarawa, Jawa Tengah. Pabrik itu mulai berproduksi Januari 2007 dengan kapasitas 3 (tiga) ton per bulan. ”Produksi masih relatif kecil karena pasarnya belum berkembang,” ujar pria kelahiran Jogyakarta, 17 Juni 1952.

Dr. Suyanto yang dikarunia dua anak ini memiliki latar belakang pendidikan S1 Fakultas Biologi UGM serta pendidikan S2 dan S3 di Nancy University, Perancis bidang bioteknologi khususnya bioindustri.

Bagaimana pendapat Anda mengenai pola kerjasama Hibah Paten tersebut? (ASW)