Topic : Business
By Ari Satriyo Wibowo
Dalam kerangka kerjasama ABG pemerintah diharapkan dapat menjadi pihak pendobrak pertama melalui pemberlakuan undang-undang, berbagai insentif termasuk pajak dan pengarahan-pengarahan lain yang kondusif. Hal itu dikemukakan Dr. Willem Biantoro Wanandi, Chairman Anugerah Corporation sekaligus Presdir PT Combiphar (pabrik farmasi) dan Chairman distributor farmasi PT Anugerah Pharmindo Lestari (APL).” Hal ini karena kerjasama ABG merupakan hal baru yang masih membutuhkan banyak support,” ujar doktor di bidang Natural Science dari Swiss Federal Institute of Technology, Zurich, Switzerland ini.
Strategi Baru : Diferensiasi
Industri farmasi di Indonesia pada umumnya masih bersifat generik. Produk yang dihasilkan masih relatif seragam. Agar unggul bersaing pakar manajemen Michael E. Porter menyarankan tiga strategi generik yakni cost leadership, differentiation dan focus.
Combiphar tidak memilih strategi product leadership karena selain bukan pemimpin pasar diperlukan dana besar sekali untuk melakukan R&D sendiri. Selama ini perusahaan lebih memilih strategi cost leadership. Untuk mendukung ambisi tersebut, Combiphar menerapkan ERP (entreprise resources planning).ERP mengintegasikan dan mengotomatisasikan berbagai proses bisnis dan sistem informasi yang ada pada berbagai fungsi yang ada pada satu perusahaan (antara lain produksi, logistik, distribusi, akunting, keuangan dan SDM). Banyak penghematan bisa dilakukan dengan ERP mulai dari umur inventori dipangkas dari 3 bulan menjadi 2 bulan. Laporan keuangan selesai 10 hari lebih awal dan perencanaan produksi dari setiap bulan menjadi setiap minggu sekali. ERP menjadi pilihan karena pabrik Combiphar ada di Padalarang, Bandung sementara kantor pusatnya ada di Jakarta.
Sukses dengan strategi cost leadership maka kini Combiphar berusaha memperkuat daya saingnya dengan menerapkan strategi differentiation. Strategi pembeda yang dipilih adalah produk obat farmasi berteknologi nano atau yang memiliki ukuran sepermiliar meter.
Untuk itu Combiphar melakukan program alih teknologi dengan membeli lisensi dari perusahaan AS, Advance Nano Technology. Teknologi nano sudah banyak diterapkan di berbagai industri seperti cat, microchip di elektronika dan kosmetika tetapi masih belum banyak diterapkan dalam obat-obatan farmasi.” Saat ini sedang dipilah-pilah obat mana yang cocok dengan teknologi nano karena teknologi ini bermanfaat untuk produk-produk yang tidak larut dalam air,” ujar pria yang dikarunia tiga anak ini.
Sejak setahun terakhir ini Combiphar sudah meluncurkan tiga produk baru yang berbasis pada teknologi nano. Ketiga produk itu adalah : Joint Fit berupa produk nano Calsium untuk mengatasi nyeri persendian. Gestabil berupa produk nano anti asam lambung untuk mengatasi sakit maag. Dengan ukuran nano maka absorsi ke lambung menjadi lebih bagus dan lebih cepat dibandingkan obat-obat anti maag lainnya. Pronemia berupa tablet hisap penambah darah untuk penderita anemia dan wanita sehabis melahirkan. Di dalamnya terkandung Fe (zat besi) yang berukuran nano untuk membantu pembentukan sel-sel darah merah yang diperkaya dengan vitamin C, vitamin B12 dan asam folat. ”Hanya ini membutuhkan waktu karena dokter dan konsumen perlu diedukasi terlebih dahulu mengenai manfaat teknologi nano,” pungkas Biantoro.
|