Google

Tuesday, August 7, 2007

Dr. Tutus Gusdinar : Belum Ada Mitra yang Bisa Menjadi Mediator Kedua Pihak

Topic : Academic

By Ari Satriyo Wibowo

Pada kesempatan kali ini Dr. Tutus Gusdinar Kartawinata, Dekan Fakultas Farmasi ITB atau lebih populer dengan sebutan ”School of Pharmacy ITB” itu berkenan untuk memberikan sumbangan pikiran sekaligus meramaikan blog komunitas ABG kita.

Pria kelahiran Tasikmalaya, 14 November 1952 tersebut meraih gelar sarjana farmasi ITB pada 1977 dan brevet apoteker diperolehnya setahun kemudian. Ia memperoleh gelar Magister Sains Biokimia ITB tahun 1983. Sedangkan, gelar doktor biokimia farmakologi diraihnya di Universitas Montpellier Perancis tahun 1995. Selama mengabdi di almamaternya pria yang menjabat Ketua Komisi Kurikulum Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia (APTFI, 2007-2009) itu mengajar mata kuliah antara lain Dasar Analisis Farmasi, Biokimia Farmasi, Kimia Klinik, Desain Pereaksi Diagnostik, Enzimologi Farmasi dan Pengembangan Obat. Selain itu, ia pernah pula menjabat Kepala Laboratorium Klinik Sekolah Farmasi ITB.

Terakhir suami dari Thania Setyowati Poegoeh, SE, Ak. ini dipercaya sebagai Dekan Fakultas Farmasi ITB untuk masa bakti 2006 – 2010. Keduanya dikaruniai putri semata wayang bernama Isabelle Aranditha yang saat ini menjadi mahasiswi Teknik Industri ITB (angkatan 2005).

Mengingat yang bersangkutan lebih banyak berada di kota Bandung, maka kami mengajukan pertanyaan tertulis melalui email kepada beliau. Hasil wawancara kami dengan beliau sebagai berikut :


Apa saja sebenarnya tantangan yang dihadapi Fakultas Farmasi dalam melakukan riset terapan ?

Riset terapan di bidang obat, kosmetik, makanan-minuman, obat tradisional dan perbekalan rumahtangga, merupakan lahan yang luas bagi setiap fakultas farmasi. Di samping juga agrofarmasi dan riset biologi molekul. Bahkan, kajian pestisida kini banyak memerlukan validasi farmasi. Segala keperluan untuk memproduksi bahan yang akan digunakan untuk manusia atau bahan yang penggunaannya berkaitan dengan perlunya penjagaan kesehatan manusia, maka semua perlu kajian farmasi untuk bisa memberikan justifikasi efek dan toksisitas.

Pada saat ini kelima gelombang iptek farmasi sedang terjadi secara bersamaan, yakni terintegrasi di dalam bentuk komoditas obat herbal / fitofarmaka, obat hasil kimia sintetis, antibiotika, produk bioteknologi, dan terakhir “sparepart” yang bernama stem cell.

Bisa dibayangkan di masa dekat, jika perlombaan produksi berjalan tanpa kontrol yang ketat, semua produk akan mengarah kepada satu sasaran, yakni tubuh manusia. Jawaban utama untuk itu hanyalah evidence based decision sebagai produk riset pada setiap peringkat.

Berapa kali terjadi skema kerjasama Akademis dengan dunia Bisnis? Bagaimana porsi pembiayaannya?

Kami telah berkali-kali melakukan kerjasama antara para akademisi dengan dunia bisnis, namun hingga kini belum menemukan format yang seragam tetang porsi pembiayaan. Sulit mengatakan berapa prosentasi yang layak, karena jenis dan jumlah pekerjaan yang sangat bervariasi, cenderung dikelola secara tailored made saja. Bahkan , beberpa peneliti cenderung menjual putus saja, terutama untuk hasil riset yang tidak banyak memiliki muatan HaKI.

Berapa paten yang telah dihasilkan dari kerjasama itu? Bagaimana pula sistem bagi hasil antara dunia akademis dan industri?
Jumlah paten masih di bawah angka sepuluh, rendah sekali memang. Mungkin ada kendala sistem penjaminan HaKI yang masih belum difahami para peneliti. Atau belum ada sistem manajemen riset yang mampu mengelola kehidupan para peneliti. Masih lebih berpihak kepada industri. Sistem bagi hasil belum sepenuhnya dapat meng- cover seluruh pihak yang kepentingan. Nampaknya, tradisi riset di negara kita belum dibangun dengan mantap, baru sampai tahap awal belajar bagaimana melakukan set-up. Sekarang sudah mulai ada kerjasama penggunaan alat.

Program dan ide-ide apa saja yang telah Anda terapkan di School of Pharmacy ITB demi terlaksananya kerjasama R&D antara dunia akademis dan bisnis?

Tahap sebelum terwujudnya universitas riset seperti yang diharapkan ITB, kami melakukan koordinasi program riset pada tingkat Kelompok Keilmuan,kemudian menyusun road map School of Pharmacy yang merupakan integrasi dari aktivitas sub road map yang ada di semua Kelompok Keilmuan.
Mengelola ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh masing-masing dosen merupakan tugas Dekan di samping mengantisipasi perubahan paradigma praktik dan riset kefarmasian pada skala internasional. Profesi farmasi dunia mengenal slogan “the seven stars of pharmacist” sebagai care-giver, decision maker, communicator, leader, manager, lifelong learner,teacher.

Kini bertambah satu bintang lagi, yakni researcher. Maka, semakin penting riset bagi profesi farmasi, termasuk bisnis kefarmasian secara luas, bertambah pula peluang kerjasama antara akademisi dengan dunia bisnis. Jadi, pada saat demikian gagasan dan program School of Pharmacy akan terdiri atas lingkup kerjasama R&D dalam bidang formulasi, isolasi bahan alam, bioassay dan bioteknologi, kajian molekuler obat, metodologi analisis, informasi obat dan sosio-farmasi.

Kendala apa saja yang Anda hadapi?

Kendala utama riset terapan di bidang farmasi, di Indonesia, adalah tidak adanya mitra yang bisa menjadi mediator di antara dua pihak, yakni antara industri farmasi yang membutuhkan hasil siap-terap dan pihak pekerja riset (researcher --- sering kita terjemahkan peneliti) yang membutuhkan perlindungan HaKI dan keberlanjutan topik penelitian. Di negara maju fungsi mediasi tersebut dikerjakan oleh industri riset, yaitu industri yang mampu menjadi pengelola kepentingan pekerja riset dan sekaligus juga pemasok hasil riset kepada industri formulasi. Akibat dari tidak adanya fungsi perantara tersebut, maka resiko bisnis menjadi beban penuh industri formulasi sehingga mungkin timbul kecenderungan untuk mengeluarkan biaya rendah sejauh resiko bisa dikendalikan. Di pihak peneliti, biaya riset tidak memadai tapi dituntut hasil yang bisa langsung diterapkan, tanpa harus mengurangi kualitas riset.

Wah...ini merupakan tugas amat berat.

Bagaimana pendapat Anda pembaca blog yang budiman? (ASW)