Google

Friday, August 3, 2007

Membandingkan Fasilitas Riset di Luar Negeri dan di Indonesia

Topic : Academic-Government


By Ari Satriyo Wibowo

Dr. Arief B. Witarto dari Research Centre for Biotechnology LIPI Cibinong mengungkapkan fakta menarik tentang perbedaan fasilitas riset di negara maju dan sedang berkembang atau malahan tergolong miskin berdasarkan GDP.

Pria yang meraih gelar doktor di Tokyo University of Agriculture and Technology tahun 2000 ini mengungkapkan fasilitas penelitian di Jepang dengan dengan GDP USD 31.384 (2005) dan Jerman dengan GDP 30.150 (2005) yang tentu saja fasilitas risetnya lengkap, berlimpah dan seringkali terbaru.

Sementara di negara miskin seperti Kuba dengan GDP USD 3.900 (2006) dan India dengan GDP USD 3.773 (2004) fasilitas risetnya ada yang terbaru tetapi yang lama pun dipelihara dan digunakan. Tetapi sama halnya dengan negara kaya, fasilitasnya termasuk lengkap juga.

Bagaimana dengan Indonesia? Di negara yang memiliki GDP setara dengan Kuba dan India yakni USD 3.700 (2005) menurut Arief mempunyai tiga masalah yang kronis. Pertama, memiliki fasilitas riset yang tidak lengkap. Misalnya, hanya memiliki PCR tetapi tidak ada sentrifus. Kedua, kurang perawatan.Misalnya, rusak tetapi tidak bisa diperbaiki karena tidak ada dana khusus. Ketiga, tidak melakukan update terhadap tren baru riset di dunia. Misalnya, disini masih dipakai DNA Sequencer dengan gel yang sulit sementara di lembaga riset lain di luar negeri sudah menggunakan teknik kapiler yang praktis.

Saksikan gambar-gambar di bawah ini yang merupakan presentasi Dr. Arief B. Witarto dalam seminar GP Farmasi, 23 Juli 2007 lalu.

Bagaimana pendapat Anda? (ASW)