Google

Friday, August 31, 2007

Mengenal Lebih Dekat SCI (Stem Cell and Cancer Institute)

Topic : Business - Academic

By Ari Satriyo Wibowo

Stem Cell Institute and Cancer Indonesia (SCI) didirikan Kalbe Farma pada 1 Desember 2006. Pendirinya dua orang yakni dr. Boenjamin Setiawan, PhD (Chairman Kalbe Farma) dan Ferry Sandra, PhD , seorang profesor muda lulusan Kyushu University, Jepang serta melakukan post doctoral di Harvard Medical School, Massachusets, AS.

SCI berada satu lokasi dengan salah satu anak perusahaan Kalbe yakni PT Bintang Toedjoe di kawasan Pulo Mas, Jakarta Timur. Lembaga itu mempekerjakan sekitar 20 karyawan dengan 3 staf bergelar PhD. Struktur organisasinya cukup sederhana terdiri dari dua divisi yakni Divisi Stem Cell (antara lain ditangani Caroline, PhD dari Melbourne, Australia) dan Divisi Cancer (antara lain ditangani Ahmad Utomo, PhD dari Universitas Harvard dan Enos Tangke Arung,PhD dari Universitas Kyushu, Jepang dengan spesialisasi agriculture khususnya ekstrak anti kanker). Adapun selaku SAB (Scientific Advisory Board) ada tiga orang yakni dr. Boenjamin Setiawan, PhD (ketua) dan Prof. Henk Timmerman dari Belanda (anggota) dan Prof. Roya Kosravi-Far,PhD seorang warga AS keturunan Iran dari Universitas Harvard.

Peralatan yang dimiliki SCI cukup lengkap meliputi RT/PCR, Western Blot, Cell Culture dan ELISA serta peralatan yang tergolong langka di Indonesia karena harganya yang relatif mahal yakni Immunofluorescence dan Flow Cytometry.

Menurut Ferry Sandra, PhD yang menjabat sebagai Direktur SCI, Embryonic Stem Cell kini sedang memperoleh sorotan masalah etis paling berat. Hal itu, katanya, karena orang berpikir terlalu negatif, misalnya, mengambil embrio atau mematikan embrio. “Embrio calon bayi tabung yang mungkin tidak terpakai lagi dan biaya penyimpanannya terlalu mahal bisa dimanfaatkan daripada dibuang secara sia-sia,” ia menambahkan.

Sebenarnya embrio dari proses bayi tabung tetap bisa disimpan and kemudian stem cell-nya dapat diambil dari situ. Karena fase embrio sudah mencapai ICM (Inner Cell Mass) maka terdapat 8 sel di dalam embrio itu. “Satu sel dapat diambil untuk dikembangkan . Katakanlah kemudian akan dikembalikan lagi satu supaya tidak menimbulkan cacat pada embrio hal itu masih bisa dilakukan,” ujar Ferry.

Berapa lama dari suatu riset stem cell hingga bisa diterapkan ke tahap klinis? Menurut Ferry, pihaknya tidak bekerja sendiri tetapi berkolaborasi dengan tempat lain. Ia juga melakukan duplikasi artikel orang lain dan kemudian mengembangkannya.”Saya pikir tidak terlalu lama seperti aplikasi sel darah tepi manusia untuk mengatasi Critical Limb Ischemia,” katanya. Hal itu juga dilakukan di Taiwan, RRC dan Jepang. ”Keberhasilannya bagus. Saat ini belum bisa kita harapkan 100% tetapi keberhasilannya tinggi sekali,” ujarnya.

Masalahnya, kata Ferry, di Indonesia belum ada kesiapan dalam segi hukum maupun SDM. Misalnya, kita hendak melakukan suatu teknik baru menggunakan suatu obat baru. ”Itu siapa yang berhak menilai sampai saat ini belum diatur, ” ungkapnya.

Ada 10 proyek yang dilakukan di SCI.“Proyek-proyek tersebut bisa berubah karena perkembangan ilmu sangat cepat sekali,” kata Ferry buru-buru menambahkan.

Di antara proyek-proyek tersebut dari Divisi Stem Cell antara lain :

  1. Autologous Transplantation of Granulocyte Colony-Stimulating Factor (G-SCF) induced Human Peripheral Blood Mononuclear Cells (PBMNC) in patients with Critical Limb Ischemia (CLI).

Ada dua jenis transplantasi yakni autologous transplant yakni dari diri sendiri ke diri sendiri dan allogenic transplant yakni dari satu manusia ke manusia yang lain.

Proyek pertama menyangkut PBMNCs atau sel darah tepi manusia. Di dalam PBMNCs terdapat banyak sel-sel (oleh karena itu pada kata PBMNC ditambah satu ”s” kecil) dan salah satu kandungannya adalah stem cell. PBMNCs bisa digunakan pada pasien-pasien dengan keadaan adanya Critical Limb Ischemia (CLI).

Stem cell dari sel darah tepi manusia (PBMNCs) dapat diberikan pada pasien yang mengalami gangguan peredaran darah pada bagian tungkai (kaki atau tangan) seperti pada kaki penderita diabetes mellitus. “Kakinya umumya menderita borok yang bila sudah parah akibat gangren biasanya harus diamputasi, “ kata Ferry Sandra. Dengan teknik stem cell luka-luka tersebut dapat disembuhkan. Mengapa pada bagian kaki bisa terjadi borok? Hal itu karena peredaran darahnya ( atau vaskularitasnya) mengalami gangguan. ”Dengan teknik stem cell kita bisa membantu mengembalikan vaskularitasnya dan penyembuhan lukanya sehingga kodisi kaki membaik dan pada akhirnya tidak perlu dilakukan amputasi,” ujar Ferry.

Selain itu, PBMNCs dapat membantu mengatasi luka bakar, cartilage, stroke dan AMI ( pada jantung).

  1. Umbilical Cord Blood derived Mesenchymal Stem Cells Therapy for Rejuvenation.

Proyek kedua adalah peremajaan kembali dengan memanfaatkan sel tali pusar. Ini sangat penting sekali dan bukan dimaksudkan untuk membuat manusia awet muda. Tetapi bagaimana agar organ tubuhnya menjadi lebih optimal seperti ketika dia masih muda. Jadi sasaran proyek ini adalah untuk orang-orang tua atau pasien yang sudah lanjut usia.

  1. Differentiation of Human Umbilical Cord Blood-derived Stem Cells Neuron-like Cell Therapeutic Cloning by SCNT on Mice and Differentiation of Mouse Embryonic Stem Cells into Neuro like Cells, Cardiomyocetes, Insulin-producing Cells

Proyek yang ketiga ini masih memanfaatkan sel tali pusat yang bersifat pluripoten untuk diubah menjadi sel syaraf, sel jentung maupun sel untuk memproduksi insulin.

Dalam sebuah kesempatan seminar GP Farmasi –LIPI bulan Juli 2007 lalu dr. Boenjamin Setiawan, PhD sebagai pendiri SCI sempat mempresentasikan mengenai topik Stem Cell dan capaian yang dilakukan lembaganya itu sebagai berikut :