Topic : Business - Academic
By Ari Satriyo Wibowo
 
Stem Cell Institute and Cancer Indonesia  (SCI) didirikan Kalbe Farma pada 1 Desember 2006. Pendirinya dua oran g yakni dr. Boenjamin Setiawan, PhD (Chairman Kalbe Farma) dan Ferry Sandra, PhD , seorang profesor  muda lulusan Kyushu University, Jepang  serta melakukan post doctoral di Harvard Medical School, Massachusets, AS.
g yakni dr. Boenjamin Setiawan, PhD (Chairman Kalbe Farma) dan Ferry Sandra, PhD , seorang profesor  muda lulusan Kyushu University, Jepang  serta melakukan post doctoral di Harvard Medical School, Massachusets, AS.
SCI berada satu lokasi dengan salah satu anak perusahaan Kalbe yakni PT Bintang Toedjoe di kawasan Pulo Mas, Jakarta Timur. Lembaga itu mempekerjakan sekitar 20 karyawan dengan 3 staf bergelar PhD.  Struktur organisasinya cukup sederhana terdiri dari dua divisi yakni Divisi Stem Cell (antara lain ditangani Caroline, PhD dari Melbourne, Australia) dan Divisi Cancer (antara lain ditangani Ahmad Utomo, PhD dari Universitas Harvard dan Enos Tangke Arung,PhD dari Universitas Kyushu, Jepang dengan spesialisasi agriculture khususnya  ekstrak anti kanker). Adapun selaku SAB (Scientific Advisory Board) ada tiga orang yakni dr. Boenjamin Setiawan, PhD (ketua) dan Prof.  Henk Timmerman dari Belanda (anggota) dan Prof. Roya Kosravi-Far,PhD seorang warga AS keturunan 
Peralatan yang dimiliki SCI cukup lengkap meliputi RT/PCR, Western Blot,  Cell Culture dan ELISA serta peralatan yang tergolong langka di Indonesia karena harganya yang relatif mahal yakni  Immunofluorescence dan Flow Cytometry.
Menurut Ferry  Sandra, PhD yang menjabat sebagai Direktur SCI, Embryonic Stem Cell kini sedang memperoleh sorotan masalah etis paling berat. Hal itu, katanya, karena  orang berpikir terlalu negatif, misalnya, mengambil embrio atau mematikan embrio. “Embrio calon bayi tabung yang mungkin tidak terpakai lagi dan biaya penyimpanannya terlalu mahal bisa dimanfaatkan daripada dibuang secara sia-sia,” ia menambahkan. 
Sebenarnya embrio dari proses bayi tabung tetap bisa disimpan and kemudian stem cell-nya dapat  diambil dari situ. Karena fase embrio  sudah mencapai ICM (Inner Cell Mass) maka terdapat  8 sel di dalam embrio itu. “Satu  sel dapat diambil  untuk dikembangkan . Katakanlah kemudian akan dikembalikan lagi satu supaya tidak menimbulkan cacat  pada embrio  hal itu masih bisa  dilakukan,” ujar Ferry. 
Berapa lama dari suatu riset stem cell  hingga bisa diterapkan ke tahap klinis? Menurut Ferry, pihaknya tidak bekerja sendiri tetapi berkolaborasi dengan tempat lain. Ia juga melakukan duplikasi artikel orang lain dan kemudian mengembangkannya.”Saya pikir tidak terlalu lama seperti aplikasi sel darah tepi manusia untuk mengatasi Critical Limb Ischemia,” katanya. Hal itu juga dilakukan di Taiwan, RRC dan Jepang. ”Keberhasilannya bagus.  Saat ini belum  bisa kita harapkan 100% tetapi keberhasilannya tinggi sekali,” ujarnya.
Masalahnya, kata Ferry, di Indonesia belum ada kesiapan dalam segi hukum maupun  SDM. Misalnya, kita hendak melakukan suatu teknik baru menggunakan suatu obat baru. ”Itu siapa yang berhak menilai sampai saat ini belum diatur, ” ungkapnya. 
Ada 10 proyek yang dilakukan di SCI.“Proyek-proyek tersebut bisa berubah karena perkembangan ilmu sangat cepat sekali,” kata  Ferry buru-buru menambahkan.
Di antara proyek-proyek  tersebut dari Divisi Stem Cell  antara lain :
- Autologous Transplantation of Granulocyte Colony-Stimulating Factor (G-SCF) induced Human Peripheral Blood Mononuclear Cells (PBMNC) in patients with Critical Limb Ischemia (CLI).
Proyek pertama menyangkut PBMNCs atau sel darah tepi manusia. Di dalam PBMNCs terdapat banyak sel-sel (oleh karena itu pada kata PBMNC ditambah satu ”s” kecil) dan salah satu kandungannya adalah stem cell. PBMNCs bisa digunakan pada pasien-pasien dengan keadaan adanya Critical Limb Ischemia (CLI).
Stem cell dari  sel darah tepi manusia (PBMNCs) dapat diberikan pada pasien yang mengalami gangguan peredaran darah pada bagian tungkai (kaki  atau tangan) seperti pada kaki  penderita diabetes mellitus. “Kakinya umumya menderita borok yang bila sudah parah akibat gangren biasanya harus diamputasi, “ kata Ferry Sandra. Dengan teknik stem cell luka-luka tersebut dapat disembuhkan. Mengapa pada bagian kaki  bisa terjadi borok? Hal itu karena  peredaran darahnya ( atau vaskularitasnya) mengalami gangguan. ”Dengan teknik stem cell kita  bisa membantu  mengembalikan vaskularitasnya dan penyembuhan lukanya sehingga kodisi kaki membaik dan pada akhirnya tidak perlu dilakukan amputasi,” ujar Ferry. 
Selain itu, PBMNCs dapat membantu mengatasi luka bakar, cartilage, stroke dan AMI ( pada jantung).
- Umbilical Cord Blood derived Mesenchymal Stem Cells Therapy for Rejuvenation.
Proyek kedua adalah peremajaan kembali  dengan memanfaatkan sel tali pusar. Ini sangat penting sekali dan bukan dimaksudkan untuk  membuat  manusia  awet muda. Tetapi bagaimana agar organ tubuhnya menjadi  lebih optimal seperti ketika  dia  masih muda. Jadi  sasaran proyek ini adalah untuk orang-orang tua atau pasien yang sudah lanjut usia.
- Differentiation of  Human Umbilical Cord Blood-derived Stem      Cells Neuron-like Cell Therapeutic Cloning by SCNT on Mice and      Differentiation of Mouse Embryonic Stem Cells into Neuro like Cells,      Cardiomyocetes, Insulin-producing Cells Stem      Cells Neuron-like Cell Therapeutic Cloning by SCNT on Mice and      Differentiation of Mouse Embryonic Stem Cells into Neuro like Cells,      Cardiomyocetes, Insulin-producing Cells
Proyek yang ketiga ini masih memanfaatkan sel tali pusat yang bersifat pluripoten untuk diubah menjadi sel syaraf, sel jentung maupun sel untuk memproduksi insulin.
Dalam sebuah kesempatan seminar GP Farmasi –LIPI bulan Juli 2007 lalu dr. Boenjamin Setiawan, PhD sebagai pendiri SCI sempat mempresentasikan mengenai topik Stem Cell dan capaian yang dilakukan lembaganya itu sebagai berikut :











 
 







































 
 
 
 


 

