Google

Friday, June 13, 2008

Dua Persen Penduduk Indonesia Perlu Jadi Wirausahawan Sejati



Topic : Business

By Ari Satriyo Wibowo


Kewirausahaan selama ini tidak berkembang secara maksimal di Indonesia. Hal itu disebabkan sistem pendidikan di Indonesia belum mendukung jiwa wirausaha yang menciptakan lapangan kerja bukan mencari lapangan kerja.

Kalau pun ada yang terjun menjadi wirausahawan mereka menjalaninya secara asal-asalan : menjalankan dulu, berani dulu, nekat, lamgsung dan cenderung kearah “gambling” bukan pebisnis yang Smart and Good. Sekali lagi, itu kekurangan sistem pendidikan di Indonesia yang tidak memperkenalkan entrepreneur skill and concept sebelum mereka memasuki dunia kerja dan bisnis.

Tanpa wirausahawan dunia akan menjadi muram dan gelap, karena tidak bakal muncul Thomas Alfa Edison dengan lampu pijarnya, Marconi dengan radionya, Wright bersaudara dengan pesawat terbangnya dan tak mungkin pula muncul Microsoft oleh Bill Gates.

Dalam pikiran seorang penemu atau innovator selalu dihinggapi oleh satu kalimat klasik yakni :

“Nothing is impossible and impossible is nothing”


Oleh karena itu, seperti dikatakan pengusaha ternama Ir, Ciputra, agar sebuah bangsa maju paling tidak 2 persen penduduknya harus berprofesi menjadi wirausahawan sejati. ”Saat ini kita hanya punya 0,1 persen atau sekitar 400.000 entrepreneur,” kata Ciputra.

Pemerintah, kata Ciputra, terlalu bangga menyebut Indonesia punya 48 juta wirausahawan. Padahal, itu baru wirausahawan , belum menjadi wirausahawan sejati.

Kenyataannya di Indonesia, lapangan kerja yang ada tidak mampu lagi menampung lulusan perguruan tinggi yang jumlahnya jutaan setiap tahun. Penyerapan tenaga kerja tidak bisa hanya bergantung pada perusahaan yang sudah ada. Dibutuhkan 4,4 juta wirausahawan sejati untuk membantu menyelesaikan masalah itu.

Demikian disampaikan Presiden Komisaris PT Ciputra Tbk Ciputra dalam peluncuran program "Ernst and Young ”Entrepreneur of the Year 2008” di Jakarta, Rabu (11/6). Pengusaha properti terkemuka ini menjadi peraih penghargaan Indonesia Entrepreneur of The Year 2007. Tahun ini penghargaan bagi wirausahawan terbaik Indonesia diselenggarakan untuk ke-8 kalinya.

Untuk mengatasi masalah ketenagakerjaan, menurut Ciputra, tidak ada lain kecuali melahirkan wirausahawan-wirausahawan. Ini menjadi tantangan berat buat Indonesia. ”Dan pengusaha yang ada jangan melakukan pemutusan hubungan kerja,” kata Ciputra.

Menurut Ciputra, seorang wirausahawan atau entrepreneur adalah orang yang dapat mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas. Wirausaha sejati tidak hanya mampu mengubah rongsokan jadi emas, tetapi juga dapat melahirkan wirausaha sukses lainnya. ”Di Eropa, kewirausahaan sudah populer 6-7 tahun lalu, sementara di Amerika 30 tahun lalu. Pemerintah di negara-negara Eropa aktif membantu dan menjadikan entrepreneur sebagai gerakan nasional,” kata Ciputra.

Menurut pakar manajemen Universitas Indonesia, Rhenald Kasali, pendidikan kewirausahaan harus ditanamkan sejak dini, misalnya cara berdagang kecil- kecilan.

Mata kuliah kewirausahaan, kata Rhenald, acapkali gagal karena dosennya tidak mempunyai pengalaman kewirausahaan. Siswa hanya diajarkan membuat perencanaan bisnis, bukan bisnis riil. Selain itu, ada kekeliruan dalam memahami wirausaha. ”Sebagian besar kaum muda menggambarkan wirausaha sebatas perdagangan. Bagaimana mendapat modal, lokasi, dan punya produk untuk dijual,” tuturnya. Untuk itu, kata Rhenald, meski bersifat sesaat, pikiran entrepreneur harus ditingkatkan.”Bagaimana memproduksi sesuatu dan memiliki keberanian mengambil risiko,” Rhenald menambahkan.

Bagaimana pendapat Anda?