Google

Friday, May 16, 2008

Pemikiran Cerdik Mochtar Riady Memilih Nanomedicine

Topic : Academic, Business

By Ari Satriyo Wibowo


Pilihan Mochtar Riady untuk mengembangkan riset di bidang nanomedicine, khususnya melalui riset yang spesifik di bidang kanker hati, sungguh merupakan pilihan yang cerdik. Ia dengan cermat memilih sesuatu sebagai unggulan sehingga bisa membawanya ke tahap frontiers.

Pilihannya itu membuat Indonesia yang saat ini cukup ketinggalan di bidang nanoteknologi dalam waktu yang relatif singkat akan memiliki keunggulan di bidang nanomedicine.

Seperti kita ketahui riset nanoteknologi dibagai menjadi dua bidang yakni nano material dan nano medicine.

“Kalau saya masuk ke riset nano dalam bidang material science maka seluruh dunia itu akan sama. Cerita kertas ya kertas. Tetapi, kalau cerita manusia tentang manusia akan berbeda. Suku atau ras satu dengan lainnya berbeda.” ujar Mochtar Riady. “Maka bila seorang peneliti luar negeri berhasil meneliti tentang kanker hati di sana maka belum tentu hasil penelitian itu cocok untuk kita di sini”

Beberapa tahun lalu, lanjut Mochtar, ketika merebak kasus flu burung beberapa contoh darah orang Indonesia yang terdampak dibawa ke luar negeri. Hal ini membuat Ibu Menteri Kesehatan RI marah. “Sebab kalau sample darah penderita dibawa keluar maka pihak asing dapat membuat obat yang sesuai karakter orang Indonesia. Jadi hak orang Indonesia telah diambil orang luar negeri,” kata pria yang baru saja merayakan ulang tahun ke-79 tanggal 12 Mei lalu itu.

Di sisi lain perbuatan itu membahayakan ketahanan nasional bangsa Indonesia. “Dengan sampel darah itu maka pihak luar negeri dapat menciptakan penyakit yang hanya khusus untuk orang Indonesia,” Mochtar menambahkan.

Mochtar Riady mengungkapkan bahwa membangun sebuah research center seperti MRIN (Mochtar Riady Institute for Nanotechnology) itu merupakan pekerjaan yang kompleks. Sebab bukan hanya sekadar membangun gedung dan melengkapinya dengan fasilitas riset semata tetapi mengisinya dengan sumber daya manusia yang andal.” Di Indonesia mencari SDM seperti itu sulitnya bukan main,” katanya.

Selain itu, harus ada desain dan konsep riset yang akan ditekuni. Dan itu semua membutuhkan waktu persiapan selama 2,5 tahun.

Dengan fokus pada riset tentang kanker hati maka persoalan tentang kanker hati akan dapat dipecahkan. “Kalau kita mengambil penelitian di bumi Indonesia maka ini akan bermanfaat bagi bangsa Indonesia sendiri,” pungkas Mochtar.

Bagaimana pendapat Anda?