Topik : Business - Academic
By Ari Satriyo Wibowo
Orang yang dianugerahi kemampuan istimewa seperti dr. Boenjamin Setiawan, PhD (Chairman & Founder Group Kalbe Farma) di Indonesia memang langka. Beliau merupakan sosok yang cerdas, menyukai riset, memiliki semangat wirausaha hebat namun tetap tampil bersahaja.
Beliau merupakan dokter lulusan fakultas kedokteran paling bergengsi di negeri ini yakni Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Belum puas dengan predikat dokter yang pada era 1950-an menjadi dambaan banyak orang , dr. Boen terbang ke Amerika Serikat dan menggondol gelar Ph.D di bidang farmakologi dari University of California, AS. Gelar Ph.D tersebut diraih tahun 1961, ketika usia beliau masih 28 tahun. Usia yang terbilang muda untuk seseorang yang berhasil meraih gelar doktor pada masa itu.
Pria kelahiran Tegal, 23 September 1933 ini kemudian bersama teman-temannya dari Jurusan Biologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mencoba membangun pabrik obat, tetapi sayang, gagal. "Ketika itu saya sangat bersemangat. Namun, saya tak punya pengalaman dan tidak bisa berguru ke orang-orang yang sudah sukses," tutur Boen mengenang pengalaman pertamanya membangun bisnis. Akhirnya, dr.Boen dan kawan-kawan yang tidak mengerti bisnis harus menerima kenyataan bahwa usaha mereka tak dapat dilanjutkan lagi.
Kegagalan membangun bisnis bersama teman-teman ternyata tak menyurutkan langkah pria yang berasal dari keluarga sederhana itu. Maka, ketika temannya yang berlatar belakang ilmu farmakologi, dr. Tan, dan seorang rekan dari Apotik Husada mengajaknya berbisnis, beliau pun tak menolaknya. Namun, lagi-lagi usahanya gagal lantaran tidak seorang pun di antara mereka bertiga memahami soal bisnis. Menurut beliau, kegagalan itu karena mereka tidak kompak dan tidak memasukkan modal yang besar. Kapok kah dr. Boen? Ternyata tidak. Kali ini untuk ketiga kalinya pada 1966 beliau mencoba bersama kelima saudara kandungnya dan menuai keberhasilan meski harus melalui perjuangan yang berat.
Pada 1968, dr. Boen mulai terpicu mengembangkan riset di bidang farmasi. Beliau berpendapat, perusahaan farmasi harus didukung riset yang kuat. Sejak itu, dr. Boen semakin serius membangun perusahaan farmasi yang berbasis pada riset dan pengembangan.
Beliau pun tidak pernah melupakan almamaternya yakni Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Secara berkala beliau memberikan masukan berharga bagi perkembangan universitas itu yang dapat dianggap sebagai wujud kepedulian dunia usaha (business) terhadap dunia perguruan tinggi (academic).
Gagasan-gagasan yang dicetuskan umumnya mulia dan brilian. Baru-baru ini dr. Boen memberikan masukan bagi FKUI dengan beberapa proyek yang bisa segera digarap seperti :
- Proyek penulisan buku biografi para professor FKUI yang sudah tua
- Membangun Pusat Inovasi FKUI
- Mendirikan Pusat Kajian Gerontologi
- Mengembangkan Pusat Penelitian Stem Cell
- Mendirikan Unit Komersial di FKUI
- Membantu Balai Penerbitan FKUI
- Membangun Industri Alat Kesehatan
Semoga saja masukannya itu mendapat sambutan hangat dan segera dapat diwujudkan para koleganya di sana sehingga FKUI benar-benar menjadi “Center of Excellence” bagi dunia kedokteran di Indonesia. Bagaimana menurut pendapat Anda sebagai pembaca awam?
|