Topik : Business
Jaringan toko obat AS, Walgreens, adalah sebuah perusahaan kuno yang selama empat dasawarsa menerapkan pasar umum dalam kinerjanya. Tahun 1975 perusahaan itu berhasil meningkatkan kinerja perusahaan dan mulai meraih sukses luar biasa. Dari tahun 1975 hingga tahun 2000, Walgreens telah mencatat kinerja di pasar saham hingga 15 kali lipat. Prestasinya mampu mengalahkan perusahaan teknologi Intel yang hanya mampu meningkat dua kali lipat, General Electric meningkat
Pelajaran yang ditekankan Jim Collins : “Jangan merasa puas karena semata-mata baik atau unggul. Tentukan apa yang diperlukan untuk menjadi hebat.”
Dua tokoh di industri farmasi yang bersahabat sejak sama-sama kuliah di bangku Fakultas Kedokteran Universitas
Berdasarkan catatan harian Kompas, dr. Kahar Tjandra lahir di
Tahun 1948, Tjandra diantarkan ayahnya ke
Ketika masuk SMA, Tjandra memilih sekolah di
Sejak kecil cita-citanya menjadi arsitek. Namun, karena jurusan arsitektur ada di ITB
Dia sempat menjadi dokter Departemen Kesehatan, lalu masuk wajib militer dan menjadi dokter berpangkat letnan satu di Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD yang sekarang bernama Koppasus). Setelah itu, ia berkarya di RSCM Cipto Mangunkusumo selama 20 tahun sembari mengajar di FKUI.
Ia membuka Apotik Mahakam tahun 1967. Setelah pensiun, Tjandra menggeluti bisnis secara penuh-salah satu produknya yang terkenal adalah obat anti septik bermerek dagang Betadine. Kelompok Mahakam miliknya sangat dikenal.
Tjandra juga sangat peduli pada orang lain yang kekurangan. Ia rela membantu puluhan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)-almamaternya-yang orangtuanya tidak mampu. Sejak tahun 1984, Kahar Tjandra sudah membantu membiayai kuliah "adik-adik kelasnya" itu. Lebih dari 30 dokter yang sudah berhasil dicetaknya lewat “program anak asuh “ itu. Dulu hal itu ia lakukan diam-diam, bahkan si penerima beasiswa tidak tahu siapa yang membantunya, tetapi kini bentuk hubungannya lebih terbuka. Ia juga memiliki bisnis hotel dan berbagai bisnis lainnya. Anak-anak asuhnya yang sudah jadi dokter ada yang bekerja di klinik yang melayani pegawai dan tamu hotelnya.
Sementara bagi dr. Boenjamin Setiawan , rahasia agar perusahaan tetap bisa bertahan, unggul dan menjadi hebat adalah tergantung pada manusia (People) yang ada di dalam perusahaan itu. Manusia yang seperti apa? “ Manusia yang DJITU,” begitu dr. Boen selalu menandaskan.
Dalam penuturannya kepada Majalah SWA, dr. Boen menjelaskan tentang konsep atau falsafah DJITU yang diyakininya sebagai berikut :
Disiplin. “Bangsa
Kemudian, jujur. “Jujur di Indonesia juga masalah besar, karena korupsinya bukan main. Jadi, jujur itu penting,” ungkapnya. Selanjutnya, jeli melihat perubahan yang akan datang.
Inovatif dan inisiatif pun harus selalu ada. Lalu, tulus, yang berarti ikhlas alias jangan berpura-pura, dan mesti punya tanggung jawab. Berikutnya, ulet dan unggul. “Ini yang selalu saya tekankan.”
Selain itu, emotional intelligence dan cognitive intelligence sangat dibutuhkan pula. Inteligensi kognitif, berarti otaknya harus cerdas. Namun, pintar saja tidak cukup. Yang lebih penting, inteligensi emosionalnya. “Orang boleh pintar, tapi kalau tingkah lakunya bandit, berabe. Saya pikir, lebih baik emotional intelligence-nya yang diperbesar.”
Belakangan ketika dr. Boen bertemu dengan mantan Menteri Kehakiman Ismail Saleh, SH beliau diperkenalkan dengan Falsafah 3 H yakni Hongsui (memiliki tata ruang yang bagus), Hopeng (memiliki koneksi) dan Hoki (memiliki keberuntungan).
Menurut dr. Boen falsafah itu kiranya dapat dikembangkan menjadi 5 H dengan mencari dua kata lagi dalam bahasa Cina (Mandarin / Hokkian) yang memiliki suku kata awal “Ho”. Barangkali di antara pembaca ada yang memiliki koleksi kata seperti itu? Silakan untuk berbagi dengan memberikan komentar pada tulisan ini. Bagaimana pendapat Anda sebagai orang awam? (ASW)
|