Google
Showing posts with label Business. Show all posts
Showing posts with label Business. Show all posts

Thursday, July 3, 2008

Bagaimana Nasib Microsoft Sepeninggal Bill Gates?

Topic : Business

By Ari Satriyo Wibowo

Tak lama lagi Bill Gates akan melepaskan jabatannya di Dewan Komisaris Eksekutif Microsoft Corporation. Sesudah itu kegiatan sehari-harinya akan lebih banyak terjun dalam kegiatan amal di bawah Bill and Melinda Gates Foundation untuk memberantas kemiskinan dan malaria, ketimbang berurusan dengan Google atau Departemen Kehakiman AS.

Dunia mengakui Bill Gates merupakan salah satu inovator terkemuka di bidang komputer. Ia sungguh beruntung ketika sebagai pengusaha pemula ia ditawari perusahaan besar sekelas IBM untuk membuat sistem operasi yang dulu dikenal sebagai DOS (Disk Operating System). Beruntung pula pilihannya adalah bagian royalty dari setiap sistem operasi dari komputer yang terjual. Tak mengherankan bila kekeyaannya makin melejit ketika Microsoft menyatakan misi awalnya sebagai “ menyediakan layanan ke setiap meja, setiap rumah dan setiap orang”. Dengan ledakan jutaan komputer pribadi (PC) generasi “IBM Compatible” bisa dibayangkan berapa keuntungan yang diraihnya. IBM PC Compatible di awal tahun 1980-an mampu menggeser kepopuleran komputer Commodore, MITS dan bahkan Apple Computer.

Hebatnya Microsoft pada mulanya lebih memilih fokus pada peranti lunak bersama Intel yang berfokus pada penyediaan mikroprosesor. Tak mengherankan ketika Microsoft meluncurkan sistem operasi berbasis Windows maka kerjasama keduanya lazim disebut Wintel. Yang akhirnya mampu merontokkan Motorolla yang semula merancang sistem operasi Apple. Kini prossesor Apple pun dipasok oleh Intel Corporation.

Setelah 33 tahun berkarya di Microsoft, perusahaannya kini mempekerjakan 90.000 karyawan dengan pendapatan tahun 2008 diperkirakan akan lebih dari US$ 60 miliar dengan laba bersih sekitar US$ 18 miliar. Produknya terdiri atas 75 jenis dengan beragam versi.

Bagaimana Microsoft setelah ditinggalkan Bill Gates? Tampaknya jalan Microsoft tidak semudah judul buku karangan Bill Gates yakni “The Road Ahead”. Bahkan, mendung seolah bergayut di cakrawala bagi Microsoft. Sistem operasi Vista yang diperkenalkan ternyata banyak mengecewakan pelanggan sehingga pelanggan banyak yang minta kembali pada Windows XP. Sementara sistem operasi Windows 7 baru akan diluncurkan pada 2010. Microsoft sendiri mulai menarik Windows XP dari peredaran yang mengundang protes para pengguna.

Sementara, upaya meminang Yahoo agar menajadi pemain bisnis Internet terintegrasi terbesar dan mengalahkan dominasi Google gagal sehingga ikut merontokkan harga saham Microsoft.

Banyak pengamat kuatir pada akhirnya Microsoft akan memecah dirinya menjadi unit-unit kecil seperti Microsoft Windows, Microsoft Offic, unit jasa dan unit permainan (games) yang pada saat ini kinerjanya sangat inovatif.

Bagaimana pendapat Anda?


Disarikan dari laporan The Economist, 28 Juni 2008 berjudul “The Meaning of Bill Gates” dan “Microsoft After Bill Gates”

Wednesday, July 2, 2008

Solusi Pengobatan Ternak Melalui Air Minum

Topic : Business

By Ari Satriyo Wibowo

Pengobatan melalui air minum menjadi andalan perusahaan Dosatron International dalam Pameran Indo Livestock 2008. Perusahaan Perancis ini memilih media air minum sebagai sarana pengobatan karena terbukti sangat fleksibel, cepat dan efisien. Dengan dosis yang proposional obat-obat ditambahkan pada air minum yang dikonsumsi ternak.

Penyaluran dari alat distribusi efisien karena memanfaatkan tenaga gravitasi bumi dan tidak membutuhkan tenaga listrik. Demikian antara lain produk-produk yang ditampilkan para peserta pameran dari luar negeri.

Sementara itu, pemerintah berencana mengatur kembali industri persusuan nasional untuk meningkatkan volume produksi komoditas itu sehingga memenuhi 70% kebutuhan susu nasional.

Direktur Budidaya Ternak Non Ruminansia pada Ditjen Peternakan Deptan Djajadi Gunawan menuturkan restrukturisasi industri ini akan dimulai dari sisi pembibitan agar bibit sapi perah berkualitas dapat merangsang peningkatan produksi. Restrukturisasi industri susu perlu dilakukan karena produksi nasional baru 25% dari kebutuhan di Tanah Air, sisanya impor. Dan salah satu persoalan yang dihadapi adalah masalah pembibitan.

Pameran Indo Livestock 2008 Expo dan Forum diselenggarakan 1-3 Juli 2008 di Jakarta Convention Center. Pameran ini melibatkan Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian serta Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU), Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI), Asosiasi Obar Hewan Indonesia (ASOHI), Gabungan Perusahaan Perunggasan Indonesia (GAPPI), Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), Gabungan Organisasi Pengusaha Ayam Nasional (GOPAN), Pusat Informasi Pasar (PINSAR), Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI), dan Asosiasi Pengusaha Perunggasan Asean (FAPP) dan para produsen peralatan peternakan dari luar negeri seperti RRC, Taiwan, India, Inggris, Perancis, Kanada, Argentina, Malaysia, Thailand dan Singapura. Tidak kurang 300 peserta mengikuti pameran tersebut.



Saturday, June 28, 2008

Hadapi Kanker dengan Asuransi

Topic : Business

By Hanna Prabandari, Wartawan Bisnis Indonesia

Eka tak pernah menyangka, di usianya yang baru menginjak 32 tahun dokter memvonisnya mengidap kanker payudara. Ibu dengan satu anak yang masih berusia 2,5 tahun ini jelas panik. Maklum, kanker menjadi salah satu penyakit mematikan. Belum lagi biaya yang harus dikeluarkan untuk pengobatan tidak murah.

Untunglah dia memiliki polis asuransi jiwa plus investasi yang diperluas dengan perlindungan penyakit termasuk 32 penyakit kritis yang mencakup kanker. Awalnya dia sama sekali tidak memperhitungkan manfaat asuransi yang akan diambilnya.

Karyawan swasta ini hanya ingin menempatkan dana investasinya di unit-linked untuk bekal jika anaknya memerlukan biaya pendidikan di jenjang perguruan tinggi. Nyatanya ketika kesusahan datang, asuransi jadi pelindungnya.

Gaya hidup tidak sehat dan tingkat stres berlebihan menyebabkan kanker semakin menjadi momok dewasa ini. International Union Againts Cancer (Union Internationale Contrele Cancer/ UICC) memperkirakan penderita kanker di negara berkembang pada 2020 bisa mencapai angka 10 juta orang, dengan 16 kasus baru setiap tahunnya.

Jika penyakit tersebut dideteksi lebih awal, kemungkinan untuk sembuh masih terbuka lebar dan dana yang dikeluarkan tidak terlalu besar. Namun, sebagian besar kanker sukar dideteksi pada fase dini, biasanya gejala baru muncul pada stadium lanjut.

Jika mencapai tahap tersebut biaya pengobatan yang diperlukan sangat besar. Tak jarang penderita kanker menjual harta bendanya demi berobat. Asuransi sebagai lembaga yang mengambil alih setiap risiko yang mungkin timbul mulai melirik hal itu sebagai ceruk pasar baru.

Biasanya critical illness atau penyakit kritis seperti jantung, stroke, gagal ginjal, tumor, dan kanker hanya menjadi rider atau asuransi tambahan sehingga asuransi jiwa semakin lengkap. Namun, beberapa perusahaan mulai memasarkan asuransi khusus untuk kanker seperti halnya PT Asuransi Jiwa Sinarmas melalui Simas Cancer Insurance dan PT Asuransi Jiwa Mega Life melalui Mega Comfort yang baru diluncurkan.

Mega Life sebelumnya telah memiliki produk unggulan Kado Sehat yang memberikan jaminan santunan harian rawat inap di rumah sakit dan kanker menjadi salah satu penyakit yang paling sering diklaim. Itulah alasan Mega Life mengeluarkan Mega Comfort.

Karena saat ini produk serupa masih sangat sedikit di pasaran, Mega Life optimistis produk tersebut dapat meraih 2.500 peserta dalam waktu tiga bulan ke depan. Produk tersebut dipasarkan dengan iuran bulanan mulai Rp50.000 dan tersedia dalam tiga pilihan paket beserta nilai santunannya yakni Gold Rp25 juta, Sapphire Rp50 juta, dan Diamond Rp100 juta.

Besarnya iuran tergantung pada usia peserta dan paket yang dipilih, dengan usia masuk yang diperkenankan 21 hingga 50 tahun. "Biasanya penyakit kritis hanya di-cover hingga 45 tahun, namun kami perluas menjadi 50 tahun," ujar Direktur Operasional dan Teknologi Mega Life Claudia Ingkiriwang.

Berbeda dengan Mega Life, PT Asuransi Jiwa Central Asia Raya (CAR) memilih untuk tidak membuat produk khusus untuk per penyakit. Produk asuransi jiwa yang memiliki tambahan manfaat untuk kesehatan termasuk 32 penyakit kritis termasuk kanker dirasa sudah mencukupi.

"Kami melihat hal itu tidak terlalu diperlukan karena rider saja menurut saya sudah lebih dari cukup. Asuransi kesehatan menutup semua penyakit termasuk kanker, masyarakat lebih menyukai yang seperti itu," kata Direktur Pemasaran Hero Samudra.

Selain itu, ujar Hero, sepanjang pengalaman CAR menutup 32 jenis penyakit tersebut klaim untuk kanker tergolong rendah. "Tertinggi masih jantung."

Ketua III Pendidikan dan Penyuluhan Yayasan Kanker Indonesia Sumarjati Arjoso mengakui skema asuransi sangat diperlukan. Dia menjelaskan banyak masyarakat yang tidak mampu berobat tuntas karena kendala biaya.

"Tapi perusahaan asuransi selain menjual produknya juga harus memberikan pendidikan tentang gaya hidup sehat kepada masyarakat, jadi mereka juga tidak perlu mengeluarkan uang besar untuk klaim," tuturnya. (hanna.prabandari@bisnis.co.id)

Sumber : Bisnis Indonesia, Sabtu, 28 Juni 2008

Wednesday, June 25, 2008

Merger Perusahaan Bioteknologi Mempercepat Terwujudnya "Personalised Medicine"



Topic : Business

By Ari Satriyo Wibowo

Akuisisi Applied Bioscience (AB) sebuah perusahaan bioteknologi di Kalifornia oleh perusahaan bioteknologi terkemuka Invitrogen dari San Diego,AS bakal memicu konsekuensi baru. Nilai akuisisi sebesar 6 miliar dolar AS itu akan membuat pasar peralatan gene sequencing (yang semula diproduksi AB) dan layanan produk jasa terkait ( “bread” dan “butter” yang diproduksi Invitrogen) akan berada di satu tangan.

Model itu menurut Steven Burill, seorang pengamat industri, seolah mempraktekkan strategi produsen alat pencukur Gillete yang menjual “Alat Pencukur Murah dengan Pisau Silet yang Mahal” . Atau kalau di Indonesia seperti yang dilakukan prosen printer Canon, menjual printer murah dengan tinta yang mahal. Kombinasi itu akan membuat konsumen mampu membeli perangkat gene-sequencer murah tetapi dengan marjin keuntungan tinggi bagi Invitrogen di perlengkapan pendukung laboratorium seperti reagent dan sebagainya.

Sementara itu, Roche, perusahaan farmasi raksasa dari Swiss kini menguasai 454 Life Scineces, yang memproduksi perangkat gene-sequencing dan sedang berupaya mengambil alih perusahaan diagnostik medis Ventana.

Menurut Kalorama, sebuah perusahaan riset pasar, pasar diagnostik medis mencapai US$ 42 miliar pada 2007 dan diharapkan nilainya akan meraih angka US$56 miliar pada 2012. Siemens, Ge dan beberapa perusahaan multinasional telah membeli perusahaan yang lebih kecil (meski akuisisi GE senilai US$ 8 miliar terhadap Abbott Laboratories, salah satu perusahaan diaganostik medis, tidak meraih sukses seperti yang diharapkan.)

Kondisi merger perusahaan bioteknologi di atas yang membuat peralatan gene sequencing menjadi murah bakal merevolusi “personalised medicine” karena dokter biasa pun dapat memilikinya dan melakukan pengobatan secara personal. Laboratorium klinik pun akan mampu menyediakan layanan tes genetik langsung ke pasien mereka.

Personalised medicine memang cebderung memiliki masa depan cerah. Ketika konsumen harus lebih banyak mengeluarkan dana kesehatan dari kantong mereka sendiri maka layanan “personal genomics” dapat membantu pasien untuk menghindari penyakit melalui, misalnya, perubahan diet. Biaya yang saat ini dibutuhkan untuk decoding DNA sebesar US$ 50.000 bakal turun menjadi US$ 100 pada tahun 2015 atau 2020. Bahkan bukan tidak mungkin cukup US$ 10 per profil genome.

Bagaimana pendapat Anda?

Sumber : "Getting Personal", The Economist, 19 Juni 2008

Tuesday, June 24, 2008

Perubahan Radikal di Bidang Energi Segera Tiba



Topic : Academic. Business

By Ari Satriyo Wibowo


Dunia gandrung pada segala sesuatu yang sedang booming. Dan yang sedang booming saat ini adalah perubahan teknologi. Para pemodal ventura pun berbondong-bondong mengadu nasib meraih peruntungan. Pada tahun 1980-an mereka sukses menciptakan boom teknologi komputer, tahun 1990-an boom teknologi Internet dan awal tahun 2000-an terjadi boom di bidang bioteknologi dan nanoteknologi. Bagaimana tahun 2010-an ? Tampaknya booming akan terjadi di bidang energi.

Boom di masa lalu di bidang energi selalu mengandalkan pasokan energi berupa bahan bakar tertentu : mesin uap bertenaga batu bara, motor bakar bertenaga bensin, pembangkit tenaga listrik tenaga gas dan pesawat jet tenaga avtur. Beberapa dekade lalu harga batu bara masih murah, Gas alam juga murah. Tahun 1970-an, harga BBM juga masih murah. Akibat harga murah itu, daya inovasi di bidang energi menjadi berkurang atau minimal sekali.

Sekarang BBM tak lagi murah. Sampai pertengahan 2008 harganya melesat mencapai hampir US$ 140 per barrel. Demikian pula gas alam harganya mengikuti kenaikan BBM. Sementara, batu bara meski harganya masih murah kini terancam dikenakan pajak tinggi sebab merupakan penyumbang gas efek rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Orang pun kemudian bepaling ke energi terbarukan dari angin dan tenaga matahari.

Pasar energi merupakan pasar yang besar sekali. Saat ini, penduduk dunia mengonsumsi sekitar 15 terrawatt daya listrik ( terawatt setara dengan 1000 gigawatts). Nilainya setara dengan US$ 6 triliun per tahun atau sekitar sepersepuluh output ekonomi dunia. Pada tahun 2050 diperkirakan kebutuhan listrik meningkat menjadi 2 kali lipat menjadi 30 terrawatt.

Energi terbarukan menjadi pilihan karena pembangkit tenaga surya atau angin tetap tidak akan membuat pembangkit listrik tenaga bata bara lantas tutup. Mobil listrik kelak juga kan berkembang karena makin efisien. Listrik yang dibutuhkan setara dengan membeli BBM dengan harga 25 sen per liter.

Energi terbarukan yang efisien kini juga menjadi incaran para jutawan di Lembah Silikon, Kalifornia. Elon Musk, yang menjadi salah satu penemu layanan Pay Pal, telah mengembangkan batere untuk mobil sport. Sementara pendiri Google, Larry Pages dan Sergey Brin menciptakan Google.org untuk mencari jalan menemukan energi terbarukan yang lebih muarah dari batu bara (atau mereka biasanya merumuskannya sebagai REC kepada teman-temannya).

Vinod Khosla, salah satu pendiri Sun Microsystems, memutuskan untuk menyediakan modal ventura untuk membiayai energi terbarukan.Tak ketinggalan Robert Metcalfe, yang menemukan sistem Ethernet untuk LAN dan Mr. Doerr dari Kleiner Perkins Caufield & Byers, salah satu pemodal ventura terkenal dari lembah Silikon. Sir Richard Branson dari Inggris juga tidak ketinggalan berpartisipasi melalui Virgin Green Fund.

Perusahaan besar lain yang tertarik terjun ke bidang energi terbarukan ini adalah General Electric (GE) yang sudah terjun di bisnis kincir angina dan tertarik terjun ke bisnis energi surya. Para periset di laboratorium GE di Schenectady, New York, sangat bersemangat sekali dengan kebebasan intelektual yang mereka peroleh untuk bekerjasama dengan perusahaan start up yang dikombinasi dengan ketersediaan dana untuk riset.

Sementara itu, BP dan Shell, dua perusahaan minyak besar dunia ikut menjadi sponsor riset akademis dan perusahaan kecil baru dengan ide cemerlang. Demikian pula Du Pont perusahaan kimia terbesar ikut terlibat. Hanya Exxon Mobile yang memutuskan tidak ikut dalam kegitan itu.

Negara berkembang pun tak ketinggalan. RRC sekalipun dikenal sebagai pemilik pembangkit listrik batu bara terbanyak juga memiliki pembangkit tenaga angin yang jumlahnya bakal meningkat menjadi duapertiganya tahun ini. RRC juga merupakan produsen panel surya terbesar kedua di dunia, belum termasuk sebagai prosen pemanas air tenaga surya di atas atap rumah yang besar pula.

Brazil sudah sejak lama dikenal sebagai produsen biofuel yang memasok 40 % kebutuhan bahan bakar mobil di sana dan bakal menjadi pemasok 15 % kebutuhan energi untuk pemabngkit tenaga listrik. Sementara, Afrika Selatan mengembangkan teknologi yang mampu menciptakan reactor nuklir sederhana yang aman --- yang meski nuklir bukan energi terbarukan tetapi bebas polusi karbon.

Yang jelas ada tiga pilar energi yang menarik saat ini yakni energi angin, energi surya dan penciptaan batere teknologi tinggi.

Bagaimana pendapat Anda?

Sumber : “The future of Energy” dan “The power and The Glory” , The Economist, 19 Juni 2008

Saturday, June 21, 2008

Pertanian Kecil Multifungsi Ternyata Amat Produktif



Sumber gambar : http://www.fao.org/organicag/doc/v6640e0l.jpg

Topic :Government, Business

By Ivan A Hadar


World Food Programme atau WFP belum lama ini menyatakan, ”Akibat melejitnya harga pangan dunia, sekitar 100 juta orang bakal kelaparan.”
Badan PBB ini menyebut kondisi saat ini sebagai the silent tsunami, petaka yang melanda diam-diam (WFP, 22/4/2008).

Oxfam, sebuah LSM dari Inggris, memperkirakan setidaknya 290 juta orang terancam kelaparan akibat krisis pangan. Setelah kenaikan harga BBM dan melonjaknya harga kebutuhan pokok, kita patut cemas, hal itu akan menjadi kecenderungan di negeri ini (Kompas, 7/6/2008).

Tajuk Kompas (7/6/2008) menulis, berapa pun jumlahnya dan di mana pun mereka berada, kelaparan adalah tragedi kemanusiaan yang harus diatasi bersama. Ironisnya, sebagian dari mereka yang (terancam) kelaparan adalah petani. Perwakilan petani kecil dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pangan di Roma, baru-baru ini, menyatakan muak terhadap kesimpulan pertemuan puncak itu yang sama sekali tidak menyuarakan kepentingan mereka. Padahal, berdasar temuan banyak studi, ketahanan pangan sebagian besar bertumpu pada produksi pertanian kecil multifungsi (Roman Herre, 2008).

Temuan ini berbeda dengan konsep lembaga multilateral, macam Bank Dunia atau Global Donor Platform on Rural Development, yang lebih memprioritaskan agroindustri berorientasi pasar dunia dan menjadi penyuplai jaringan supermarket global.

Konsep yang mengusung argumentasi produktivitas dan kuantitas ini sedang merancang ”Revolusi Hijau” bagi Afrika, dengan mempromosikan bibit hibrida yang telah dipatenkan dan memanfaatkan tanaman yang telah dimanipulasi secara genetik dalam pertanian industrial dan monokultural. Semua itu membutuhkan irigasi, pupuk, dan pestisida yang tak terjangkau petani kecil, buruh tani, komunitas adat, dan organisasi perempuan.

Pertanian kecil multifungsi memang tidak hanya berdasar kalkulasi ekonomi, tetapi lebih pada ketahanan pangan lokal dan nasional, bertambahnya lapangan pekerjaan dan merupakan bagian integral budaya serta sistem pengetahuan pedesaan. Meski sering dituding mempromosikan romantisme small is beautiful, berbagai studi menunjukkan, lokasi yang pas, cara berproduksi ramah lingkungan, dan pertanian skala kecil ternyata amat produktif. Sebaliknya, sistem monokultur dan industrialisasi pertanian adalah penyebab utama punahnya banyak jenis tanaman.

Di Filipina sebelum Revolusi Hijau, misalnya, ada sekitar 3.000 jenis padi. Kini, 98 persen lahan pertanian negeri itu hanya ditanami dua jenis padi, juga di Indonesia. Menurut perkiraan, sepanjang abad ke-20, sekitar 75 persen tanaman berguna, termasuk tanam pangan, telah punah. Padahal, keragaman adalah prinsip keberlangsungan alam sebagai persyaratan utama penyesuaian terhadap perubahan kondisi lingkungan. Ketika iklim gonjang-ganjing yang berdampak pada pertanian, kemampuan itu menjadi sebuah keharusan.

Isu mendesak adalah akses terhadap lahan. Menurut lembaga PBB Hunger Task Force, penyebab utama kelaparan adalah ketimpangan ekstrem distribusi lahan. Penggusuran dan pada sisi lain konsentrasi berlebihan kepemilikan lahan memarjinalkan dan memblokir pembangunan pedesaan. Pendekatan berorientasi teknologi dan pasar tidak menyelesaikan, bahkan mempertajam masalah. Untuk membeli bibit, pupuk, dan pestisida, petani gurem sering harus berutang. Saat semua tidak terbeli, mereka akan kehilangan lahan.

Pengalaman mancanegara mengajarkan, aksesibilitas atas tanah merupakan persyaratan terpenting pembangunan pertanian dan pedesaan (Brandt/Otzen, 2002). Karena itu, reformasi agraria menjadi sebuah keharusan. Aksesibilitas atas tanah (landreform) adalah ”bahasa” ekonomi-politik baru, di mana salah satu kata kuncinya adalah property rights. Penggunaan istilah aksesibilitas mengingatkan kita kepada Amartya Sen dan asumsinya tentang entitlement, yaitu tak seorang pun harus lapar karena di dunia ini tersedia cukup makanan. Mereka yang lapar hanya karena tidak memiliki akses (untuk memproduksi) makanan.

Di India, sejak tahun 1950-an, beberapa negara bagian melakukan reformasi pemanfaatan lahan, tanpa perubahan status menjadi pemilikan, tetapi dengan memperkuat posisi penyewa serta menghapus institusi makelar. Lewat reformasi soft ini, tercatat penurunan kemiskinan yang signifikan lewat peningkatan pendapatan per kapita orang miskin (Besley/Burges, 2000).

Landreform yang kurang begitu berhasil terjadi di Amerika Selatan dan terakhir di Filipina disebabkan oleh keterbatasan dana, birokrasi yang njlimet, dan korup serta resistensi politis para tuan tanah. Meski demikian, jawaban atas kelemahan reformasi agraria oleh negara, demikian La Via Campesina, bukan liberalisasi, melainkan memperbaiki dan memperkuat peran negara. Reformasi agraria adalah kewajiban penegakan hak asasi manusia (HAM) oleh negara, yaitu hak atas makanan.

Pemerintah berkewajiban atas pemenuhan hak asasi paling mendasar ini dengan memberi akses lahan, bibit, air, dan sumber-sumber produktif lainnya agar mereka bisa menyediakan sendiri makanannya, demikian Sofia Monsalve, koordinator kampanye internasional reformasi agraria ”Bread, Land and Freedom”, yang didukung La Via Campesina. Tanpa itu, kita akan memanen apa yang sudah menjadi kenyataan di beberapa negara, yaitu kerusuhan yang dipicu kelaparan.


Ivan A Hadar, Koordinator Nasional Target MDGs (Bappenas/UNDP); Pendapat Pribadi
Sumber : Artikel Opini Kompas, Sabtu, 21 Juni 2008 dengan judul asli “Memerangi Kelaparan” karangan Ivan A Hadar.

Wednesday, June 18, 2008

Ekspektasi Orang Asing Bila Mereka Tinggal di Indonesia

Topic : Academic, Business, Government

By Ari Satriyo Wibowo

Banyak orang asing yang ingin tinggal di Indonesia tetapi sayangnya Indonesia masih memiliki masalah dalam hal citra di mata internasional. Sudah begitu orang asing membutuhkan tiga hal yakni peraturan yang jelas, ijin untuk memiliki properti dan aturan keiimigrasian yang kondusif. Hal itu disampaikan Clifford Rees, Senior Partner PricewaterhouseCoopers dalam diskusi menjadikan Indonesia sebagai Rumah Kedua bagi Pensiunan Asing Manca Negara di Gedung Kalbe, Rabu pagi.


Rees yang berumur 50 tahun sudah menghabiskan waktu sekitar 24 tahun di Indonesia. Itu berarti separuh dari hidupnya dihabiskan di Indonesia. Tak heran bila ia mengetahui dengan mendalam seluk beluk Indonesia. Kelemahan Indonesia menurutnya karena wilayahnya terlalu luas. Sudah begitu masih ada sisi negatif Indonesia berupa kemiskinan, buta huruf, pengangguran dan gangguan kemananan. Juga rasa nasionalisme yang berlebihan.

Lokasi yang diminati orang asing dari Eropa adalah Bali, Lombok, Jakarta dan Jogya. Sedangkan yang menjadi motivasi para pensiunan asing untuk tinggal di Indonesia adalah faktor cuaca dan atmosfer.

Kalau orang asing khususnya para pensiunan tertarik untuk tinggal di Malaysia adalah karena di sana mereka tidak dikenakan pajak alias terkena pajak 0%. Para pensiunan asing tidak diperkenankan bekerja di Malysia tetapi mereka boleh berinvestasi menanmakan modal, saham, obligasi, reksa dana dan sebagainya. “Malaysia has comfortable legal system and security,” ujar Rees.

Bila ingin membidik para pensiunan asing, menurut Rees, penuhi saja kebutuhannya. Mereka memerlukan restoran yang bagus untuk menikmati hidangan bermutu, mal serta arena hiburan. Mereka juga membutuhkan komunitas sebangsa atau senegara. “Orang Inggris ingin tinggal bersama orang Inggris, orang Jerman dengan orang Jerman,” Rees menambahkan.

Khusus untuk membangun komunitas daerah di Jagorawi dapat dikembangkan sebagai komunitas golf antar bangsa. Itu yang bisa dikembangkan sebagai daya tariknya. "Jakarta merupakan kota yang memiliki lapangan golf paling banyak di dunia yakni lebih dari 70 buah,” kata Rees, “Selain itu, dipandang dari segi biaya akomodasi maka Jakarta adalah kota yang paling murah di dunia.”

Agar nyaman tinggal di Indonesia maka para pensiunan asing itu tentu saja masih membutuhkan infrastruktur, fasilitas medis, pemeliharaan kesehatan, tempat hiburan dan tempat belanja yang lebih baik.

Bagaimana pendapat Anda?

Friday, June 13, 2008

Dua Persen Penduduk Indonesia Perlu Jadi Wirausahawan Sejati



Topic : Business

By Ari Satriyo Wibowo


Kewirausahaan selama ini tidak berkembang secara maksimal di Indonesia. Hal itu disebabkan sistem pendidikan di Indonesia belum mendukung jiwa wirausaha yang menciptakan lapangan kerja bukan mencari lapangan kerja.

Kalau pun ada yang terjun menjadi wirausahawan mereka menjalaninya secara asal-asalan : menjalankan dulu, berani dulu, nekat, lamgsung dan cenderung kearah “gambling” bukan pebisnis yang Smart and Good. Sekali lagi, itu kekurangan sistem pendidikan di Indonesia yang tidak memperkenalkan entrepreneur skill and concept sebelum mereka memasuki dunia kerja dan bisnis.

Tanpa wirausahawan dunia akan menjadi muram dan gelap, karena tidak bakal muncul Thomas Alfa Edison dengan lampu pijarnya, Marconi dengan radionya, Wright bersaudara dengan pesawat terbangnya dan tak mungkin pula muncul Microsoft oleh Bill Gates.

Dalam pikiran seorang penemu atau innovator selalu dihinggapi oleh satu kalimat klasik yakni :

“Nothing is impossible and impossible is nothing”


Oleh karena itu, seperti dikatakan pengusaha ternama Ir, Ciputra, agar sebuah bangsa maju paling tidak 2 persen penduduknya harus berprofesi menjadi wirausahawan sejati. ”Saat ini kita hanya punya 0,1 persen atau sekitar 400.000 entrepreneur,” kata Ciputra.

Pemerintah, kata Ciputra, terlalu bangga menyebut Indonesia punya 48 juta wirausahawan. Padahal, itu baru wirausahawan , belum menjadi wirausahawan sejati.

Kenyataannya di Indonesia, lapangan kerja yang ada tidak mampu lagi menampung lulusan perguruan tinggi yang jumlahnya jutaan setiap tahun. Penyerapan tenaga kerja tidak bisa hanya bergantung pada perusahaan yang sudah ada. Dibutuhkan 4,4 juta wirausahawan sejati untuk membantu menyelesaikan masalah itu.

Demikian disampaikan Presiden Komisaris PT Ciputra Tbk Ciputra dalam peluncuran program "Ernst and Young ”Entrepreneur of the Year 2008” di Jakarta, Rabu (11/6). Pengusaha properti terkemuka ini menjadi peraih penghargaan Indonesia Entrepreneur of The Year 2007. Tahun ini penghargaan bagi wirausahawan terbaik Indonesia diselenggarakan untuk ke-8 kalinya.

Untuk mengatasi masalah ketenagakerjaan, menurut Ciputra, tidak ada lain kecuali melahirkan wirausahawan-wirausahawan. Ini menjadi tantangan berat buat Indonesia. ”Dan pengusaha yang ada jangan melakukan pemutusan hubungan kerja,” kata Ciputra.

Menurut Ciputra, seorang wirausahawan atau entrepreneur adalah orang yang dapat mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas. Wirausaha sejati tidak hanya mampu mengubah rongsokan jadi emas, tetapi juga dapat melahirkan wirausaha sukses lainnya. ”Di Eropa, kewirausahaan sudah populer 6-7 tahun lalu, sementara di Amerika 30 tahun lalu. Pemerintah di negara-negara Eropa aktif membantu dan menjadikan entrepreneur sebagai gerakan nasional,” kata Ciputra.

Menurut pakar manajemen Universitas Indonesia, Rhenald Kasali, pendidikan kewirausahaan harus ditanamkan sejak dini, misalnya cara berdagang kecil- kecilan.

Mata kuliah kewirausahaan, kata Rhenald, acapkali gagal karena dosennya tidak mempunyai pengalaman kewirausahaan. Siswa hanya diajarkan membuat perencanaan bisnis, bukan bisnis riil. Selain itu, ada kekeliruan dalam memahami wirausaha. ”Sebagian besar kaum muda menggambarkan wirausaha sebatas perdagangan. Bagaimana mendapat modal, lokasi, dan punya produk untuk dijual,” tuturnya. Untuk itu, kata Rhenald, meski bersifat sesaat, pikiran entrepreneur harus ditingkatkan.”Bagaimana memproduksi sesuatu dan memiliki keberanian mengambil risiko,” Rhenald menambahkan.

Bagaimana pendapat Anda?

Wednesday, June 11, 2008

Kontroversi Laptop 100 Dolar AS ala Negroponte




Topic : Business, Government

By Suryanto

Gebrakan Asus dan Intel dengan laptop murahnya "Eee PC" dan Zyrex dengan "Anoa" mengagumkan banyak orang. Namun, sesuatu yang lebih dahsyat tengah berlangsung saat pendiri lembaga nirlaba "One Laptop Per Child" (OLPC) Prof Nicholas Negroponte mengembangkan produk sejenis yang jauh lebih murah.

OLPC mengembangkan laptop super murah, yang harganya hanya 100 dolar per unit, atau kurang dari Rp1juta.

Laptop yang diproduksi untuk program bantuan bagi anak-anak sekolah di negara berkembang itu mengundang reaksi dari berbagai kalangan, baik pakar maupun industri teknologi informasi, hingga politikus yang diperkirakan akan mengambil manfaat dari program itu untuk mendongkrak popularitasnya di mata rakyat.

Sebagian kelompok merasa terusik karena harga yang lebih murah untuk jenis barang sama tentu akan mengganggu keberadaan barang sejenis lainnya yang dijual dengan harga lebih mahal.

Kalau mengatakan "program bantuan ini akan merusak pasar laptop" dianggap tabu, beberapa kalangan memprediksi bahwa karya Negroponte dan XO (perusahaan perakitnya) ini akan melemahkan penjualan laptop yang telah ada di pasaran.

Seorang peneliti senior di perusahaan riset dan konsultan teknologi informasi Gartner, Brian Gammage, dengan terus terang menyebut kemunculan OLPC akan diamati dengan cermat oleh para produsen personal komputer dunia, sebab hal itu akan menjadi bagian dari porsi pasar yang mereka sedang sasar.

Jika tidak ada implikasi yang ditimbulkan pada kategori spesifikasi peralatan dan biaya pembuatannya, kemudian tidak ada gangguan yang ditemukan dalam jumlah produksinya, maka akan banyak konsumen yang membeli laptop ini.

"Itu merepresentasikan kanibalisasi dalam sebuah industri yang selalu dalam tekanan," kata Brian kepada sebuah media Inggris.

Sebuah situasi tidak menguntungkan terbangun ketika para pembuat PC terjebak dalam industri yang tidak sehat karena mereka akan terus bersaing dalam margin yang rendah.

Sebelumnya pun, persaingan ketat sudah berlangsung ketika banyak perusahaan menghadapi penjualan yang rendah dan sama-sama memilih produk jinjing dan praktis sebagai satu jalan keluar. Para produsen PC pun berlomba-lomba membuat "PC portable" alias laptop yang pasarnya tumbuh dengan sangat cepat.

Upaya produsen PC itu ternyata tidaklah cukup, karena entah sudah diprediksikan atau belum, para pembuat peralatan "portable" jenis lain seperti "smart-phone" juga mengikuti langkah mereka.

Terlebih industri yang kedua ini jauh lebih mahir dalam membuat dan merakit komponen kecil dalam peralatan yang berukuran kecil itu.

"Perang" pernyataan untuk mempertahankan citra produk yang merasa terancam pun dibangun.

Dengan alasan yang sangat realistis, general manajer di Intel, Willy Agatstein, mengatakan bahwa sangat tidak sepadan jika laptop buatan XO dan gadget sejenis keluaran Asus bersama Intel itu dibandingkan dengan laptop berbasis PC yang sudah dikembangkan HP, Dell, Sony, maupun Acer selama ini.

Laptop 100 dolar dari XO dan Eee PC punya Asus, serta Anoa dari Zyrex adalah dua alat yang dirancang untuk suatu kegunaan yang unik, yakni membantu dunia pendidikan bagi anak-anak di negara berkembang. Dengan alasan itu, maka alat itu menonjolkan pertimbangan jangkauan harga dengan spesifikasi dan fungsi yang disesuaikan alias lebih terbatas.

"Tidak ada satu ukuran yang pas buat semua," kata Willy.

Menanggapi berbagai komentar mengenai langkahnya itu, Negroponte mengatakan, akan mengabaikan kritik-kritik mengenai proyeknya itu.

Laptop untuk program "One Laptop Per Child" memiliki spesifikasi yang sangat berbeda dengan laptop pada umumnya, sebagaimana dikupas oleh penggagasnya Nicholas Negroponte di internet baru-baru ini.

Untuk memastikan bahwa laptop itu sempurna sebagai peralatan yang mudah dipelihara, maka beberapa perlengkapan yang mudah dipasang dan dilepas sengaja tidak disertakan.

Laptop buatan XO tersebut tidak dilengkapi dengan CD maupun DVD drive. Prosesornya yang berkemampuan rendah juga tidak dilengkapi dengan kipas pendingin.

Sementara kapasitas "hard drive"-nya adalah 1 GB, seperti umumnya digunakan kamera digital.

Pengembangan perlengkapan memory dapat dilakukan dengan memanfaatkan slot "memory card" yang ada di bawah layar atau dengan memasang perangkat melalui port USB (universal serial bus) yang ada di sisi kotak layar.

Mengatasi kapasitas "hard drive" yang hanya 1 GB ini, pengguna yang sasarannya adalah anak-anak sekolah menyimpan file ke dalam komputer server besar yang dipasang di ruang sekolah atau dengan memanfaatkan fasilitas online yang dikembangkan Google, sang mesin pencari raksasa.

Chip prosesor dalam laptop ini adalah buatan AMD yang memiliki kemampuan kecepatan hanya 433 Mhz. Sebagai perbandingan PC terbaru saat ini rata-rata memiliki prosesor berkecepatan di atas 3 Ghz.

Prosesornya juga dirancang hemat energi. Berbeda dengan prosesor komputer pada umumnya yang tetap aktif meski tidak ada aktivitas yang tampak di layar, prosesor untuk laptop ini bisa "shut down" sendiri dan baru aktif ketika dibutuhkan saja.

Graphic card dibuat "in-built" (menyatu dengan komponen utama/mother board).

Perangkat wi-fi "adapter"-nya juga tetap bisa berfungsi meski prosesor utamanya sedang tidak aktif. Perangkat wi-fi yang terpasang juga mendukung "wireless protocol" yang digunakan di kantor-kantor dan rumah.

Salah satu bagian laptop itu yang sangat unik adalah komponen untuk suplai energi.

Selain bisa memanfaatkan energi matahari melalui "solar panel" yang terpasang, laptop ini juga bisa disuplai energi melalui alat engkol yang didesain seperti "yo yo", sedangkan ketika berada di ruangan berlistrik, laptop ini hanya membutuhkan 18 watt.

Sosok pioner

Nicholas Negroponte adalah seorang pionir Internet, penulis, dan pria yang memiliki visi-visi besar dan mulia.

Sebagai pendiri dan pimpinan OCPL, sebuah organisasi non-profit, Negroponte telah bekerja keras untuk mengusahakan penggunaan komputer dalam dunia pendidikan di negara-negara miskin di dunia.

Sejak 2005 fokus dari proyek Negroponte adalah membuat sebuah laptop inovatif yang akan didistribusikan bagi anak di negara berkembang dengan biaya hanya 100 dolar.

Guru di bidang komputer asal Amerika ini telah memperoleh dua gelar arsitek profesional bidang teknologi dari the Massachusetts Institute of Technology pada 1960-an dan kemudian mendirikan MIT`s Architecture Machine Group pada 1968.

Pada tahun 1980-an, ia memimpin MIT Media Laboratory, ketika banyak teknologi yang memanfaatkan "revolusi digital" dikembangkan, termasuk komunikasi nirkabel, dan pendekatan progresif mengenai bagaimana anak belajar.

Seorang rekannya di MIT, Profesor Ken Morse, menjulukinya sebagai "seorang pemimpin yang tak pernah kenal lelah".

Kini kerja keras dan keinginan Negroponte terwujud, keinginannya untuk memfasilitasi penggunaan perangkat teknologi tinggi di kalangan anak-anak negara miskin sudah ia buktikan.

Uruguay adalah negara pertama yang menyambut baik program laptop murahnya.

Negara di Amerika Selatan ini membeli 100.000 unit laptop yang digagas Negroponte, untuk dibagikan bagi anak sekolah usia 6 tahun hingga 12 tahun.

Selanjutnya pemerintah negara ini kemungkinan akan membeli hingga 300.000 unit untuk bisa menyediakan satu laptop per anak pada 2009.

Di Nigeria, laptop OCPL juga sudah dinikmati oleh 300 anak sekolah berkat dukungan Ayo Kusamotu, seorang pengacara dan sukarelawan yang mendukung OCPL di negara Afrika itu.

Menyusul Nigeria, sedikitnya 6.500 anak sekolah di daerah Caldas, Kolumbia juga segera mendapatkan laptop itu.

Lalu kapan laptop murah tersebut bisa dinikmati anak-anak negara miskin atau berkembang di belahan dunia lain, termasuk Indonesia? Sinergi pemerintah dan pengusaha agaknya menjadi pihak yang bakal dapat mempercepat perwujudannya.

Sumber : AntaraNews

Thursday, June 5, 2008

Leslie Wexner, Menjala Harta dari Pakaian Wanita

Topic : Business

By Angga Aliya

Amerika Serikat (AS) tak pernah kehabisan stok orang kaya. Mereka mengumpulkan harta dari berbagai bidang usaha. Salah satunya Leslie H. Wexner. Pria yang kini berusia 71 tahun ini merupakan pendiri Limited Brands, perusahaan penjual pakaian wanita terkemuka di dunia. Ia juga pemilik Victoria's Secret, merek pakaian dalam wanita terkenal itu. Lewat berbagai bisnisnya itu, hingga saat ini, Wexner telah menghimpun harta kekayaan sebesar US$ 2,6 miliar atau Rp 24,18 triliun dan menjadi orang terkaya ke-446 di dunia.

LESLIE H. Wexner adalah salah satu pengusaha asal Amerika Serikat (AS) yang meraup sukses besar di industri penjualan pakaian wanita. Melalui perusahaannya, Limited Brands, dia menjual segala jenis pakaian wanita, seperti baju, rok, blus, dan celana panjang. Disainnya unik dan menawarkan gaya yang eksklusif. Namun, model pakaian Limited Brands juga cocok untuk semua kawasan, mulai dari Italia hingga Australia. Dengan mengusung merek Victoria's Secret, Wexner juga sukses menjual berbagai jenis pakaian dalam wanita.

Pada awal tahun 2000-an, Limited Brands sudah berkembang pesat. Perusahaan ini memasok berbagai produk ke lebih dari 4.000 toko. Limited Brands juga memiliki tujuh toko sendiri, yang menawarkan semua jenis pakaian, mulai dari baju anak-anak hingga pakaian dalam wanita nan seksi.

Majalah Fortune pernah memberikan penghargaan The Worlds Most Admired Company kepada Limited karena perusahaan ini memiliki manajemen dan inovasi yang berkualitas. Sedangkan majalah Forbes menobatkan pria yang kini berusia 70 tahun itu sebagai orang terkaya ke-446 di dunia. Wexner memiliki kekayaan sebesar US$ 2,6 miliar.

Sedikit kilas balik, Wexner lahir di Dayton, Ohio, AS, pada 8 September 1937. Orangtuanya adalah imigran Yahudi asal Rusia. Wexner pertama kali memperoleh pengetahuan tentang bisnis pakaian dari orang tuanya. Pada tahun 1951, orang tuanya, Bella Wexner dan Harry Wexner membuka usaha kecil-kecilan berupa toko pakaian khusus untuk wanita. Toko itu terletak di pusat kota Columbus, negara bagian Ohio, Amerika Serikat.

Di toko itulah, Wexner muda belajar tentang ilmu dagang. Sebelumnya, sebenarnya, dia sempat mencicipi pendidikan di Jurusan Administrasi Bisnis Universitas Ohio. Namun, di toko milik keluarga itu, dia justru bisa memperoleh ilmu lebih banyak. Salah satunya, ilmu tentang perilaku pelanggan. Wexner sangat tertarik dengan kebiasaan belanja para wanita Amerika. Dia terus melakukan pengamatan dan akhirnya menarik kesimpulan bahwa kaum hawa ASsangat royal ketika berbelanja pakaian dan produk-produk lain yang bermanfaat untuk menjaga penampilan.

Selain itu, saat itu, ia mengamati bahwa pakaian olahraga sangat laris. Karenanya, Wexner menyarankan kepada orang tuanya agar berkonsentrasi menjual pakaian olahraga wanita. Namun, sang ayah menolak usul tersebut. Dia malah mengatakan bahwa Wexner sama sekali tidak memiliki bakat sebagai pedagang.

Namun, anak muda ini tidak patah semangat. Wexner meminjam uang sebesar US$ 5.000 kepada bibinya. Lantas, dia memakai duit itu untuk membuka sebuah gerai pakaian bernama The Limited pada 10 Agustus 1963. Gerai itu terletak di kawasan pusat perbelanjaan Kingsdale di Upper Arlington, daerah pinggiran Columbus.

Ironisnya, setahun kemudian, orang tuanya justru memutuskan untuk menutup toko mereka. Selanjutnya, mereka bergabung di perusahaan Wexner. Dia memberi kesempatan kepada sang ayah untuk menjadi Direktur Utama The Limited. Posisi itu terus dipegang ayahnya hingga ia tutup usia pada tahun 1975.

Sesuai namanya yang berarti "terbatas", The Limited benar-benar hanya menjual pakaian olahraga untuk wanita. Desain toko itu menggambarkan karakteristik Wexner yang serba detail. Dinding toko dibangun dengan bahan campuran antara bata merah dan kayu berwarna cokelat tua. Berbagai ornamen menghiasi dinding itu.

Di hari pertama beroperasi, omzet toko itu sebesar US$ 473. Tapi, dalam waktu satu tahun kemudian, The Limited berhasil menjual pakaian olahraga senilai US$ 160.000. Jumlah itu melampaui target yang diperkirakan Wexner sebelumnya, yaitu sekitar US$ 100.000. Sekitar tahun 1960, seiring makin berjamurnya tempat perbelanjaan di pusat kota Columbus, bisnis niaga Wexner semakin berkembang pesat.

Leslie H. Wexner tak pernah kehabisan cara mengembangkan usahanya. Saat butuh uang untuk membuka toko sendiri, dia mendatangi bibinya dan meminjam US$ 5.000. Ketika ingin memindahkan toko dari pinggiran ke pusat perbelanjaan di Kota Columbus, AS, Wexner menjual sebagian saham The Limited ke publik melalui initial public offering (IPO). Selain itu,Wexner juga tak pernah berhenti berekspansi. Tahun 1976, The Limited sudah memiliki 100 toko. Lantas, pada 1984, penjualannya sudah tembus US$ 1 miliar.

MESKI telah memiliki 100 toko yang khusus menjual pakaian wanita, Leslie H. Wexner tak mau berhenti mengembangkan usahanya. Pada tahun 1978, dia mengakuisisi Mast Industries, sebuah perusahaan pemasok barang dan bahan baku yang telah menjalin kerjasama dengan 150 produsen pakaian di berbagai negara. Dia menjadikan Mast sebagai pemasok utama kebutuhan bahan baku produk-produknya.

Dengan kekuatan itu, plus teknologi informasi yang canggih, pasokan untuk toko-toko The Limited selalu tersedia dalam hitungan minggu. Padahal, perusahaan lain membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk mengisi kembali rak-rak toko yang sudah kosong. Selanjutnya, Wexner juga membuka sebuah gudang distribusi di atas lahan seluas 525.000 meter persegi, di Columbus.

Pada tahun 1980, dia membuka sebuah toko bernama Limited Express yang juga khusus menjual berbagai jenis busana. Toko ini membidik para wanita pemuja busana, mulai dari remaja putri hingga wanita dewasa. Untuk menggaet pangsa pasar seperti itu, Wexner hanya menjual busana yang sedang ngetren, dengan warna-warna cerah. Strategi ini terbukti sukses dan menggaet banyak pembeli. Alhasil, dua tahun kemudian, Limited Express sudah memiliki delapan toko. Belakangan, nama toko ini berubah menjadi Express.

Ekspansi The Limited tidak berhenti sampai di situ. Pada tahun 1982, Wexner membeli tiga merek pakaian wanita terkenal, yaitu Lane Bryant, Victoria's Secret, dan Roaman's.

Perusahaan yang sudah memiliki lebih dari 10.000 karyawan itu juga merajut kerjasama dengan Bounjour. Ini merupakan perusahaan yang memproduksi pakaian berbahan jeans dan pakaian olahraga.

Ketika Wexner membeli Victoria's Secret, otomatis, kendali atas merek pakaian dalam top itu juga berpindah menjadi milik The Limited. Ditambah akuisisi berbagai merek lainnya, citra Limited sebagai peritel busana wanita pun semakin moncer.

Sumber : Harian Kontan, 5 Juni 2008

Friday, May 30, 2008

Dari Indo Medica Expo 2008 di Balai Sidang Senayan

Topic : Business

By Ari Satriyo Wibowo

Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla mengritik kondisi pelayanan kesehatan di Indonesia yang masih kalah dengan negara lain. Akibatnya, banyak warga Indonesia yang lebih memilih berobat keluar negeri dari pada di dalam negeri.

Kritik tersebut ditegaskan Kalla, ketika membuka Indo Medica Expo di Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis (29/5). Menurut Kalla, tenaga medis yang melayani pasien di luar negeri sebenarnya sama hebatnya dengan tenaga medis di Indonesia. Namun, keduanya berbeda dalam mutu dan kecepatan pelayanan.

Karena itu, Kalla mengimbau para tenaga medis, khususnya dokter, untuk mengedepankan mutu dan kecepatan pelayanan dari pada harga. Menurut Kalla, harga pelayanan kesehatan harus ditentukan oleh mutu dan kecepatan pelayanan tenaga medis.

"Saat ini kan satu dokter bisa melayani 100 pasien sehari, sedangkan efektifnya sehari itu 32 pasien," ujar Kalla.

Dengan jumlah pasien yang banyak perharinya, ia melanjutkan, pelayanan dokter Indonesia terhadap pasiennya sangat tidak berkualitas. Terkadang, satu pasien justru dilayani secara cepat namun resep obatnya diperbanyak.

"Seperti F-16 saja, jumlah resepnya lima karena tidak percaya diri, siapa tahu ada yang manjur salah satunya," kata Kalla berseloroh. "Berbeda dengan Singapura, konsultasi cukup panjang sedangkan resep lebih sedikit tetapi akurat."

Budaya dokter untuk mengejar setoran, kata Kalla, masih terjadi. Sehingga pasien kadang tidak memiliki banyak waktu untuk berkonsultasi dengan dokter di Indonesia.

Dengan jumlah pasien yang ditangani secara proporsional, kata Kalla, dokter juga punya waktu untuk terus belajar dan memperdalam kemampuannya. Dokter muda juga diberi kesempatan karena jumlah pasien tidak menumpuk di dokter yang sudah punya nama.

"Tidak mungkin kan, memeriksa pasien saat jam 11 atau jam 12 malam. Saya juga sebagai wakil presiden menghindari ambil keputusan pada jam-jam seperti itu, karena kemungkinan besar keliru," kata Kalla.

Menurut Kalla, pemerintah saat ini telah mengalokasikan dana Rp 400 miliar per tahun untuk membantu pendidikan para dokter sepesialis di dalam negeri. Upaya tersebut diharapkan dapat membantu masyarakat untuk mendapat pelayanan dokter spesialis yang saat ini masih minim.

Indo Medica Expo 2008 diselenggarakan sekaligus untuk merayakan 100 Tahun Kebangkitan Bangsa, yang menampilkan sejarah perjuangan dokter-dokter Indonesia, perkembangan dunia medis, kedokteran maupun farmasi yang diikuti oleh berbagai negara seperti China, India dan Amerika Serikat.

Selain itu juga diadakan seminar dan urun rembug nasional dengan tema "Memperkuat Kemandirian dan Ketahanan Bangsa Bidang Praktik Kedokteran dan Perumah-sakitan di Era Pasar Bebas Kesehatan ASEAN dan Dunia” . Pameran itu diikuti 110 perusahaan dalam dan luar negeri.

Diselenggaraan pula acara "Talk Show" selama 2 hari setiap pukul 16:00 - 17:30. Hari pertama membahas Hypertensi dan hari kedua mengenai MSG.

Selain itu, disediakan pula pemeriksaan gratis. Pemeriksaan papsmer oleh Yayasan Kanker Indonesia, pemeriksaan body fat oleh One Med dan pemeriksaan tensi darah dan gula darah oleh Novartis Indonesia.

Bagaimana pendapat Anda?












Sumber data : TempoInteraktif dan MetroTV News

Wednesday, May 28, 2008

Dari Lokakarya Menuju Lanjut Usia Sehat




Topic : Academic, Business, Government

By Ari Satriyo Wibowo

Lokakarya dalam rangka Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) 2008 bertemakan “Menuju Lanjut Usia Sehat” diselenggarakan di Gedung Aneka Bhakti Departemen Sosial RI, Rabu, 28 Mei 2008. Acara tersebut merupakan kerjasama Komnas Lansia, Lembaga Lanjut Usia Indonesia (LLI), Perhimpunan Gerontontologi Indonesia (Pergeri) dan Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia (Pergemi).

Lokakarya diresmikan Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah selaku Ketua I Komnas Lansia disaksikam Ibu Inten Suweno, selaku Ketua II Komnas Lansia. Dalam sambutannya Menteri Sosial menyoroti pertumbuhan penduduk kelompok usia 60 tahun ke atas dibandingkan kelompok usia lainnya. Antara tahun 1970 dan 2025 pertumbuhan lanjut usia diperkirakan sekitar 694 juta atau 223 persen. Tahun 2025 terdapat sekitar 1,2 milyar penduduk usia 60 tahun ke atas. Pada tahun 2050 jumlahnya meningkat menjadi 2 milyar dengan 80 persen hidup di negara berkembang.

Di Indonesia pada tahun 2008 jumlah penduduk lanjut usia berjumlah 14,4 juta orang dan diperkirakan pada tahun 2020 jumlahnya berlipat dua menjadi 28,8 juta.

“Selama ini timbul stigma di masyarakat bahwa orang lanjut usia itu uzur, sakit-sakitan dan bergantung pada orang lain.” ujar Bachtiar Chamsyah.

Padahal kenyataannya tidak selalu demikian karena banyak pula kaum lansia yang aktif beraktivitas dan tetap sehat. Hidup sehat kemudian menjadi dambaan setiap orang.

Mensos kemudian mengutip beberapa karya pegiat di kalangan lanjut usia seperti buku karangan dr. Handrawan Nadesul “ Jurus Sehat Tanpa Ongkos”, atau buku drs. Titus K. Kurniadi “ Kalau Bisa Sehat, Mengapa Harus Sakit?” atau slogan almarhum dr. Susilo Wibowo “Sehat OK, Sakit Noway.”

Selama tahun 2008 ini, Depsos berencana membantu sekitar 5000 orang lanjut usia terlantar dengan bantuan sebesar Rp 300.000 per bulan per orang. “Jumlahnya akan ditingkatkan lagi tahun depam menjadi 10.000 orang,” Bachtiar menambahkan.

Dalam lokakarya tersebut tampil beberapa pembicara antara lain Prof. Tribudi W. Rahardjo, Dr. C. Heriawan Soejono. Drs. Titus Kurniadi, dr. Handrawan Nadesul, Prof. Dr. Iwan Dharmansyah. Dr. Tony Setiabudi, Dr. Siti Setiati, dr. Samino, Dr. Lindawati Kusdhany, Dr. Sulastri dan Dra. Eva AJ. Sabdono, MBA

Dalam presentasinya Prof Tribudi W. Rahardjo dari Komnas Lansia mengemukakan bahwa Indonesia merupakan negara dengan peringkat keempat terpadat di dunia dan kesepuluh terpadat untuk populasiu lanjut usia.

Pada tahun 2020 jumlah lanjut usia akan meningkat menjadi 28,8 juta atau 11 % dari total populasi penduduk Indonesia. Kurang lebih sekitar 70 % kaum lanjut usia menderita penyakit kronis. Penyakit-penyakit tersebut sesungguhnya dapat dihindari akan tetapi buku panduan mengenai Lanjut Usia Sehat masih sangat terbatas.

Bagaimana pendapat Anda?

Friday, May 16, 2008

Pemikiran Cerdik Mochtar Riady Memilih Nanomedicine

Topic : Academic, Business

By Ari Satriyo Wibowo


Pilihan Mochtar Riady untuk mengembangkan riset di bidang nanomedicine, khususnya melalui riset yang spesifik di bidang kanker hati, sungguh merupakan pilihan yang cerdik. Ia dengan cermat memilih sesuatu sebagai unggulan sehingga bisa membawanya ke tahap frontiers.

Pilihannya itu membuat Indonesia yang saat ini cukup ketinggalan di bidang nanoteknologi dalam waktu yang relatif singkat akan memiliki keunggulan di bidang nanomedicine.

Seperti kita ketahui riset nanoteknologi dibagai menjadi dua bidang yakni nano material dan nano medicine.

“Kalau saya masuk ke riset nano dalam bidang material science maka seluruh dunia itu akan sama. Cerita kertas ya kertas. Tetapi, kalau cerita manusia tentang manusia akan berbeda. Suku atau ras satu dengan lainnya berbeda.” ujar Mochtar Riady. “Maka bila seorang peneliti luar negeri berhasil meneliti tentang kanker hati di sana maka belum tentu hasil penelitian itu cocok untuk kita di sini”

Beberapa tahun lalu, lanjut Mochtar, ketika merebak kasus flu burung beberapa contoh darah orang Indonesia yang terdampak dibawa ke luar negeri. Hal ini membuat Ibu Menteri Kesehatan RI marah. “Sebab kalau sample darah penderita dibawa keluar maka pihak asing dapat membuat obat yang sesuai karakter orang Indonesia. Jadi hak orang Indonesia telah diambil orang luar negeri,” kata pria yang baru saja merayakan ulang tahun ke-79 tanggal 12 Mei lalu itu.

Di sisi lain perbuatan itu membahayakan ketahanan nasional bangsa Indonesia. “Dengan sampel darah itu maka pihak luar negeri dapat menciptakan penyakit yang hanya khusus untuk orang Indonesia,” Mochtar menambahkan.

Mochtar Riady mengungkapkan bahwa membangun sebuah research center seperti MRIN (Mochtar Riady Institute for Nanotechnology) itu merupakan pekerjaan yang kompleks. Sebab bukan hanya sekadar membangun gedung dan melengkapinya dengan fasilitas riset semata tetapi mengisinya dengan sumber daya manusia yang andal.” Di Indonesia mencari SDM seperti itu sulitnya bukan main,” katanya.

Selain itu, harus ada desain dan konsep riset yang akan ditekuni. Dan itu semua membutuhkan waktu persiapan selama 2,5 tahun.

Dengan fokus pada riset tentang kanker hati maka persoalan tentang kanker hati akan dapat dipecahkan. “Kalau kita mengambil penelitian di bumi Indonesia maka ini akan bermanfaat bagi bangsa Indonesia sendiri,” pungkas Mochtar.

Bagaimana pendapat Anda?

Wednesday, May 14, 2008

Dr. Leroy Hood : Dari Reactive Medicine Menuju ke P4 Medicine








Topic : Academic, Business, Government

By Ari Satriyo Wibowo


Selama ini Reactive Medicine yaitu menunggu sampai seseorang menderita sakit terlebih dahulu baru diobati masih mendominasi praktik kesehatan di dunia. Namun dengan adanya Proyek Human Genome hal itu telah mendorong terjadinya perubahan mendasar dalam bidang biologi dan kesehatan. Hal itu dikemukakan Dr. Leroy Hood, Presiden Instute for System Biology dari Seattle, AS dalam Keynote Speaker peresmian MRIN berjudul “From Reactive Medicine To An Emerging Medicine That Is Predictive, Personalized, Preventive and Participatory”, Senin lalu.

Perkembangan teknologi pengukuran misalnya blood protein biomarker, nanoteknologi dan mikrofluida berupa pengukuran protein darah dan analisis sel tunggal. Berkembangnya alogaritma matematika telah menjadikan teknologi informasi kesehatan makin maju. Hal itu telah menjadikan biologi menjadi ilmu pengetahuan informasi. Semua itu menjadikan kesehatan dalam 5 -20 tahun mendatang makin mudah diperkirakan (predictive), dicegah (preventive), diterapkan secara pribadi (personalized) maupun dengan cara partisipasi (participatory) atau dikenal sebagai P4 Medicine. Alhasil, semua itu membuat fokus kesehatan nantinya lebih kepada menjaga kebugaran tubuh dibandingkan memberantas penyakit.

“Didukung dengan teknologi pengukuran dengan memanfaatkan nanoteknologi dan teknologi visualisasi serta perhitungan matematis maka P4 Medicine akan berkembang pesat dalam 10-20 tahun mendatang, “ ujar Dr. Leroy Hood.

Prediktif diperoleh melalui probabilitas sejarah kesehatan dengan menggunakan DNA sequence, penerapaan biannual multi parameter pada pengukuran protein darah serta teknologi pencitraan molekul sel tunggal.

Personal diperoleh sebagai akibat adanya keunikan variasi genetik yang menyebabkan setiap orang harus mendapat perlakukan khusus. Pasien berhak memperoleh segala informasi medis dan mengendalikan sesuai kehendak hatinya.

Preventif diperoleh melalui strategi-strategi baru untuk merekayasa perilaku penyakit .

Partisipasif diperoleh melalui pemahaman dan partisipasi pasien terhadap pilihan kesehatan.

Pada akhirnya, P4 Medicine akan mampu mengurangi biaya kesehatan. Bagaimana pendapat Anda?

Tuesday, May 13, 2008

Mochtar Riady : Pohon yang Besar Sekalipun Dimulai dari Bibit yang Kecil

Topic : Academic, Business

By Ari Satriyo Wibowo


Berikut ini merupakan transkrip pidato Mochtar Riady pada peresmian MRIN pada hari Senin lalu sebagai berikut :

Kita sedang berada di dalam era globalisasi ekonomi dimana persaingan sudah tidak ada batasnya lagi. Itu artinya perekonomian berada pada lapangan peperangan yang tidak ada batasnya pula.

Seperti kita ketahui bahwa dalam peperangan, salah satu faktor yang sangat menentukan adalah kekuatan defensif. Sebab tanpa kekuatan defensif tidak mungkin kita bisa ofensif.

Untuk meningkatkan kekuatan ofensif maka caranya adalah dengan meningkatkan kekuatan daya saing berupa produktivitas nasional. Produktivitas nasional dibagi menjadi tiga unsur penting yakni nanoteknologi, teknologi informasi dan bioteknologi.

Apa itu nanoteknologi? Dengan singkat nanoteknologi adalah suatu kaidah untuk melakukan manipulasi aksi dan interaksi atau reaksi di antara atom di dalam sebuah molekul.

Nanoteknologi dapat dibagi menjadi dua bidang yang berbeda. Pertama, dalam bidang ilmu material. Kedua, dalam bidang ilmu kehidupan. Pada saat ini MRIN difokuskan pada ilmu kehidupan.

Riset adalah pekerjaan yang tidak ada batas ruang, waktu dan jarak. Oleh karena riset adalah Cost Centre maka seyogyanya riset seperti ini adalah tugas pemerintah.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa sebagai swasta kami memiliki keterbatasan dalam bidang finansial maupun sumber daya manusia. Namun, saya terpanggil oleh rasa tanggung jawab social. Sehingga saya merasa bahwa setiap warga negara perlu menyumbangkan sesuatu tenaga betapa pun kecilnya.

Bagi saya membangun research centre ini adalah membangkitkan bangsa dengan membangun teknologi.

Filosofi Laotse di Tiongkok Kuno mengatakan “ Betapa besarnya pohon selalu dimulai dari bibit yang kecil” dan”Betapa jauhnya perjalanan ribuan kilometer selalu dimulai dari satu langkah yang pertama.”

Memahami pada keterbatasan tersebut maka MRIN pada saat ini hanya berkonsentrasi pada penelitian Liver Cancer. Diharapkan dari yang kecil ini pada suatu saat dapat dikembangkan secara baik.

Saya menyampaikan terima kasih kepada pemerintah khususnya kepada Bapak Menristek yang selalu mendorong kami melakukan hal ini. Dan selalu memberikan petunjuk di dalam pekerjaan riset ini.

Saya juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak BJ Habibie yang sejak beliau menjabat sebagai menristek selalu menyampaikan pesan kepada saya untuk mengambil bagian dalam penelitian nasional.

Oleh karena itu, saya berjanji akan lebih tekun untuk mengembangkan penelitian ini. Dan khususnya untuk meningkatkan kesadaran bagi bangsa ini dengan tema membangkitkan kekuatan bangsa dengan membangun kekuatan teknologi. ‘

Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan penghargaan kepada periset dari internasional. Dalam symposium internasional tentang kanker yang diselenggarakan selama dua hari telah hadir 21 pakar dari seluruh penjuru dunia.

Hari ini adalah hari Ultah saya ke-79 saya memilih sebagai hari kelahiran MRIN tujuannya tidak lain hanya ingin anak-anak cucu saya dapat meneruskan MRIN. Mudah-mudahan anak-cucu kami bisa turut mengembangkan bangsa ini, khususnya bibit ini (MRIN) semoga dapat menjadi pelita harapan bagi UPH.

Sekian dan terima kasih.

Menristek Dr. Kusmayanto Kadiman : Antitesa Mochtar Riady Bagi Dunia Swasta yang Kurang Peduli Riset

Topic : Academic, Business, Government

By Ari Satriyo Wibowo


Di tengah kebesarannya Pak Mochtar Riady selalu hadir dalam pertemuan-pertemuan di mana Menristek beruntung hadir. Kehadiran Pak Mochtar itu tidak lain untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman.

Pada saat beliau berbicara mengenai niatnya membangun research centre bagi Menristek hal itu bagaikan melihat komet yang bercahaya terang benderang.

Mengapa? Karena riset di Indonesia bukan bagian yang dipandang penting dan bermanfaat apalagi berkontribusi terhadap EBITDA (Earning Before Income Tax).

Di Indonesia, dunia riset terkenal dengan istilah pelesetan litbang yang berarti “sulit berkembang” bukannya “penelitian dan pengembangan.” Hal itu terjadi selama puluhan tahun setelah Indonesia merdeka. Mengapa demikian? Hal itu karena dunia riset dan dunia swasta nyaris seperti dua dunia yang tak pernah bersentuhan.

Kalangan swasta berkata mengapa harus melakukan riset? Itu biaya yang tak perlu dikeluarkan alias unnecessary cost sebab tidak berkontribusi terhadap keuntungan.

Sementara dunia riset --- entah itu perguruan tinggi atau lembaga riset --- berkata bagaimana kami bisa berkontribusi terhadap besarnya nilai keuntungan perusahaan pihak swasta jika kalangan swasta tidak pernah menunjukkan kepada dunia perguruan tinggi dan lembaga riset, apa yang menjadi tantangan riset.

Alhasil dua dunia tersebut --- swasta dan riset --- berjalan seperti rel kereta api yang berjalan ke satu arah secara parallel tetapi tidak pernah bertemu.
”Ini menjadi tantangan besar,” tandas Kusmayanto Kadiman.

Oleh karena itu, Menristek menyambut baik ketika Mochtar Riady bermaksud membangun sebuah research center serta penghargaan tentunya kepada Pak Habibie yang tidak pernah berhenti mendorong pihak swasta untuk berkontribusi.

Kalau melihat anggaran riset total Indonesia dibandingkan GNP ternyata masih kecil sekali ( catatan : sekitar 0,014 %). Sementara anjuran dari lembaga PBB seperti UNESCO setiap Negara setidaknya menganggarkan sekitar 2 % dari total GNP untuk keperluan riset.

Dalam hal ini, pihak swasta juga tidak dapat disalahkan karena riset memang belum berkontribusi terhadap laba perusahaan. Sepertinya apa yang dilakukan Pak Mochtar Riady dengan MRIN (Mochtar Riady Institute for Nanotechnology) merupakan antitesa. Beliau sudah menunjukkan bukti keberhasilannya dalam membangun BCA, Lippo dan Universitas Pelita Harapan (UPH) .

Dan dengan mendirikan MRIN beliau ingin membuktikan bahwa membangun research centre akan membawa manfaat. "Walaupun dengan rendah hati beliau selalu mengatakan hal ini merupakan tanggung jawab sosial saya," ujar Menristek.

Dengan adanya mesin penghasil Sumber Daya Manusia (SDM) yakni UPH, kemudian dengan adanya Rumah Sakit Siloam Hospitals maka keberadaan Reserch Centre ini (MRIN) akan merupakan segitiga yang terkait satu sama lain dalam sebuah spiral yang makin lama makin membesar. “Begitu saya menerjemahkan visi Pak Mochtar Riady bila tidak keliru,” tutur mantan Rektor ITB itu.

Oleh karena itu Menristek, pertama-tama ingin mengajak para koleganya di pemerintahan dan para anggota DPR di legislatif untuk meniru keberhasilan di MRIN. “Kedua, kita mesti belajar kepiawaian Pak Mochtar Riady memilih bidang. Istilahnya spesialis umum. Beliau memilih dengan spesifik sekali. Bukan saja kanker yang sudah spesifik tetapi beliau melihat lagi lebih dalam yakni kanker hati,” papar Kusmayanto.

“Saya bertanya sakit hati mana yang akan disembuhkan sakit hati fisik atau non fisik karena dua-duanya pasiennya sama banyaknya. Beliau mengatakan yang fisik yang ditangani karena itu lebih mudah,” ia menambahkan.

Pelajaran dari Prof. Dr. Susan Tai, selaku Presiden MRIN yang dipelajari Kusmayanto dari pidatonya pagi itu adalah “ Sekali Anda berhasil mendeteksi adanya penyakit kanker pada seseorang maka hal itu mungkin sudah terlambat. Oleh karena itu, menyediakan informasi tentang kanker kepada publik menjadi lebih penting sehingga masyarakat mampu melakukan deteksi dini penyakit kanker yang akan mencegah lebih banyak kematian pada manusia.”

Semoga antitesa yang dibangun Pak Moctar Riady menjadi kenyataan. “ Delapan puluh tahun lagi kita akan menyaksikan MRIN menjadi lebih hebat lagi,” ujar Kusmayanto mengakhiri pidato sambutannya pada peresmian MRIN , Senin, 12 Mei 2008 di Lippo Karawaci, Tangerang, Banten.

Monday, May 12, 2008

MRIN Diresmikan, Ilmuwan Indonesia Berpeluang Meraih Nobel di Masa Depan







Topic : Academic, Business, Government

By Ari Satriyo Wibowo

Mochtar Riady Institute for Nanotechnology (MRIN) yaitu lembaga riset kanker swasta yang pertama di Indonesia, diresmikan di Lippo Karawaci, Tangerang, Banten, Senin, 12 Mei 2008.

Sebagai tahap awal MRIN yang merupakan lembaga riset kanker swasta pertama dan terlengkap di Indonesia itu akan memfokuskan penelitian pada bidang kanker hati "Kami memilih spesialisasi penelitian pada kanker hati karena penyakit ini merupakan salah satu dari jenis penyakit kanker yang paling sering ditemui di dunia dan diperkirakan menyebabkan kematian lebih dari 600 ribu orang setiap tahun," ujar Mochtar Riady, yang merupakan pendiri kelompok usaha Lippo.

Peresmian MRIN bertepatan pula dengan perayaan ulang tahun Mochtar Riady ke 79 sehingga pembukaan MRIN itu pun ditandai dengan pelepasan 1929 balon yang melambangkan tahun kelahiran Mohtar Riady yang kemudian diikat menjadi 79 kumpulan balon ke angkasa.


Pada kesempatan itu , hadir beberapa tamu kehormatan, antara lain, Menristek Dr.Kusmayanto Kadiman, Ketua Kehormatan Dewan Penasehat Keilmuan MRIN Prof.Dr.BJ.Habibie, Mensos Bachtiar Chamsyah, pendiri Yayasan Pelita Harapan James T.Riady, Presiden MRIN Prof.Susan Tai dan Gubernur DKI Jaya Fauzi Bowo. Selain itu, tampil sebagai Keynote speaker Prof. Dr. Leroy Hood dari Institute for System Biology dari Seattle, AS dengan presentasi berjudul " From Reactive Medicine To An Emerging Medicine That Is Predictive, Personalized, Preventive and Participatory (P4)"

Menurut Mochtar Riady, tujuan pendirian MRIN adalah untuk melaksanakan penelitian inovatif dalam hal pengendalian dan juga memberikan pemahaman baru terhadap penyebab kanker, diagnosa dini, pengendalian dan pengobatan kanker untuk kemajuan penelitian medis dan ilmiah di masa depan.


Selain itu, keberadaan MRIN diharapkan dapat menghasilkan penemuan-penemuan yang bermanfaat bagi pasien kanker di Indonesia. MRIN saat ini sedang mematenkan dua temuannya di Hongkong dan Australia.


"Tidak tertutup kemungkinan pada masa depan ilwuwan MRIN dapat menghasilkan temuan berbobot dan memenangkan hadiah Nobel. Itu untuk bangsa Indonesia, bukan cuma untuk MRIN," katanya.


MRIN didirikan dengan investasi senilai US$ 30 juta sementara biaya operasional per tahun diperkirakan sekitar US$ 3 juta.


MRIN terdiri atas lima divisi inti yakni Divisi Molecular Epidemiology, Divisi Proteomic, Divisi Single Nucleotide Polymorphisms (SNP), Divisi Immunology, dan Divisi Genomic.






Saturday, May 10, 2008

Bill Gates Siap Dukung Perkembangan TI Indonesia

Topic : Business

Chairman Microsoft, Bill Gates, menyatakan siap mendukung perkembangan teknologi informasi (TI) di Indonesia. Untuk itu ia berharap agar kerja sama pemerintah, lembaga nonpemerintah, dan swasta, dapat ditingkatkan terutama di bidang teknologi.
Hal itu disampaikannya dalam Presidential Lecture Featuring Bill Gates di Jakarta Convention Center, Jakarta, Jumat (9/5) pagi. Acara itu dihadiri pula Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

"Saya melihat Indonesia adalah negara yang potensial untuk perkembangan teknologi. Dan Microsoft berkomitmen untuk mendukung hal itu," ucapnya dalam pemaparan bertajuk "The Second Digital Decade".

Lewat ajang ini Microsoft menegaskan akan memberikan dukungan termasuk memberikan software (peranti lunak) gratis untuk menunjang perkembangan teknologi di Indonesia. Namun, ia juga meminta pemerintah aktif.

"Saya ingin agar di masa depan kita fokus investasi pada dunia pendidikan. Sehingga kita dapat menjangkau orang-orang muda dan memberi mereka kesempatan untuk menjadi pemimpin di era baru," ucapnya.

Ajakan itu disambut positif Presiden. "Pemerintah berkomitmen untuk membangun teknologi informasi yang dapat dipergunakan semua orang untuk masa depan yang lebih baik," katanya.

Presiden juga mengajak pelajar dan mahasiswa untuk ikut mengembangkan dan mempromosikan TI. "TI mempunyai peranan besar dalam kehidupan manusia. Saya berharap, para pelajar mau mengembangkan dan mempromosikan teknologi dan menjadikannya sebagai sarana untuk melihat dunia," ujar Yudhoyono.

Bill Gates menambahkan, dunia TI berkembang sangat pesat dan mengagumkan. Dengan itu, peluang melihat dunia melalui teknologi semakin terbuka lebar.

Selain itu, sambungnya, dengan teknologi, akses manusia untuk berkomunikasi dapat terjalin lebih mudah dan lebih luas lagi. Telepon genggam, misalnya, sudah semakin canggih. Bahkan teknologinya mampu menyaingi kecanggihan komputer lima tahun yang lalu. "Yayasan milik Microsoft saat ini sedang mengembangkan telepon genggam dengan peranti lunak dan menggunakan microprocessor. Sehingga fungsinya yang seperti komputer dapat digunakan di mana pun, bahkan ketika sedang berada dalam mobil," tutur Gates.

Dia menambahkan, dengan teknologi tinggi, diharapkan dunia pendidikan dapat berkembang. Tenaga pengajar tidak perlu lagi untuk menggunakan teks buku di kelas, tetapi bisa dengan mempelajari kurikulum secara online.

Sementara itu, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) memandang kedatangan Gates merupakan sinyal positif semakin kondusifnya iklim bisnis dan investasi di Indonesia bagi para pemain global, khususnya di sektor telematika. Sebelumnya, beberapa perusahaan industri telematika global telah menjadikan Indonesia sebagai basis pengembangan bisnis di tingkat regional Asia Pasifik dan tidak sedikit putra-putri bangsa yang berbakat telah menjadi eksekutif di tingkat regional dan global.

Temuan Baru

Pada kesempatan itu, Gates juga memamerkan temuan barunya, yakni worldwide telescope. Dengan teleskop berteknologi tinggi tersebut, manusia dapat melihat benda-benda angkasa layaknya melihat dengan teleskop. Kelebihannya, teleskop temuan Gates ini dapat melihat benda-benda antariksa dari pandangan jauh dan dekat dengan hasil gambar yang mengagumkan.

Selain itu, Gates juga tengah mengembangkan perangkat komputer pribadi, yang dapat mengenali pemiliknya saat si pemilik berbicara, menyentuh, dan menggunakan pulpen. "Kita butuh peranti lunak seperti itu. Teknologi yang spesifik yang dapat membantu manusia dalam bidang pekerjaannya. Bahkan, kalau bisa kita bisa meminta perangkat tersebut untuk mengerjakan pekerjaan rumah kita," tutur Gates.

Sumber : Suara Pembaruan, 9 Mei 2008

Friday, May 9, 2008

Peneliti Kanker Top Dunia Berbagi Pengalaman di MRIN

Topic : Academic, Business, Government

By Ari Satriyo Wibowo


Sebanyak 21 peneliti kanker top dunia akan berbagi pengalaman di Mochtar Riady Institute for Nanotechnology (MRIN) dalam Simposium Internasional “Frontier of Cancer Research” pada Sabtu dan Minggu ( 10 dan 11 Mei 2008). Acara yang diselenggarakan bersama Universitas Pelita Harapan (UPH) dan Siloam Hospitals itu dimaksudkan sebagai even pembuka dari Grand Opening MRIN pada Senin, 12 Mei 2008.

Para peneliti itu antara lain James Heath ,PhD dari California Institute Technology, AS (Systems-Biology Driven In Vitro Diagnostic Technology for Cancer), Gregory Lanza,MD,PhD dari School of Medicine, Washington University, AS (Potential Molecular Imaging and Targeting Therapeutic Applications with PFC Nanoparticles), Raymond Liang, MD, PhD dari University of Hongkong ( Targeted theraphy for Lymphoma), Michael Milward,MD,PhD dari Cancer Clinical Trials University of Western Australia (Targeted therapy for lung cancer), John Wong, MD,PhD, dari National University of Singapore (Targeted therapy for breast cancer) dan masih banyak peneliti lainnya.

Dr. Mochtar Riady, Chairman Lippo Group, mengharapkan agar simposium tersebut dapat memicu perhatian para profesional medis, peneliti, ilmuwan dan mahasiswa kedokteran terhadap masalah kesehatan khususnya penyakit kanker. “Indonesia dengan sekitar 240 juta penduduk selama ini hanya dilayani 1 rumah sakit kanker yakni RS Dharmais dengan 120 oncologist sementara Singapura dengan 4 juta penduduk memiliki 3 rumah sakit kanker. Bahkan, di RRC setiap provinsi memiliki 2-3 rumah sakit kanker. Indonesia perlu lebih banyak lagi rumah sakit kanker dan banyak dokter yang menangani penyakit kanker,” ujarnya.

Kanker merupakan penyebab kematian utama di dunia meski sudah ada teknologi diagnostic imaging, pembedahan modern dan terapi kanker. Kanker diperkirakan menjadi penyebab kematian lebih dari 6 juta orang di dunia per tahun, dengan lebih dari 10 juta kasus baru terdiagnosa setiap tahunnya. Diagnosa dini dan pengobatan yang efektif merupakan kunci dalam pengendalian dan penanganan penyakit sistemik yang kompleks ini, dimana pada kenyataannya penelitian kanker di Indonesia saat ini masih dalam tahap awal.

Simposium dua hari tersebut akan dibuka Dr. Douglas Lowy,MD,PhD, Deputy Director of Center for Cancer Research, National Cancer Institute, National Institutes of Health, USA sebagai keynote speaker. Dr. Lowy akan membawakan topik “The Prevention of Cervical Cancer by Human Papillomavirus Vaccination and Other Aproaches” pada Sabtu 10 Mei 2008.

Bagaimana pendapat Anda?

Thursday, May 8, 2008

Memristor, Lebih Dahsyat Daripada Transistor


Sumber gambar : http://www.spectrum.ieee.org/images/may08/images/memristor02.jpg

Topic : Academic, Business

By Amal Ihsan

Setiap orang yang pernah mengambil kelas laboratorium elektronika pasti akrab dengan komponen fundamental dalam sebuah sirkuit listrik: resistor, kapasitor, dan induktor.

Semuanya ada tiga, tapi sebenarnya ada empat. Satu lagi, yakni memristor, digagas pertama kali oleh Leon Chua, profesor teknik elektro dan ilmu komputer di University of California Berkeley, 1971 lalu. Menurut Chua, komponen resistor yang memiliki memori atas arus listrik yang pernah melintasinya ini pantas menjadi komponen fundamental keempat karena tidak bisa digantikan oleh kombinasi apapun dari tiga komponen lainnya.

Syarat pembuktiannya yang butuh arus listrik dalam perangkat listrik berskala nano, sepermiliar meter, membuat memristor selama 50 tahun belakangan lebih banyak hidup di awang-awang para ahli fisika ataupun komputer. Hingga akhirnya R. Stanley Williams, peneliti senior di Hewlett-Packard dan direktur di Laboratorium Informasi dan Sistem Quantum muncul dengan laporannya yang dimuat jurnal Nature terbaru.

Bersama Dmitri B. Strukov, seorang pakar fisika teori; Gregory S. Snider, arsitek komputer; dan Duncan R. Stewart yang ahli fisika eksperimen, Stanley memformulasikan sebuah saklar elektronik berskala nanometer yang mampu mengingat apakah ia dalam kondisi mati atau menyala ketika sumber listriknya diputus. Keempatnya berhasil membuktikan fungsi memristor nyata.

Keberhasilan itu menghidupkan kembali mimpi untuk bisa mengembangkan sistem-sistem elektronik dengan efisiensi energi yang jauh lebih tinggi daripada saat ini. Caranya, memori yang bisa mempertahankan informasi bahkan ketika power-nya mati, sehingga tidak perlu ada jeda waktu untuk komputer untuk /boot up/, misalnya, ketika dinyalakan kembali dari kondisi mati. Seperti menyala-mematikan lampu listrik, ke depan komputer juga bisa dihidup-matikan dengan sangat mudah dan cepat.

Keberhasilan 'menghidupkan' komponen memristor bahkan diyakini bisa mencipta sistem yang kemampuannya menyamai otak manusia. "Ini perkembangan yang menakjubkan," kata Chua. "Saya tidak pernah mengira bahwa saya masih memiliki umur untuk menyaksikan hal ini terjadi."

Stanley dan timnya menunjukkan kalau dua rangkaian memristor-konfigurasi yang disebut crossbar latch- dapat melakukan pekerjaan sebuah transistor. Padahal, selama puluhan tahun perkembangan sebuah model dan konfigurasi chip banyak dibuat dengan menambah lebih banyak transistor dalam sebuah sirkuit listrik alias IC.

Semakin padat komponen dalam satu papan sirkuit, kita semua tahu, menambah beban panas dan cacat rangkaian listrik. "Nah, ketimbang menambah jumlah transistor dalam sirkuit yang sama, kami bisa mencipta sirkuit listrik hibrid dengan transistor yang lebih sedikit dan menambah memristor," kata Stanley.

Memristor yang berukuran jauh lebih kecil daripada transistor konvensional juga memainkan peranan kunci dalam masa depan industri elektronik, dan merintis ke arah pembenaran apa yang disebut Hukum Moore. Gordon Moore, satu diantara pendiri Intel, perusahaan pembuat prosesor, pernah mengeluarkan aksioma bahwa transistor yang tidak mahal meningkat eksponensial dalam dua tahun.

Tapi, apakah industri akan segera mengadopsi memrsitor, masih harus dibuktikan dengan waktu. James Tour dan Tao He dari Universitas Rice di Houston menyatakan bahwa walaupun memiliki kelebihan sebagai transistor alternatif, "Konsep memristor harus melewati tebing terjal untuk diterima industri".

Mereka menyatakan industri elektronik akan menerima penggunaan memristor, hanya setelah demonstrasi keberhasilannya dalam produksi skala besar. "Ketika itu terjadi, persaingan untuk membuat alat elektronik yang lebih kecil akan berlangsung sengit," kata keduanya.

Sumber : TempoInteraktif (Rabu, 7 Mei 2008), newscientist, newsvine, afp, hp