Google

Tuesday, July 1, 2008

Mengidentifikasi Jenis Mikroba yang Tinggal di Tubuh Manusia

Topic : Academic

By Ari Satriyo Wibowo

Tahun ini berbagai tim berdedikasi untuk riset pada proyek yang dinamakan Proyek Microbiome Manusia ( Human Microbiome Project atau HMP) dengan mulai mengumpulkan contoh faeces serta lendir vagina, mulut dan hidung dari 250 sukarelawan.

Peralatan yang digunakan adalah gene sequencing kecepatan tinggi yang dikembangkan khusus untuk Proyek Genome Manusia. Tugas mereka menyelidiki sekitar 1000 spesies bakteri.

Padahal, asal tahu saja satu bakteri memiliki gen yang jumlahnya mencapai 200.000 buah dibandingkan jumlah gen seorang manusia yang hanya 20.000 buah. HMP adalah proyek yang didanai National Institute of Health (NIH) sebesar US$ 100 juta. Riset hanya mengklasifikasikan mikroba yang tinggal di tubuh manusia, tetapi untuk mengidentifikasi di mana mereka tinggal dan strain apa saja yang paling sering ada pada tubuh manusia.

Sementara, proyek Uni Eropa senilai US$ 30 juta yang bernama Metagenomics of the Human Intestinal Tract (MetaHIT) berkonsentrasi pada kaitan antara bakteri pada usus manusia dengan kegemukan dan peradangan. Riset telah menemukan perbedaan besar antara populasi bakteri di usus orang gemuk dan orang kurus.

Ketika, orang gemuk melakukan diet dan kehilangan seperempat berat tubuhnya, maka flora yang hidup di usus mereka pun berubah mirip dengan kondisi flora orang-orang yang kurus. Oleh karena itu, perlukah diberikan jenis bakteri usus orang kurus untuk membantu orang mengurangi berat badan. Hal itu merupakan pertanyaan yang harus dijawab melalui riset ini. Beberapa probiotik ternyata dapat memacu jumlah asam empedu yang membantu para orang gemuk mengabsorsi lemak.

MetaHIT juga ingin melihat bagaimana metabolisme di usus dapat berpengaruh pada khasiat obat terhadap pasien penderita radang usus. Bulan lalu, Marika Kullberg dari Universitas York di Inggris mampu menjelaskan bagaimana sebuah molekul yang diproduksi salah satu bakteri dapat memperlambat radang usus pada tikus.

Dengan membuang parasit dari usus, diharapkan respon bakteri di usus tidak lagi menimbulkan peradangan pada usus. Bagaimana pendapat Anda?

Sumber : The Economist, 26 Juni 2008